Sejak hari dimana Lisa jatuh kekolam, sejak saat itu juga Sehun sering menghubunginya. Menanyakan keadaannya, menyuruhnya istirahat bahkan mengirim makanan yang banyak untuk Lisa makan.
Lisa menjadi bosan karena Sehun hanya menyuruhnya saja tidak datang menemuinya.
Tidak tahukah bahwa Lisa begitu merindukannya? Lisa bahkan rela memutar rekaman suara Sehun sampai ratusan kali untuk mengobati rasa kangen.
Lisa ingin menyuruhnya kesini tapi Lisa juga harus sadar diri bahwa prioritas Sehun sekarang bukan dirinya melainkan istrinya yaitu kakaknya sendiri.
Bahkan setelah Sehun dan Yoona pulang dari Honeymoon mereka pun Sehun tak pernah berkunjung.
Lisa berpikir tidak baik bergantung pada laki-laki itu, tapi hormon yang ada pada dirinya saat ini menjadi menggila jika Lisa berusaha untuk mengabaikan rasa rindunya pada Sehun, namun rasa menerima lebih besar daripada itu.
Lisa tersentak saat sebuah panggilan mengalun lembut dari ponselnya. Lalu mengintip ponselnya dan menemukan nama seseorang yang baru saja ia pikirkan barusan.
Lisa menghela napas sebentar dan dengan malas mengangkat panggilan tersebut.
"Aku sudah mengirim makan siang untukmu. Jangan lupa dimakan."
Lagi.
Sehun mengirim makanan untuk kesekian kalinya. Tak tahukah Sehun bahwa yang ia inginkan adalah kehadiran laki-laki itu. Bukan sekedar makanan atau mengingatkannya makanan. Tanpa diingatkan pun Lisa akan makan. Memangnya siapa yang mau mati kelaparan.
"Kau sibuk?"
"Hmmmm. Masih banyak yang harus kuurus. Oh, sepertinya Yoona telpon. Kita sudahi dulu ya. Aku akan menghubungimu lagi."
"Aku tidak mau."
"Eh?"
"Aku bilang aku tidak mau."
"Lisa, jangan begini. Kalau ketahuan Yoona bagaimana?"
"Biarkan saja."
"Lisa, kau yang menyuruhku untuk menyembunyikan hubungan ini. Dan sekarang kau ingin dia tahu disaat aku sudah menikah dengannya—"
"Kau menyalahkanku?"
"Lisa, aku tidak bermaksud—"
Lisa langsung melemparkan ponselnya pada tembok dan membiarkan ponselnya hancur berkeping-keping disana.
Tak peduli bagaimana nasib ponsel tersebut, Lisa malah memilih masuk kedalam selimut, membaringkan dirinya disana.
Hingga bulir-bulir air mata mulai berjatuhan.
Disisi lain Sehun memanggil Lisa karena tak ada jawaban.
"Lisa!" Sehun menatap ponselnya. Panggilan berakhir begitu saja. Bingung dengan sikap Lisa, Sehun akhirnya memutuskan untuk datang ke apartemen Lisa. Namun sebelum ia benar-benar pergi, Yoona malah datang dan menenteng paper bag yang pasti isinya adalah makanan.
"Kau mau kemana?"
Sehun bingung harus memberi alasan apa.
"Ada urusan sebentar, kau makan saja. Sepertinya aku lama diluar."
"Tahu begitu, aku tidak perlu datang."
"Aku minta maaf. Ini mendadak. Hmmmm, lain kali aku yang akan datang ke tempatmu agar kau tidak cape-cape datang kesini."
Yoona merengut, kemudian kepalanya menunduk karena ingin menangis. Bukan begitu, Yoona tidak pernah lelah, hanya saja dia ingin makan berdua bersama suaminya. Kadang Yoona merasa bersalah karena tidak bisa mengurus suaminya dengan baik.
Sehun menyentuh kedua bahu Yoona dan menatap wanita itu tatapan lembut, menenangkan hati siapapun jika melihatnya.
"Kau tidak perlu merasa bersalah padaku. Kau sudah melakukan yang terbaik sayang. Atau kau simpan saja makanan disini. Aku akan makan setelah kembali. Hmmm?"
Yoona mengangguk lalu mendongak dan mengecup bibir Sehun pelan lalu Yoona menjauhkan dirinya.
"Pergilah."
Sehun mengusap puncak kepala Yoona sebentar lalu pamit dan pergi.
***
Lisa merutuk kesal karena bunyi bel yang tidak berhenti. Dengan hentakan kaki kesal, Lisa membawa kaki mungilnya melihat kearah interkom apartemennya untuk memastikan siapa yang datang.
Kurir makanan! Lisa berteriak dari dalam. "Letakkan saja disitu!!" Emosi Lisa meledak-ledak. Siap memarahi siapa saja yang mengganggunya. Hingga saat ia sampai dikamar bel berbunyi lagi membuat Lisa dengan geram berjalan cepat menuju pintu dan membuka pintu dengan gusar dan memarahi orang tersebut.
"SUDAH KUBILANG MAKANANNYA LETAK DISINI DIDEPAN PINTU SINI, KENAPA KAU MEMBUNYIKAN BEL LAGI!!"
Belum sempat Lisa mengomel lagi, Lisa sudah dikejutkan dengan kedatangan Sehun yang ada didepannya. Menemukan makanan yang dibawa kurir berada ditangan Sehun, membuat Lisa dengan gerakan cepat meraih makanan itu dan membuangnya ketempat sampah, dan Sehun terkejut setengah mati.
"Lisa!"
"Kau. Pulang! Apa yang kau lakukan disini?!" Bentak Lisa.
"Kita harus bicara."
"Tidak ada yang perlu dibicarakan!" Lisa berbalik namun segera ditahan oleh Sehun.
"Kita harus meluruskan kesalahpahaman ini."
"Masa bodoh! Aku tidak punya kesalahpahaman denganmu!" Lisa menyentak tangannya dengan keras hingga terlepas dari genggaman Sehun.
"Kau. Tidak. Punya. Hubungan. Apapun denganku saat ini. Jadi lebih kita tidak perlu bertemu untuk selamanya."
Saat Lisa tidak ingin berbicara lagi, dengan sekali gerak Sehun memegang bahu Lisa dan membawanya kedalam, menutup pintu dengan ujung kakinya secepat kilat lalu mendorong Lisa hingga ke tembok samping pintu, mengurungnya dengan sebelah tangan sedang tangan lainnya memegang tengkuk Lisa dengan ibu jari yang berada tepat di leher Lisa.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan uh? Kau menyuruhku untuk menikah dengan kakakmu dan aku lakukan. Kau menyuruhku untuk fokus dulu terhadap kakakmu semuanya sudah kulakukan. Lalu sekarang apa yang kau mau lagi? Kau ingin aku bagaimana?!!"
Tak sadar suara Sehun meninggi dan membuat Lisa terkejut seketika.
"K-kau menyalahkan k-ku?!"
"YA, AKU MENYALAHKANMU!! SEMUA INI JELAS SALAHMU!!"
"Jika saja kau menyetujui aku untuk mengatakan pada orang-orang bahwa aku yang menghamilimu tentu saja masalahnya tidak serumit ini dan aku tidak harus berbohong pada Yoona!"
"Kau pikir aku senang dengan pernikahan ini?! Kau pikir aku bahagia bersama dengan Yoona?! Jawabannya tentu TIDAK! Aku tidak bahagia Lisa. Aku merasa bersalah. Bahkan jika dia tertawa dan bahagia karena ku pun rasa bersalahku padanya semakin besar!"