---
Coklat panas buatanku sore ini berhasil membantuku entas dari kedinginan. Sembari merapatkan selimut biru yang sudah membungkus rapih tubuhku, aku menyeruputnya pelan. Tanganku juga tak henti henti nya bergantian memegangi gagang gelas yang sudah ikut menjadi panas karena adanya peristiwa konduksi.
Baru saja mataku berhasil membaca pesan dari mu yang katanya baru rebah sepulang kerja hari ini. Padahal ini sudah masuk pukul 18.00 yang itu tandanya waktu maghrib sudah hampir tiba.
"Kamu cape ngga?" Pesanku.
"Biasa" Singkatmu membalasku.
Aku tidak tau, semenjak hari dimana kamu menyepakati untuk terus menemaniku sepulang kerja. Aku selalu senang menunggumu. Membolak balik room chat sembari melihat waktu dimana kapan kamu terakhir kali membuka aplikasi whatsapp.
Biasanya kamu membukanya ketika waktu istirahat tiba, kurang lebih saat saat setelah dzuhur dan sebelum ashar. Aku bisa merasa senang mendapat tanda online darimu.
"Ada cerita kah hari ini? " Tanyaku membuka percakapan kita.
"Biasa, aku pulang kerja, lewat alun alun sambil nyanyi"
"Terus kamu seneng ngga? "
"Seneng"
Aku mengangguk pelan. Membaca pesanmu sekali lagi. Berpikir pertanyaan pertanyaan apalagi yang bisa aku buat untuk menyambung percakapan kita.
Benar aku akui, kamu ini manusia paling singkat yang pernah aku temui. Biasanya manusia manusia lain akan membalas pesanku panjang. Sampai sampai aku yang kebingungan harus menjawabnya apa. Yang pada akhirnya aku harus dengan terpaksa mengakhiri percakapan dengan dalih kesibukan.
Tapi padamu, rasanya aku ingin terus menerus berpikir perihal apa apa saja yang sekiranya bisa menghidupkan percakapan kita.
"Kamu ada cerita? " Tanyamu hari ini.
Aku bingung harus menceritakan yang apa saja pada Arga. Rasanya semua ingin aku beritahu tentang segala yang aku alami di setiap hari.
"Banyak" Jawabku.
Satu per satu kata aku rangkai untuk mulai bercerita pada Arga. Aku tahu, mungkin ia di sana sedang dengan seksama membaca atau mungkin sedang dengan terpaksa membaca kalimat kalimat isi ceritaku.
Aku sudah lama kehilangan tempat bercerita. Paling tidak, aku biasanya akan menulis kesana kemari untuk mengungkapkan segala kesah yang ada. Atau bahkan, aku akan bersenang senang sendiri ketika mendapat hal hal baik untukku. Aku jadi sudah terbiasa apa apa sendiri.
Beberapa orang terdekatku kadang menyadari dengan hal hal yang sedang aku terima. Kadang aku bisa menjadi paling ceria ketika apa yang aku ingini tercapai. Pun bersedih, aku bisa menjadi manusia paling mendiamkan diri atau bahkan menarik diri dari lingkungan. Keadaan hatiku memang mudah sekali berubah ubah.
"Terus ibu udah pulang? " Tanyamu menanggapiku.
"Belum, makanya aku minta ditemenin" Jawabku.
Sesuai perjanjian beberapa malam sebelumnya, Arga tetap dengan senang atau berat hati menemaniku sepulang kerja. Bahkan ketika ia memasuki jam istirahat pun ia tetap dengan baik menyempatkan waktunya untuk memberiku kabar.
Aku tidak tahu pasti apa manusia ini senang menemaniku atau tidak. Tapi ia selalu memberi jawaban jawaban tentang "tidak apa apa" perihal aku yang sepertinya merepotkan. Dan aku, hanya mengangguk kesenangan menerima jawaban dari Arga.
Padahal sebelum hari ini, Arga selalu rutin memberi jawaban singkatnya padaku. Kadang pesanku juga tidak pernah dibalas olehnya. Apalagi dibalas, dibaca saja sepertinya tuannya enggan.
Ibarat kumpulan es batu di Kutub, ini merupakan fase pelehehan secara perlahan karena perubahan iklim.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG
Teen Fiction"Mau, bintang!" Lirihnya ditelingaku. Sambil tangan kanannya mengacak puncak kepala yang sekarang sudah semakin berantakan karena kerudung yang tidak tertata. "Sudah ku duga!" Tawaku yang mengundang tawanya. Ingin sekali aku memeluk manusia ini. Me...