Happy Reading~
“Eh, lu punya mulut bisa diem gak sih?!” Kali ini Bryan yang maju.
“Suka-suka gualah. Emang lo siapanya Chelsea—sampai ikut campur urusan dia?” sarkas Miranda dengan mengangkat sebelah alisnya.
“Lu gak tahu? Gua pacar Chelsea, dan apapun yang menjadi urusan Chelsea, bakal jadi urusan gua juga. Dan siapa pun yang berani ngelawan Chelsea, maka harus berhadapan sama gua—termasuk lu sekarang!” cerocos Bryan.
Miranda meneguk ludahnya dengan berat.
“Dan tadi lu tanya apa? Kenapa Chelsea bisa selamat? Itulah gunanya kehadiran gua! Sejak awal lu mau buat rencana sampai kejadian di mana Galang berusaha buat habisin Chelsea, gua ada di sekitar kalian. Gua tahu semua prosesnya!” jujur Bryan yang sukses membuat Miranda seolah tak percaya bahwa selama ini, semua yang ia rencanakan di bawah pemantauan Bryan.
“Gak! Gak mungkin! Lo bohong, 'kan?” tanya Miranda masih tetap tidak percaya.
“Gua gak bohong. Atau ... lu mau gua puterin videonya biar lu percaya? Gua punya semua kok, buat bukti,” tantang Bryan dengan senyum smirk.
“Eh, lo jangan macem-macem, ya!” ancam Miranda sambil melototkan matanya.
“Apa lu, sok-sok ngancem gua?!” gertak Bryan dengan nada tinggi.
“Lo tuh ya, bener-bener!” ucap Miranda mendengus kesal.
“Eh, Miranda. Asal lu tahu, ya. Lu tuh bener-bener cewek gak berhati yang cuma mengedepankan ambisi dan menjadikan taruhan nyawa orang lain buat ngewujudin keinginan lu. Lu tuh bener-bener kelewatan tahu gak? Atau bisa dikatakan, lu gak pantas buat hidup lagi. Ups, canda gak pantas, haha!” ledek Chelsea.
“Jaga mulut lo!” Miranda langsung mengangkat tangannya dan hendak menampar pipi Chelsea. Namun ditangkis dengan segera oleh Bryan dan mencengkeramnya kuat.
“Lepasin gak?! Lepasin tangan gue!” paksa Miranda berusaha memberontak.
“Sampai lu berani sentuh ataupun sakitin cewek gua, gua gak akan segan-segan buat bales lu! Gua gak peduli meskipun lu cewek sekalipun!” ancam Bryan.
Kemudian Miranda langsung menarik tangannya dengan paksa.
“Oh, ternyata Miranda pembunuh ya guys ... baru tahu,” ceplos salah satu siswi.
“Iya, cuma gara-gara ambisi, sih. Tapi ternyata malah melakukan hal yang keji,” sahut siswi lainnya.
“Diam lo semua! Kalian gak tahu apa-apa. Gue yang lebih tahu. Apa yang kalian bilang itu gak benar! Gue bukan pembunuh yang seperti kalian duga!” gertak Miranda sambil emosi.
“Hei! Kurang jelas apa? Mas Bryan punya banyak buktinya. Apa lu mau bukti videonya ditampilin di layar lebar di setiap kelas supaya anak satu sekolah tahu semua?” tantang Chelsea.
Miranda hanya diam, badannya bergetar.
“Kenapa? Takut? Gak berani 'kan, lu? Makanya, kalau mau berbuat sesuatu tuh pikir dua kali. Punya otak itu buat mikir,” ledek Chelsea.
Setelah perdebatan berakhir, Bryan langsung memberikan kode. Tak lama setelah itu, dua orang polisi segera berlari dan langsung menangkap Miranda.
“Apa-apaan ini?!” tanya Miranda panik.
“Saudara Miranda, harap ikut kami ke kantor polisi sekarang!” perintah salah satu posisi bernama Pak Anto.
“Tapi, saya nggak salah apa-apa, Pak. Kenapa harus menangkap saya?” tanya Miranda pura-pura tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Telah Pergi
Teen Fiction"Aku adalah awan, dan kamu adalah hujan. Hujan ada karena awan, tetapi awan menjadi tiada karena hujan. Kamu ada karena aku, tetapi aku menjadi tiada karena kamu." ~ Chelsea Anggia Kartika ~ "Bukan kamulah awannya, tetapi kamulah huja...