26. Steve POV

3.8K 260 45
                                    


Kuhela nafas panjang begitu sampai diruangan kerjaku. Aku tidak bermaksud untuk menahan atau mengurung Conan – sungguh. Aku hanya khawatir, sangat khawatir. Aku tidak menginginkan hal buruk terjadi kepadanya.

El yang berada dalam gendonganku membuka matanya dan menatapku dengan lucu – menggemaskan. Benar-benar duplikat Conan – sangat lucu.

"Mengkhawatirkan Mommy, hum?" tanyaku rancu kepada El yang tidak di respon sama sekali.

Untuk menghapus rasa khawatir dalam diriku, ku buka ponsel pribadiku dan melihat keberadaan Conan saat ini. Bagaimanapun aku masih mengawasi pergerakan manusia tengik tersebut. Bahkan kini semakin ketat.

Tetapi, anehnya keberadaan Conan tidak menunjukkan bahwa ia berada di Rumah Sakit milik Caitlyn. Dengan debaran jantung yang begitu keras, aku membawa El pergi dan mengikuti arah keberadaan Conan berdasarkan lokasi ponselnya.

Dengan terburu-buru namun masih menggendong El dengan hati-hati. Bagaimananpun buah hati kami tidak terluka sedikitpun karena kelalaianku. Kuabaikan semua sapaan karyawan diruangan ini yang menghalangi langkah terburu-buruku.

Pedal gas mobil kuinjak dengan kuat dan membawaku melaju dengan kencang. Sebelah tanganku memegang setir dan satunya lagi mengelus El yang kugendong pada dadaku agar El tidak merasa terkejut ataupun ketakutan.

*

"Apa yang sedang kau lakukan disini, sweetheart?" tanyaku panik pada Conan yang sedang memeluk erat lututnya sambil terduduk. Ia menghempaskan tanganku pada bahunya dan menatapku nanar, bagian dadaku terasa nyeri saat melihat tatapan paraunya.

"Apa yang sedang kau lakukan, hum? Ada yang menyakitimu? Mengapa kau berada disini?" tanyaku bertubi-tubi karena cemas.

"Aku bertemu seseorang didalam penjara," ucapnya dingin dan seketika membuatku mengerti kearah mana pembicaraan ini.

"Lalu?" tanyaku menenangkannya serta merangkulnya untuk masuk kedalam mobil.

"Ia berkata siapa yang mendapatkan keuntungan dari semua ini?" balasnya lebih datar lagi.

Ku hela nafas panjang dan menatapnya dalam dengan rasa khawatir. Sungguh, ingin kurengkuh tubuh lemahnya kedalam pelukanku. Tetapi, aku tahu bahwa ini bukanlah momen yang tepat.

"Ingin menyampaikan sesuatu?" tanyaku seduktif dan menatapnya dalam, tetapi ia menghindari tatapanku dan menatap kosong kepada angina yang sedang berhembus.

"Apakah pertemuan kita memang sudah terencanakan? Apakah kau memang sudah mengincarku sejak dulu? Seharusnya aku tidak merasa heran ketika kau dengan mudah menemukanku dan mengetahui seluk-beluk silsilah keluargaku," ucapnya keras sembari menangis tertahan. Mata memerahnya terus berurai air mata dengan tatapan kosong.

"Aku sungguh telah mencintaimu sepenuhnya, bahkan aku telah melahirkan El karya busuk yang kau lakukan padaku hampir disetiap kesempatan. Tetapi, kau hanya mempermainkanku. Merencanakan segala hal gila ini kepadaku dan membuatku semakin hancur," ujarnya dengan parau mengeluarkan segala keluh kesahnya. Seharusnya, aku benar-benar mengurungnya didalam rumah.

"Seharusnya kau malu kepada El yang menatapmu nanar," ucapku datar.

"Itulah alasan mengapa aku tidak membiarkanmu melakukan apapun, hanya dirumah untuk menjaga El. Kau terlalu mudah diprovokasi," jelasku lagi semakin datar. Ku genggam tangannya lembut hendak membawa menuju mobil, namun dihempaskannya dengan kasar.

"Masuk ke mobil," perintahku dengan dominan yang hanya dibalas dengan acuh.

"Haruskah aku menggendong bersamaan dengan El?" sinisku lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

exile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang