"Putra mahkota Kim Mingyu! Apa yang kau lakukan sekarang?!" Sang Raja memasuki sebuah ruangan luas yang hanya berisi beberapa dayang dan sang putra mahkota yang bernama Kim Mingyu.
"Yang Mulia, saya sekarang sedang melukis. Apakah yang mulia ingin mencoba untuk saya lukis?" Jawab sang putra mahkota dengan santai, berbanding terbalik dengan sang ayah-yang mulia raja-yang terlihat merah padam karena amarah.
"Kau melewatkan semua pelatihan yang seharusnya kau ikuti sebagai calon penerus tahta, apa kau tidak waras?!" bentak sang raja.
"Yang mulia, saya sungguh tidak ingin menjadi raja. Mengapa bukan pangeran Soonyoung saja yang mendapat gelar putra mahkota? Sepertinya pangeran Soonyoung lebih menginginkannya." Jawab Mingyu tak acuh, ia menjawab pertanyaan raja dengan seadanya sambil tetap fokus melanjutkan lukisannya.
Raja terlihat marah, tidak, ia sangat marah mendengar jawaban putra mahkota yang tidak sungguh-sungguh, lalu memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan itu. Sedangkan sang putra mahkota hanya menengok sejenak melihat sang raja meninggalkan ruangan.
"Yang mulia, apakah ini tidak keterlaluan? Sebagai calon penerus tahta, tidakkah yang mulia seharusnya bersikap lebih menghormati Yang Mulia raja?" tanya salah seorang sida-sida putra mahkota. Mendengar pertanyaan dari sida-sidanya itu, putra mahkota menghentikan aktivitasnya, menaruh kuas lalu menegakkan punggungnya dan menghela nafas kasar.
"Aku sudah berkali-kali mengatakan ini, tapi sungguh, aku tidak ingin menjadi raja. Apa kau mengerti? Aku melakukan ini dengan sengaja, aku ingin membuat ayah marah. Aku ingin membuat ayah menunjuk orang lain untuk menjadi raja. Aku tak peduli posisiku sebagai putra mahkota digantikan orang lain. Menjadi raja adalah sesuatu yang menyulitkan dan aku tidak menginginkannya. Sekarang apa kau mengerti?" Jelas Kim Mingyu, menegaskan keinginannya.
"Tapi yang mulia.." Sebelum sida-sida itu menyelesaikan kalimatnya, sang putra mahkota beranjak dari tempatnya dan menyela.
"Aku sudah kehilangan minat. Aku ingin pergi ke aulaku." Ucapnya sambil merapihkan beberapa peralatan yang ia gunakan. Tak lupa ia juga melepas celemek yang ia gunakan, lalu berjalan meninggalkan ruangan, yang kemudian diikuti para sida-sida pendampingnya.
"Saat sampai di aula, aku ingin kalian semua menjauh dari aula. Aku tidak ingin diganggu. Kalian mengerti?" Para sida-sida tak berani membantah dan langsung mengiyakan perintah sang putra mahkota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Pencuri Buku
Historical FictionMingyu, sang putera mahkota yang seharusnya mewarisi tahta merasa tidak tertarik untuk belajar, bahkan mempelajari apa yang memang wajib ia pelajari sebagai seorang calon raja saja enggan. Tapi semua itu berubah setelah ia bertemu Myungho, yang saya...