Extra Part 5

8.3K 411 6
                                    

Senyum Vella tak terkendalikan saat matanya bertemu dengan sunlounger dari balkon kamarnya dilantai dua villa. Ingatan masih sangat jelas tentang aktivitas mereka di pagi hari tadi.

Outdoor sex. Untuk pertama kalinya ia melakukan percintaannya di atas sunlounger sembari menikmati pemandangan alam tanpa terhalang apapun. Langit, pantai, ombak, bahkan angin laut yang segar.

Awalnya ia ragu, karena khawatir jika hal itu akan tak nyaman untuknya. Namun Josh, ia selalu berhasil meyakinkan Vella. Hingga akhirnya ia tahu bahwa outdoor sex tidak buruk jika dilakukan dengan tepat. Bahkan ia ingin mencobanya lagi lain kali. Sensasi baru yang - bisa dikatakan luar biasa.

"Tersenyum mengingat Budiono, hm?" Josh melingkarkan kedua tangannya dan mengecup bahu Vella yang terbuka.

"Banyak hal yang bisa membuatku tersenyum. Tidak harus dia kan?" sahutnya kesal.

"Padahal dia tidak jelek. Kenapa kamu tidak menyukainya dulu? Lagipula dia cukup berjuang untukmu. Aku tahu banyak bunga dan cokelat diatas mejamu." godanya membuat Vella memutar bola matanya.

"Memangnya semudah itu menyukai pria? Kalau bicara soal tampang, lebih banyak yang lebih tampan dari Dio. Tapi aku menolak mereka semua."

"Dan berimbas pada pekerjaan mereka. Hal itu benar-benar membuatku kesal."

"Sudah resiko punya staf cantik dan jadi rebutan." ujar Vella membanggakan diri.

"Dan sekarang staf marketing yang cantik itu sudah menjadi Mrs. Schmidt. Istri dari pemimpin perusahaan yang menyebalkan."

"Sangat menyebalkan." jelas Vella.

Josh terkekeh kemudian memeluk Vella semakin erat. "Baby?"

"Ya?"

"Kamu suka villa ini?"

"Suka, Josh. Suka sekali. Villa ini sangat nyaman dan pemandangannya luar biasa indah. Aku sempat bertanya-tanya siapa pemilik villa ini."

"Kamu."

"Aku?"

"Yes, you. This is yours." ia mengecup pipi Vella.

Vella buru - buru memutar tubuhnya. "Josh? Tapi kan aku tidak memenangkan taruhan kita?"

"Apa harus menang taruhan dulu, baru aku akan memberi apa yang kamu inginkan?" Josh mengecup singkat bibirnya.

"Kamu sudah merencanakannya sejak lama?"

"Ya, sejak aku tahu bahwa anak kita laki-laki. Aku sengaja tidak mengungkit soal taruhan itu buru-buru. Aku menunggu momen yang tepat. Menagih hadiahku sekaligus memberi hadiah untukmu. Ini hadiah pernikahan dariku."

"Josh, kamu memberiku hadiah. Makan malam, villa. Sedangkan aku? Aku tidak memberimu apapun."

"Bagaimana jika aku memintanya sekarang?"

"Apa?"

"Melanjutkan yang tertunda tadi pagi?" ia menunjukkan senyum menggodanya.

Josh benar. Mereka memang gagal melakukan percintaan kedua setelah di sunlounger. Josh sudah berencana akan melanjutkan di shower, namun sayang suara dering ponselnya yang berbunyi terus menerus tak bisa ia abaikan. Pada akhirnya ia terpaksa menghentikan tautan bibir mereka dan meninggalkan Vella yang tertawa tanpa henti melihat wajah frustasinya.

Vella menghela. "Apa tidak ada yang lain?"

"Baiklah jika kamu tidak mau. Aku tidak memaksa. Kita istirahat sekarang, oke?." ia mencium puncak kepala Vella. "Sudah malam."

Perfection of Madness (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang