part 5

6 1 0
                                    

"Assalamu'alaikum ...."

"Waalaikum salam ... sendirian Bi, lah Galuh mana?" Tanya seorang ibu paruh baya yang lagi sibuk bebersih pekarangan dengan sapu lidinya.

Abimanyu meraih tangan siibu tadi dan menyalaminya. "Lah kok malah nanya kulo mbok," sahut Abi sambil mengerenyitkan dahi.

"Lah ya kowe bali dewek ra ngajak adikmu."

"Ngajak pripun mbok, lah wong Galuh mpun wangsul dewek kolowingi bar bedug."

"Bali jere sapa! ra ana cah bali."

"Tenane lah mbok? kulo tadi ki pas mau pulang mampir pondok putri, jerene Galuh dah pulang wingi bar bedug. Kata mbak pengurus itu ijinya mau pulang sama aku. Lah yo kasus maning gie, nek siki mboten wonten lah bocah ki teng pundi?"

"Coba diliat kerumah mbokan ana," sahut mbok Ratmi mulai cemas.

Abi langsung bergegas kerumah Galuh setelah menaruh tas di jonggol teras. Dari jauh sudah terdengar riuh anak anak berseragam serba hitam berformasi membentuk lingkaran dan tampak dua orang murid sedang beradu silat ditengah tengah lingkaran. Di tepi lngkaran tampak sesosok laki laki berbaju hitam dan celana kolor hitam dengan warna sama. Rambut yang mulai tampak putih itu terlihat berkilau terpapar sinar matahari, dan sepertinya dia mulai sibuk menyimpul kain ikat kepala yang sedari tadi nampak dipegangnya.

"Assalamualaikum ...." Abi meraih tangan kekar laki laki tadi dan mencium punggung tanganya yang mulai keriput.

"wa'alaikumsalam, lah ndi adikmu kok ga mulih?"

"Lah niku sing bade tek tangledaken teng kulo, nopo Galuh wangsul nopo dereng?"

"Lah piye kowe Bi, adikmu lah karo kowe kok yo takon aki. priwe critani." Wajah cemas ki Anom mulai tampak.

"Lah ya mbuh niku, orang udah dibilangin pulangnya besok bareng aku ahad pagi, lah tek samper jere dah pulang sabtu siang."

"Awakmu piye ki to Bi, ngopeni adik siji ra becus! lah terus saiki bocah ki neng ndi?" Raut muka ki Anom mulai tampak sangar. "Jel takon karo konco sing nang pondok, di telpon po piye?"

"Lah nanti malah kasus lagi kalau taau Galuh belum samapai rumah dari kemarin, bisa bisa kena hukuman lagi tuh bocah."

"Lah njur piye? nyungsep neng ndi ki bocah." kecemasan terlihat begitu nampak karena anak semata wayangnya yang menghilang.

Dari kejauhan nampak sebuah motor berwarna hijau sedang berusaha mengendalikan motor besarnya yang terlihat kesusahn karena jalan setapak kecil yang menanjak membuat motor sukit melintas.

"Lah itu si Arka sama siapa?" celetuk Abi curiga.

"Kang tolong dibantu kang cepetan!" teriak Arka yang terlihat kesusahan karena Galuh nampaknya tak sadarkan diri. Seketika formasi para murid ki Anom berantakan karena teriakan Arka dari atas motor.

"Lah kamu bawa siapa?" celetuk Abi sambil berlari menuju motor Arka.

"Candra kang, cepetan!"

Abi mempercepat langkahnya. "Gimana ceritanya bisa sama kamu? lah terus dia kenapa?" sergap Abi penuh tanya.

"Ceritanya nanti, buruan ! sepertinya dia pingsan."

Ki Anom berlari tergopoh gopoh mendengar nama candra di sebut."Galuh, nduk ...." suara ki Amom sedikit parau mencoba membangunkan Galuh sambil menepuk pipinya dan tanpa pikir panjang ki Anom langsung menggenongnya dan membawanya kerumah.

Mustika Hati GaluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang