"Halo, guys!" Gilang menyapa dengan ala SWAG.
"Yo!" sahut Ricky bertos ria.
"Berisik!" sewot Fenly tengah membaca novel.
"Hoamm ...," gumam Fajri membenarkan posisi kepala, lalu lanjut tidur.
Gilang mendengus sebal melihat kedua dua teman sekelasnya itu. Hari ini aura Gilang berbeda, lebih bersinar layaknya cahaya matahari.
Semenjak mendapatkan sebuah surat dan sebatang cokelat dari adik kelas, Gilang tidak merasa dirinya jelek. Gilang berencana untuk mencari kelas sang adik kelas.
"Lang ... sepatu gelang," ledek Ricky.
Gilang tak perduli ledekan Ricky. Senyum manis tercetak lebar di bibirnya.
Fenly sampai risih melihat Gilang senyum-senyum seperti orang gila, padahal dirinya juga tersenyum dibalik novel.
Cinta membuat seseorang lupa diri.
Cinta membuat seseorang berubah.
Cinta membuat seseorang bersemangat.
Cuplikan novel yang Fenly baca. Fajri mengintip sekilas ke arah Fenly.
"Ciee ada lagi bucin nih!" seru Fajri.
"Hah?! Siapa-siapa?" tanya Ricky dan Gilang penasaran.
Fajri melirik ke sebelah kanan. Posisi tempat duduk Fenly berada. Semua mengikuti arahan mata Fajri, senyum meledek tercetak.
"Ciiee ... si Penly lagi bucin ternyata," goda Ricky.
"Uhuyy! Si muka flat sama kang ngegas bisa bucin nih," sambung Gilang.
Fenly menghela napas kasar. Bisa-bisanya ketiga sahabatnya itu menggoda dirinya.
"PUAS-PUAS DAH LO PADA!" Fenly dalam mode ngegas.
"Hahahaha ...."
Tawa pecah dari trio kwek-kwek membuat Fenly semakin kesal. Fenly beranjak pergi dari kelas dengan menatap tajam mereka.
"Hahaha ...," tawa Gilang.
"Muka si Penly merah tuh kayak tomat." Ricky tertawa puas.
"Dia kan memang gampang salah tingkah," sahut Fajri si biang kerok.
_#_#_
Gilang berjalan menelusuri lorong kelas lantai tiga, di mana letak adik kelas berada. Siulan kecil seperti burung gereja menyalurkan perasaan bahagia.
"Halo ... Lilis ya ada?" tanya Gilang tersenyum manis.
"Eh, ada Kak. Tunggu sebentar ya," balas Dilla.
Dilla masuk ke dalam kelas, Gilang cukup menunggu di luar. Sosok Dilla datang bersama Lilis, si gadis berhijab.
"Ini Kak, si Lilis ya," ujar Dilla menarik lengan Lilis pelan.
Lilis menundukkan kepala malu. Kakak kelas menatap dirinya penuh arti.
"Hai, Lilis," sapa Gilang ramah.
"I-iya, Kak." Kedua pipi Lilis muncul kemerahan.
Dilla sudah pergi hilang entah kemana. Gilang mengajak Lilis ke suatu tempat. Lilis hanya mengikuti di sebelah sang Kakak kelas.
Tibalah mereka di atas rooftop. Di sana sudah terdapat meja kotak dan kedua bangku sekolah.
Di atas meja ada tersedia dua piring berisi spagetthi dan dua gelas sirup merah. Terdapat lilin putih di tengah-tengah meja.
Lilis terpukau melihat pemandangan di depannya. Dia tak percaya Kak Gilang menyiapkan ini semua untuknya.
"Kak Gilang," panggil Lilis gugup.
"Taraa ... gimana Lis?" tanya Gilang tersenyum manis mengalahkan gula pasir.
"Lilis suka banget, Kak. Terima kasih ya," ucap Lilis tersenyum tulus.
Degh!
Hati Gilang merasa meleleh hanya melihat senyum itu. Gilang menarik tangan Lilis pelan menuju meja.
Keduanya duduk di tempat masing-masing. Gilang dan Lilis memulai acara nge-date dadakan di mulai dengan berdoa terlebih dahulu.
"Selamat makan, Lilis," ucap Gilang manis.
"I-iya, Kak," balas Lilis masih gugup.
Suasana di rooftop begitu indah. Langit berawan menutupi terik matahari. Burung-burung berterbangan di atas langit. Hembusan angin sepoi begitu menyejukkan.
Gilang berterima kasih kepada ide Ricky dan Farhan yang telah membantunya. Dia berencana akan mentratik mereka nanti.
.
.
.
.
.____BERSAMBUNG____
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita 3 Cinta
FanfictionFenly, Fajri dan Ricky, ketiga sahabat yang tak terpisahkan sejak kecil. Mereka selalu bersama bahkan sampai sekolah pun sama. "Gue, sebenarnya sudah suka sama lo sejak lama." "Kamu ... mau nggak jadi pacarku?" "Gue gatau bagaimana perasaan suka in...