Sore tepatnya jam 5 sore, aku mengebrak mejaku, entah kenapa tanganku seolah juga ikut marah. "Hiih kenapa sih, apa gunannya, gak puas ? aku berteriak jengkel ", ini karena berita di TV yang menayangkan korupsi yang begitu mekar, seperti benalu yang mendapat air hujan. Lama aku jengkel akupun meletakan kepalaku dikasur tanpa bantal, karena menurutku itu lebih sehat. Dengan perasaan jengkel, aku berusaha melupakan itu, namun pikiranku masih digantung oleh masalah itu.
Kipas dikamarku berembus sepoi-poi, membuat tubuhku menggigil dan mengantuk. Lama kelamaan mataku terpejam, namun segera pecah karena suara tangisan anak kecil di luar rumahku. " siapa itu " aku bertanya dalam hati, aku semakin terheran-heran saat jeritannya semakin menggetarkan jiwaku. Setelah beberapa menit mendengar jeritan itu, aku memutuskan untuk keluar memeriksa suara itu.
Tak kusangka 3 bocah kecil dijalanan mungkin juga ketiganya bersaudara, saling berebut kue donat, adik dari ketiga anak jalanan itu terisak karena kalah rebut dengan kakak-kakaknya. Aku yang melihatnya semakin tak tega ketika sebuah mobil melewati jalan yang tergenang air didepan anak jalanan itu yang menyipratkan air bekas hujan itu.
Aku menangis deras, entah berapa liter air mata yang kukeluarkan, seakan seperti banjir bandang yang menjebol tanggul, pecah berantakan hatiku. Aku yang hanya bisa berdoa agar dia memiliki kehidupan lebih baik kembali kerumah meninggalkan anak jalanan itu dan kembali berpikir. Entah mengapa aku teringat masalah korupsi. " ooh iya " aku mendapat pemikiran yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK TANGGA PENENTU CITA CITA
Teen Fictionmenceritakan sebuah peristiwa penuh motivasi, yang menggambarkan sebuah kejadian yang mampu menyadarkan orang untuk saling berbagi. selamat membaca, mari saling berbagi-saling membantu dalam situasi seperti ini