.
Maaf ya, ZahraFaktanya Yumna tak berniat naik bus awal. Dan ini adalah 7.986 kali Yumna menaiki bus yang sama, dengan waktu yang sama. Atau singkatnya—terlambat.
Tapi kali ini moodnya benar-benar sedang tidak baik. Lihat saja ia sudah mengepalkan tangan melihat kasus pembullyan pagi-pagi. Terlihat di sana gadis itu berlutut, menangis, meminta maaf, di jambaki, di tampar, dan itu menyebalkan.
Yumna berjalan mendakit mereka yang sedang berkerumun. "WOII!" koridor sejenak sepi.
Yumna menaikan satu sudut bibirnya. Berjalan semakin mendekat dan—yah, isi tong sampah itu mengenai kepala si korban.
Zara mendongak. Lalu kembali terisak. Dan Yumna lagi-lagi menatap kesal wajah Zara. Bukankah ia sudah pernah peringatkan? Dan sekarang? Oh shit!
Yumna menendang-nendang pelan paha Zara. "Hoy, lo ngapain di sini?"
"Y-umna."
Tendangan itu semakin keras. Zara meringis pelan.
"Udah Yumna. Kasian dia kesakitan." Stela memegang pundak Yumna. Percaya tidak percaya tapi Stela lebih berbahaya dari Yumna. Mukanya cantik, tapi tolong jangan ketipu.
Yumna menatap Stela. Teman sekaligus sahabatnya. Senyum Stela terpantri penuh hasrat. Yumna yang mengerti mengambil kasar tas Zara. "Lo lupa ya, Zar?" Yumna mulai membukanya.
"Gue 'kan udah bilang kalo ada yang bully lo ya lawan!" Yumna mengeluarkan seluruh isi tas. Kecuali sebekal makanan.
Zara gelapan mulai memunguti barang-barangnya. "Yumna jangan!"
Byurr
Air minum itu tersiram dari atas kepala Zara hingga muncur keseluruh tubuh. Zara terdiam beku. Seketika ia mengingat perkataan Yumna yang akan ikut membully-nya bila ia hanya diam dan tidak melawan. Sekarang Zara menyesal.
"Goblok! Gue gak suka kalo omongan gue gak di hiraukan!" Yumna berjongkok. Membuka tutup nasi. "Makan!" Yumna mepparkan tempat nasi dengan sayur ke tepat wajah Zara.
"Gue bilang makan!" Yumna tak berniat menurunkan tangannya. Dan itu membuat Zara kehanisan napas. Tangan Zata bahkan tak berani menurunkan tempat nasi itu, hanya karena gelayar tawa murid-murid lain.
Yumna berdiri, mengelap tanganbya di baju Zara—sama seperti waktu itu. "Manusia goblok kaya lo! Gak pantes di kasihani." Yumna melengis begitu saja, masih dengan tatapan datar.
Sekarang sisa Zara yang terkena cibiran dari murid yang lain. Gadis itu masih terisak dengan tangan memunguti buku-buku dan beberapa barangnya yang utuh.
Stela berjongkok. "Maaf ya, Zara."
Zara memalingkan wajahnya. Apa-apapan? Padahal Stela duluan yang mulai semua ini.
"Emm kalo kamu gak mau maafin aku sekarang gapapa. Aku bakal terus minta maaf sama kamu." Stela berdiri, setelahnya ia dengan sengaja menginjak tempat makan Zara hingga pecah.
Stela dengan wajah terkejut memutar tubuhnya, menatap Zara. "Ya ampun Zara, aku minta maaf lagi."
Stela dan antek-anteknya pun tertawa.
Zara menatap wadah makannya. Menggigit bibir bawahnya, dengan perasaan sesak bukan main. Isaknya masih terdengar. Memilih bersandar di tembok, tak peduli lagi dengan tatapan mereka. Hingga di detik berikutnya, satu tangan terulur.
Zara mendongak. Tepat di depannya ada Ken di sana. Setelah menjabat dan Zara beridiri, gadis itu bergegas mengucapka terimakasih.
"Yang ... lakuin gini siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EKSKUL | End
Teen Fiction[Gue tantang baca tiga chapter pertama! Kalo gak berhasil ... Aihh gak seru!] . "LARI LE! LARI!" "GAK BISA RE! KAKI GUE PATAH!" Bermula dari tragedi jatuhnya siswi dari gedung lantai empat. Menimbulkan reaksi luarbiasa yang menjadi perangkap tersend...