"Al, nongkrong yuuu" Lia menggoyang-goyangkan pundak Alna.
"Iya Al ayo nongkrong udah lama nih kita gak nongkrong" Prita ikut memanas-manasi.
"Lain kali deh ya, gaada duit nih. Aku juga harus bersihin halaman sekolah terus langsung kerja." Alna tertunduk lesu. Ingin sekali rasanya ia pergi bersama teman-temannya. Namun mengingat sebentar lagi harus bayar kontrakan ia mengurungkan niatnya.
"Aku traktir Al ayo! Urusan bersihin halaman sekolah kan bisa mulai besok." Bujuk Prita.
"Gak deh. Kamu sering banget traktir aku. Aku janji deh minggu lusa kita nongkrong aku yang traktir!"
"Yah, yaudah deh. Janji ya Al janji. Kangen nih ga nongkrong bareng." Lia mengacungkan telunjuk nya, bukan kelingking, tanda perjanjian setiap kali mereka menyepakati sesuatu.
"Iya janji" Alna menyentuh telunjuk Lia dengan telunjuknya.
"Oke deh kita balik dulu ya. Semangat bersihin halamannya!" Ucap Prita semangat lalu pergi dengan Lia keluar gerbang.
Alna lalu pergi ke tempat penyimpanan alat-alat kebersihan yang ada di ujung tempat parkir. Saat ia hendak menutup pintu gudang karena dia tidak sengaja menabrak dada seseorang.
Saat ia hendak mengomel dia melihat wajah Pratama dan berlalu begitu saja karena malas berurusan dengan orang itu."Al, tunggu." Ucap Pratama menyusul Alna setelah mengambil sapu lidi di gudang.
"Apa?" Alna malas menanggapi manusia itu.
"Gausah bersih-bersih, biar gue aja." Pratama segera merebut sapu yang dipegang oleh Alna.
"Apasi? Sini balikin." Alna mencoba merebut sapu nya kembali namun gagal.
"Udah sana, bukannya kamu harus kerja kan?"
"Dari mana kamu tau?"
"Cckkk ga penting. Buruan, khusus hari ini aja sebagai rasa terima kasih karena udah obatin gue."
Alna memperhatikan Pratama yang sedang menyapu dengan pandangan heran. Lalu tiba-tiba Pratama menghentikan kegiatannya dan menatap Alna.
"Gue tau gue ganteng, tapi jangan liatin mulu napa. Udah sana pergi! Atau gue yang pergi?"
"Eh gak gak, hehe iya iya makasihhh. Bye!" Alna melambaikan tangannya sembari meninggalkan Pratama yang masih menatapnya.
Pratama terus memandangi Alna sampai gadis itu keluar dari gerbang lalu lanjut menyapu halaman.
----------
"Terima kasih. Jangan lupa datang lagi ya!"
Alna melirik jam di dinding. Waktu menunjukan pukul 8 malam tapi teman shift nya belum juga datang.
Setelah menunggu 30 menit akhirnya temannya itu datang juga. Setelah berganti pakaian dia lalu pulang.
Namun di perjalanan pulang dia melihat anak kecil yang sedang duduk di depan toko tempat ia bekerja."Dek, lagi nunggu bunda nya ya?"
Alna menghampiri anak itu. Anak sekitar usia 8 tahun itu menatap Alna sebungkus roti di tangannya.
"Aku gak lagi nunggu bunda."
"Terus ngapain duduk disini sendiri?"
"Barusan aku bareng bunda. Tapi bunda bilang duduk aja disini jangan ikutin bunda. Bunda bilang aku cuma penghalang karir dia."
"Bunda kamu bilang dia mau pergi kemana gak?"
Anak itu menunduk dan menggeleng lemah.
"Ayah kamu dimana? Biar kakak telepon."
"Ayah aku udah lama meninggal."
Alna bingung harus bagaimana. Lalu tiba-tiba anak itu menyodorkan roti padanya.
"Kakak belum makan yah? Nih makan roti aku aja. Kakak pucet banget."
Alna menatap anak itu nanar. Bagaimana bisa dia memikirkan dirinya sedangkan dia sendiri masih belum jelas nasibnya.
Alna menggeleng sambil tersenyum pada anak itu.
"Kamu ikut kerumah kakak mau?"
Anak itu lalu beranjak dan tersenyum dengan mata yang berbinar.
"Mauu!" Ucap anak itu semangat.
Anak itu memeluk Alna dengan erat. Sedangkan Alna sedang berusaha keras agar air matanya tidak jatuh. Tidak habis pikir bagaimana bisa ibunya membuang anak yang baik seperti nya.
Waduh anak siapa tuhh😱
Jangan lupa vote dan komen..Big luvvvvv❤
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMA
Teen FictionPratama Dhyan Latero si lelaki pintar dan pendiam tiba-tiba suka dengan seorang gadis. Alna Vawita adalah gadis yang disukainya. Namun ternyata gadis itu bukan gadis biasa. Siapakah dia?