Part 57. Filosofi Hidup

6.1K 673 105
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jadikan القران sebagai bacaan utama

Happy reading, 😘

•••

Menunggu makanan pesanannya datang, Ares membuka ponsel untuk melihat-lihat foto istrinya.

Pikirannya seketika berlayar jauh mengingat kejadian beberapa minggu lalu.

Sore hari itu ia duduk di kursi yang berada di area balkon kamar sembari membaca buku. Tak lama, Atika datang menyuguhkan secangkir teh di meja lalu duduk di sampingnya.

Ares tersenyum hangat, lalu berujar lembut. "Terima kasih."

Atika balas tersenyum. Namun, sedikit kaku. "Sama-sama, Om."

Tidak menyadari air muka yang ditunjukkan Atika, Ares melanjutkan bacaannya kembali.

Tiba-tiba ... Atika memijat lengannya. Alis Ares sontak mengerut. Ada apa gerangan?

Kontan mata Ares berkilat jahil. Ia sengaja membiarkannya, ingin menunggu sampai Atika berani mengutarakannya sendiri.

Terdengar deheman pelan gadis itu. "Om," panggilnya pelan.

Ares tersenyum membenarkan dugaannya. Ia pun menyahut tanpa berniat menoleh. "Hm,"

"Om...masih punya uang banyak?" tanya Atika kemudian terdengar ragu. Tangan gadis itu masih sibuk memijat lengannya, tetapi gerakannya melemah, seperti sudah tidak fokus.

Ares pun tersenyum samar. "Kenapa? Butuh uang?" tanyanya dengan tatapan yang masih bertahan pada buku di pangkuannya.

Kini Atika terdengar tertawa pelan. "Sebentar ya, Om." ujarnya kemudian beranjak memasuki kamar. Tak lama, gadis itu kembali.

Duduk di sampingnya, sembari membeberkan uang di telapak tangan. "Atika punya uang segini, Om nambahin ya?"

Ares cukup terheran-heran melihat uang di telapak tangan Atika. Pasalnya, uang tersebut seluruhnya dengan nominal seratus ribu, dan ... cukup banyak.

"Kamu punya uang sebanyak ini dari mana?" tanya Ares dengan dahi berkerut. Ia sungguh penasaran.

Atika menyengir kaku. "I-ini ... uang yang Om kasih tiap bulan." jawabnya kembali menyengir.

"Maksud kamu, uang yang aku suruh pakai buat perawatan wajah?" Tubuh Ares sedikit bergerak maju, mencondong ke arah Atika.

Atika mengangguk-angguk, masih setia menunjukkan deretan giginya yang putih dengan kaku.

"Terus, kamu mau pakai uang ini buat apa?" lanjut Ares semakin penasaran.

"Eum...Atika mau sumbangin ke panti asuhan, Om. Boleh, ya?" pinta Atika memasang wajah memelas.

Ares seketika mengembuskan napasnya keras. "Kamu kenapa nggak ngomong dari dulu kalau mau berbagi ke mereka? Aku pasti bakal langsung kasih dan kamu bisa tetep gunain uang ini buat perawatan." terangnya.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang