recommend: kindly play music on mulmed🥰
♫︎ ❣︎ ♫︎ ❣︎
Karena gue tau satu hal yang paling menakutkan saat menyukai seseorang adalah ketika dia dengan mudah atau bahkan effortlessly membuat gue tersenyum lagi dan lagi seperti orang tolol hanya karena menyadari eksistensinya.
Cuma dia yang sukses bikin gue nggak bisa berpindah hati ke orang lain 2 tahun belakangan ini, yang menyedihkannya adalah fakta kalau kita menjalani LDR. Harusnya bisa saja gue mencari lelaki lain yang setiap saat bisa qtime bareng gue daripada ngabisin waktu buat bertukar kabar dari telepon. Tapi entah kenapa gue enggan melakukannya. Karena semua yang gue butuhkan mampu dia penuhi.
Kalau biasanya wekeend begini kerjaan gue bermalas-malasan, tapi hari ini pengecualian. Sejak pagi gue sudah bersiap-siap ke bandara untuk menjemputnya.
Benar, sabtu spesial karena gue akan bertemu dengannya, gue bisa mendengar suaranya secara langsung bukan via telepon. Gue bisa melihat wajah tampannya bukan via video call lagi. Dan bahkan gue bisa menciumnya lips by lips tidak ada lagi acara kiss bye dari layar handphone, hahahahahaha.
Hanya membayangkannya aja jantung gue berdebar nggak karuan. Akhirnya penantian panjang gue berujung juga.
Setelah hampir setengah jam gue menunggu kedatangannya di bandara, hingga akhirnya ekor mata gue menangkap sosoknya yang juga melempar senyum tipis kearah gue.
Tapi gak bisa dipungkiri air mukanya begitu capek. Ekspresi wajahnya bahkan berubah seketika saat pemeriksaan oleh petugas bandara.
Namun gue tetap melemparkan senyum hangat kearahnya. Wataknya yang satu ini gue hafal betul.
Huang Renjun adalah lelaki yang sulit untuk mengontrol raut mukanya. Jadi mudah aja buat tau gimana kondisi hatinya setiap harinya. Kayak; kalau alisnya menukik tajam, itu tandanya hatinya lagi kesal dengan sesuatu. Atau saat dahinya berkerut dan bibirnya maju 3 senti, tandanya dia lagi berpikir keras. Juga saat rahangnya keras, matanya nyalang, berarti dia marah.
Tapi nih kalau suasana hatinya lagi bagus, dia bisa senyum seharian sampai matanya berbentuk sabit, nampakin gigi-giginya yang rapih, dan mendadak banyak ngomong.
Selesai sudah, Huang Renjun menghampiri gue setelah memakai blazer hitamnya sambil menyeret kopernya.
"Miss you badly," ucapnya setelah memeluk gue beberapa detik sebelumnya. Dagunya dia tumpukan ke puncak kepala gue, sedangkan tangannya melingkar di punggung gue erat.
"Miss you too, my Huang." pelukan ini masih belum cukup untuk mengobati perasaan rindu yang gue dera.
"Ayo pulang," katanya, mengakhiri pelukan yang terasa sangat singkat. Tangannya menggenggam tangan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine NCT as .....
FanfictionNCT tuh kondisional, bisa jadi siapa aja yang kamu mau. Penasaran? rasain sendiri sensasinya. Disini. Belum kenal, silahkan kenalan. Siapa tau jadi demen beneran. 𝐏.𝐬 𝐢𝐧𝐢 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐲/𝐧 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 "𝐠𝐮𝐞, 𝐚𝐤𝐮 �...