2O% ' TOXIC

8K 1.2K 357
                                    

Langkah kaki kecil melewati lorong mansion petinggi Bonten, sedikit berlari mencari sosok ketua dari Bonten, kepala cantik itu melirik ke sana kemari.

Indra pendengarannya mendengar suara tembakan, kepalanya mengangguk sedikit sudah paham dimana letak para petinggi Bonten sekarang.

Rambut berkuncir dua itu terayun kala kakinya berlari sedikit meninggalkan bunyi ketukan dari lantai marmer juga sepatu yang ia gunakan.

Ia berdiri di depan pintu basement, perlahan berjalan ke bawah iris gelapnya menemukan para anggota Bonten yang sedang mengeksekusi seseorang, dilihat dari Sanzu Haruchiyo si nomor dua Bonten yang sedang menggenggam senjata api.

Langkah kaki itu mengintrupsi insan seisi ruangan, Sanzu yang hendak menarik pelatuknya ia urungkan kembali.

"(Name) sudah bangun?" Tanya pria berambut ungu ubur ubur.

(Name) yang mendengar itu mengangguk melirik ke arah Rindou, atensinya celingukan mencari sosok sang papa kedua manik kembar itu saling melirik sontak dihadiahi senyuman lebar sang gadis.

Kaki mungil itu berlari ke arah Mikey dengan tangan direntangkan.

"Pap─Humph." Belum selesai menyapa, mulut mungil itu dijejeli Dorayaki yang sedang Mikey makan.

"Bunuh mereka Sanzu." Singkat Mikey, jemarinya menutup mata sang anak agar tidak melihat kekerasan yang berada di hadapannya.

Sanzu mengangguk mengiyakan, tak berselang lama suara tembakan berbunyi tiga kali, bersamaan dengan berhentinya suara rintihan dari bekapan mulut.

Padahal (Name) sudah sering melihat adegan di hadapannya kini, namun sang papa layaknya tidak mau sang anak mengikuti jejaknya tapi lingkup kehidupannya sudah seperti ini.

Tangan mungil itu menurunkan lengan Mikey dari hidungnya.

"Papa, mata (Name) disini bukan di sini." (Name) menunjuk matanya dususul hidung mungilnya.

Mengundang kekehan para insan disana, sedangkan Mikey hanya menatap sang buah hati dengan tatapan datar.

Tentu saja sudah terbiasa karena Mikey yang kelewat bodoh, entah tidak bisa membedakan mata dan hidung atau sejenisnya (?).

Kakucho menghampiri (Name) tangannya mengusap surai anak bosnya dengan lembut, membuat sang empu menatap Kakucho dengan senyuman merekah.

"Papa bodoh ya!" Serunya membuat para insan disana terdiam.

Sanzu gemetaran menahan tawanya, telapak tangannya menutup mulut yang memiliki luka di sudut bibirnya.

Helaan nafas keluar dari mulut Kakucho, Takeomi yang mendengar itu menyipitkan matanya.

"(Name) belajar dari siapa?" Tanya Takeomi.

Atensi (Name) melirik ke arah si penasehat Bonten itu, masih dengan senyuman di labium mungilnya.

"Dari Koko!" Seru (Name) telunjuknya menunjuk ke arah Koko yang dibalas wajah panik sang adam.

Mikey yang sedari tadi diam kini memasang wajah serius menatap ke arah Koko.

"Sudah ku bilang jangan berbicara kasar saat ada (Name)." Mikey menatap dingin ke arah sang pelaku.

Bagai tertangkap basah ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, perlahan keringat muncul di dahinya.

(Name) menggeleng membuat rambutnya mengayun pelan.

"Tapi papa suka berbicara kasar sama Chiyo." (Name) menatap papanya dengan tatapan polos.

Iris gelap Mikey menatap ke arah lain enggan menatap sang anak.

(Name) memanggil Sanzu dengan nama Chiyo katanya nama yang imut cocok dengan warna rambut Sanzu yang imut, bahkan panggilan itu mengundang gelak tawa saat pertama kali disebut oleh (Name), namun setelah terbiasa semuanya juga memiliki nama yang diberikan oleh (Name) sendiri.

(Name) menggembungkan pipinya.

"Papa bodoh, papa bodoh" Telunjuknya menunjuk ke arah Mikey.

"Papa cuma tau Dorayaki."

"Papa bodoh."

Perempatan siku siku muncul di kening Mikey, tangan nya mengambil Dorayaki yang masih ada memasukan nya kedalam mulut sang anak dengan paksa.

"Jangan berbicara kasar lagi, besok akan ku jual."

Ucap Mikey menyentil dahi bocah berumur 7 tahun itu.

"Tidwhak, (Name) yhang akhwan menjwhual kalian semhuwa!" Pekik (Name) dengan pipi yang mengembung.

Kakucho yang melihat itu mencubit pipi (Name) gemas.

"Telan dulu."

(Name) menggangguk mulutnya mengunyah Dorayaki yang berada di dalam mulutnya akibat ulah sang ayah, setelah Dorayaki semua habis ia menelan ke dalam tenggorokan.

"(Name) yang akan jual kalian nanti, soalnya kalian suka berbicara kasar!" Gadis itu berkecak pinggang bagai ibu ibu yang mengomel pada anak anaknya.

Gelagat sang gadis mengundang kekehan juga tawa dari para petinggi Bonten.

Hanya di hadapan gadis kecil ini semuanya bisa menghangat, juga tertawa, berbeda ketika mereka semua sedang bertemu orang lain.

***

pdhl book lain blm beres
tp gpp la daijobu :D

DAUGHTER • manjirouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang