- Part 9 •• Cinta Pada Pendengeran Pertama

13 2 0
                                    

"Siapa, Mi?" tanya Raffa penasaran melihat perempuan yang tengah sujud, tetapi tak kunjung berganti posisi.

"Dia salah satu peserta pesantren ramadan. Dia ketiduran pas salat tadi, mungkin suara kamu menjadi bacaan pengantar tidur paling merdu baginya," jawab Ustazah Hana tertawa kecil.

"Umi ada-ada aja. Coba pegang aja bahunya terus dudukin. Pegel juga tidur kayak gitu," usul Raffa dan diangguki oleh Ustazah Hana.

"Ya udah, Raffa berangkat ke rumah sakit lagi ya, Mi. Masih ada pasien yang nungguin soalnya," pamit Raffa sambil bersalaman dengan uminya.

"Iya, hati-hati, Sayang."

Setelah Raffa pergi, Ustazah Hana kembali membangunkan Assyifa dengan mendudukkan tubuhnya.

Assyifa yang merasakan pergerakan terhadap tubuhnya menjadi terbangun. Ia menggeliat dan menguap, tetapi ia tutup dengan tangannya.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudhri radhiyallahu 'anhu. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, " Jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah menutup mulut dengan telapak tangannya, karena sesungguhnya setan akan memasukinya." (HR. Muslim).

Sedangkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, " Sesungguhnya Allah mencintai bersin dan membenci menguap. Jika salah seorang dari kalian bersin dan memuji Allah maka wajib atas setiap muslim yang mendengar (ucapan " alhamdulillah" tersebut) untuk mengucapkan " yarhamukallah." Adapun menguap, hanyalah berasal dari setan. Jika salah seorang dari kalian menguap, hendaklah menahannya (mencegahnya) semaksimal mungkin karena sesungguhnya jika kalian menguap, setan pun tertawa." (HR. Al-Bukhari).

"Udah bangun, Sayang?" tanya Ustazah Hana dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Assyifa.

"Wudu lagi ya, terus ulang lagi salatnya," ujar Ustazah Hana.

Assyifa begitu malu saat ia mengingat bahwa ia tertidur saat salat. Ustazah hanya tersenyum melihat Assyifa yang tengah menahan rasa malunya.

"Iya, Umi," jawab Assyifa.

Assyifa pun beranjak dari duduknya, lalu keluar dari masjid menuju tempat berwudu. Kali ini ia berwudu dengan benar sesuai dengan ajaran Islam. Selesai berwudu, ia kembali masuk ke dalam masjid dan mengulang kembali salatnya.

Ustazah Hana saat ini tengah mengatur santriwati untuk membersihkan aula pesantren, karena semua orang akan berbuka puasa di aula nanti.

Selesai melaksanakan salat zuhur, Assyifa kembali menuju asrama putri. Dalam perjalanan menuju asrama putri, Assyifa menjumpai santriwati-santriwati yang menggunakan gamis dan jilbab yang lebar. Ia tak menjumpai santriwan di sana, karena memang tempat mereka sengaja dipisah. Mereka hanya akan bertemu saat berbuka puasa dan salat di masjid. Itu pun menggunakan pembatas agar tidak ada yang berani berpacaran di sana.

Saat tiba di asrama putri, ia langsung masuk ke dalam kamar nomor tiga, kamar yang akan menjadi tempat istirahatnya selama berada di pesantren itu.

"Kalian keterlaluan banget sih. Kenapa gak bangunin gue tadi?" kesal Assyifa kepada sahabat-sahabatnya yang tengah berbaring di ranjang.

"Lo kali yang keterlaluan, udah gue bangunin dan udah gue teriakin juga, masih aja gak bangun-bangun. Masih mending tadi gak gue seret," ucap Nauren yang juga kesal.

"Udah-udah, kenapa kalian berdebat gitu sih. Lagian kenapa kamu sampai ketiduran pas sujud terakhir sih, Fa?" tanya Safiya.

"Bukan gitu gais, tadi gue itu udah coba nahan kantuk, tapi suara merdu ustaz ganteng itu bikin gue gak kuat. Suaranya yang syahdu membuat mata gue gak kuat buat melek," jelas Assyifa terkikik geli.

"Astagfirullah, jadi karena ustaz itu? Cinta pada pendengaran pertama emang susah ya," pekik Nauren tertahan.

"Ha-? Cinta pada pendengaran pertama apaan? Gue taunya cinta pada pandangan pertama," bingung Assyifa.

"Iya, 'kan lo jatuh cinta sama si ustaz ganteng pas pertama kali dengerin suara dia di depan masjid. Jadi definisi dari cinta pada pendengaran pertama itu, kayak lo tadi," jawab Nauren sambil terkikik geli.

"Astagfirullah udah-udah. Gak baik ghibahin orang, meski itu memuja dia," nasihat Safiya.

"Iya-iya."

Tak lama setelah itu, mereka memutuskan untuk tidur siang, karena setelah salat asar nanti, mereka diperbolehkan untuk berjalan-jalan sore di sekitar pesantren. Mereka memutuskan untuk pergi ke pasar, karena pasar tidak jauh dari area pesantren. Hanya beberapa meter saja jaraknya dari gerbang utama pesantren.

Cintaku Sekilat Pesantren KilatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang