61. Ber(Isi)

86.5K 7.8K 252
                                    

Semuanya sudah berubah. Tak ada lagi tekanan, tuntutan, kekerasan dan ketidakadilan dikehidupan Lera. Luka yang menggores hatinya sudah mengering, bahkan luka itu mengering lebih cepat. Lukanya memang sudah mengering, tapi bukan berarti tidak menimbulkan bekas dan hilang begitu saja.

Yang jelas, hidupnya yang sekarang jauh lebih baik dari dugaannya. Lera juga tak pernah menduga bahwa pernikahannya dengan Dito akan memberi pengaruh sebegitu besar pada hidupnya. Ia pikir, pria itu hanya akan membawa dampak negatif, tapi semuanya salah. Berkat Dito lah ia masih bertahan di titik ini, bersyukur atas cobaan dan nikmat alur tuhan.

Bulan ini adalah tepat dimana dua bulan sudah Lera menggarap skripsinya. Jika kebanyakan mahasiswa mengerjakan skripsi atau tugas yang menumpuk itu akan memicu menurunnya kesehatan, atau bahkan membuat berat badannya menjadi turun karna kurang istirahat dan pola makan yang cukup.

Tapi berbeda dengan Lera, gadis itu malah terlihat semakin segar, pipinya terlihat lebih gembul dan berisi. Auranya juga tak sedingin dulu lagi.

Kini dikantin kecil yang terletak dipojok kampus, Lera, Eva, Cloud, juga Raina sedang berkumpul. Cloud adalah teman sekelas Lera juga, bukan hanya teman. Gadis itu juga merupakan spesies seperti Lera, pendiam, muka datar, dan cerdas. Bedanya ia masih mau jika diajak berkumpul dengan temannya, ia juga sering menunjukkan sifat akrabnya pada Lera juga Eva.

"Gue perhatiin Ra, muka lo makin hari makin gembul ya" ucap Raina.

Eva dan Cloud menoleh pada Lera. "Kan, bukan cuma gue Ra yang nyadar kalo lo itu makin berisi. Lebih lagi pipi lo yang makin kek bakpao" ujar Eva.

Lera mengaduk es jeruknya. Ia tak menanggapi, masa bodo dia gembul atau tidak.

"Biasanya nih ye, mahasiswi yang ngerjain skripsi tuh badannya makin hari makin kurus. Karna dia selalu fokus sama skripsinya, jadi pola makannya ngga teratur gitu. Lah ini, lo! Malah kebalikannya" ujar Eva.

Ucapan Eva disetujui oleh Raina. "Tapi gue salut sih Ra sama lo, otak lo cair nya ngga main-main. Cuman sikap lo yang masih beku" ujar Raina, kemudian beralih menatap Cloud yang memainkan ponselnya.

"Lo juga awan, kenapa lo bisa pinter banget?" tanya Raina.

"Due es batu ini tuh emang gitu, otaknya aja cair. Tapi sikapnya kagak, masih sama ae. Beku kek otak lo" ucap Eva enteng.

Raina berdecih. "Kek lo engga aja"

"Emang" sahut Eva, kemudian disusul dengan tawanya.

Lera melirik Raina dan Eva yang sama-sama tertawa tanpa beban. Receh sekali humornya.

"Oh iya, ngomong-ngomong Cloud. Skripsian lo semester depan kan ya?" tanya Eva ketika tawanya sudah mereda.

Cloud mengangguk.

"Udah mulai mikirin judulnya?"

Cloud mengangguk lagi.

Eva menghela nafas lesu. "Kapan ya gue bisa skripsian kaya lo berdua" gumamnya.

"Jangan dipaksain, lakuin hal semampu lo. Takdir orang beda-beda kan?" ujar Cloud.

Eva dan Raina mengangguk menyetujui ucapan Cloud.

Ting!

Lera meraih hpnya yang tergeletak. Menandakan satu notif masuk. Lera membukanya, membaca pesan itu hingga membuat bibirnya sedikit tertarik keatas membentuk senyuman kecil.

"Gue pulang dulu" pamit Lera, lalu menenteng tasnya dan pergi.

"Yee main pergi aja" gumam Eva.

Cloud menatap kepergian Lera, lalu menoleh menatap Eva dan Raina bergantian. "Lera udah nikah?" tanya Cloud.

Jodohku Polgan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang