8. Lupa sama Ikan!

11.4K 2.2K 260
                                    

Panjang hehe.

🐳🐳

Untuk kesekian kalinya Gagah kembali terjaga saat malam hari. Ia mengerjap saat tahu jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Ia mengusap wajah dengan kasar. Benar-benar kacau akhir-akhir ini. Sejak ketemu Sava pertama kali dan mimpi-mimpi tentang perempuan itu yang menangis, lalu tidak lagi diingatkan saat ia sudah meminta maaf, sekarang ia mimpi lagi!

Seumur-umur Gagah tidak pernah mimpi perempuan sampai sesering itu.

"Kita nggak cocok."

Ucapan Sava kemarin membuat Gagah berpikir ulang.

"Iya, Sav. Kayaknya kita nggak cocok."

Setelah Gagah mengiyakan, kok masih kepikiran?

Gagah akhirnya turun dari tempat tidur. Ia menuju dapur untuk menyeduh minuman hangat. Malam lagi dingin banget padahal AC kamar sudah ia matikan sejak sore. Ia membawa segelas susu, iya ia memang seperhitungan itu mengenai minuman apa yang harus dikonsumsi di jam-jam tertentu.

"Ikan-ikan," panggil Gagah setelah menarik kursi dan duduk di depan akuarium. Dua lengannya ditempatkan di meja untuk menyangga dagunya saat menatapi kegiatan ikan berenang. "Masa gue kepikiran Sava lagi?"

Gagah tidak tahu kenapa Sava muntah saat lihat foto louhan. Apa perempuan itu punya sejenis phobia atau alergi, ia tidak tahu.

"Kalian pasti nggak setuju kalo gue sama Sava. Soalnya dia takut sama kalian, terutama lo." Gagah menunjuk satu ikan di akuarium terpisah. "Louhan. Padahal lo cakep banget. Lo gue dapet harus mempertaruhkan adek gue sendiri. Untung calonnya adek gue nggak ketulungan baiknya, Lou. Jadi gue nggak dilema milih antara adek atau ikan."

Gagah nyengir setelah mengucapkannya. Kalau Anin dengar pasti ia sudah dilempar sepatu.

"Apa?" Gagah seperti mendengar gemericik air dari atraksi si cupang buas yang bolak-balik memutari tanaman yang ia taruh di dalam akuarium. "Lo bilang gue suka Sava, Pang? Serius?"

Ngadi-ngadi memang si cupang. Gagah mana bisa langsung suka sama Sava? Tertarik masih mungkin. Buktinya Gagah sempat hampir mengiyakan ajakan Sava untuk memulai sebuah hubungan walaupun akhirnya tidak jadi karena ada ikan di antara mereka.

"Apaan, Lou? Ngaco banget lo!" Gagah sedikit emosi. Kepalanya louhan persis di depannya, diam di sana tidak berenang ke sana kemari. "Lo bilang gue nggak suka dia tapi cinta? Lo jangan belain dia. Lo bisa ilang abis ini kalo setuju gue sama Sava."

Perasaan katanya jidat jenong itu pintar mikir. Kok louhan yang benjolnya keterlaluan itu malah makin mengada-ngada.

Gagah mengangkat kepala dari meja dan bersandar di kursi. Ia menyeruput susu hangat lalu menyisakan setengahnya. Ia jadi berpikir keras. Coba ia punya istri, pasti kalau kebangun jam segini tidak mungkin lihatin ikan doang kan?

Kok jadi ngebet begini ya? Padahal sebelumnya Gagah masih santai. Soalnya dulu kan Anin belum punya pacar dan Gagah merasa punya kewajiban untuk melakukan proses seleksi ke lelaki yang dekat dengan Anin. Dan kebahagiaan Gagah sendiri menjadi nomor sekian baginya.

Sekarang saat ia yakin adiknya sudah berada di tangan yang tepat, malah Gagah sendiri yang susah cari pasangan. Ia cukup selektif juga. Soalnya sebelum ini jarang yang selain menyayanginya juga sayang ke keluarga.

Gagah belum menemukan itu. Dulu pernah banget paling parah saat Gagah antar Anin berobat saat sakit, pacarnya ngambek berat katanya tidak diprioritaskan. Astaga, masa iya pacar Gagah itu lagi buang air besar saja suruh ditungguin? Cemburu yang tidak masuk akal. Malah terkesan membuat Gagah jadi miliknya saja, bukan milik keluarganya.

Fishing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang