Day 2.

2 0 0
                                    

Part ll.

Waktu, tempat, atau bahkan orangnya. Adalah semua hal yang sangat berpengaruh soal first impressions. Seperti menumbuhkan kesan, yang akan selalu di ingat. Sudah bukan rahasia lagi bukan? Kalo saat pertama adalah hal yang paling kita ingat diantara hal lainnya.

Pandangan yang tidak akan mungkin aku lupa. Mungkin, sudah lama tidak punya pandangan yang seperti itu. Pandangan yang lurus, tertuju pada satu hal,yaitu caramu tertawa. Seolah merayu dengan bahagia, menggoda kesana kemari untuk melihat tawa itu selalu. Indah, aneh, dan juga unik.

"dia punya cara yang aneh. Out of the box.
Anehnya, aku pun ikut menjadi orang yang aneh. Lalu, tiba-tiba aku menyadari bahwa aku telah jatuh cinta karna tawa itu. Dan menjadi aneh karenanya."

Namun, sering kali pertanyaannya muncul di otak. Beberapa pertanyaannya yang mungkin saja, kalian juga merasakan itu sewaktu habis bertemu.
Seperti, tadi muka aku gimana ya? Dia malu ga ya kenal orang kayak aku? Atau bahkan aku tidak seperti yang terlihat di foto, apakah dia masih mau ya sama aku?

Beberapa pertanyaannya seperti itu selalu hadir. Dan memaksa kita untuk memikirkan apakah kita adalah orang yang dia mau? Karena seberapapun kita berusaha kalo bukan kita yang dia mau. Buat apa?
Secakep apapun dia. Kalo bukan kita yang dia mau, juga buat apa?
Sometimes, kita tidak perlu menerapkan tipikal pasangan kita seperti apa.
Kadang, kita mencari yang mau sama kita saja, itu sudah susah.
I mean, suka disini adalah menerima kekurangan dan tentu saja, about our flaws.

Rasanya ini seperti mimpi. Orang yang kita sukai, menyukai kita juga. You know how feel it right?

***

Disisi lainnya. Aku selalu menanti waktu untuk mempersilahkan kami bertemu kembali. Untuk bisa melihatnya lagi, tutur katanya, merdu tawanya, paras-nya yang menawan, dan mata yang selalu ingin aku pandangi.
Aku tersenyum kecil, kalo mengingat lagi, bagaimana malunya dia ketika aku memandangnya saat sedang makan sesuatu yang enak.
Kepala yang selalu bergoyang, mulut serta pipi yang penuh dengan cemilan, sambil bersenandung "jenggg, jengg jenggg, jengg jenng."
Cara dia memakan sesuatu yang enak juga bisa terbilang aneh. Dimana sebagaian orang entah itu makanan enak atau tidak, orang selalu santai dan kalem. Tapi, dia tidak begitu. Dia selalu memakan sesuatu yang enak, wajahnya pun bisa berubah menjadi ceria begitu pula moodnya. Entah enak atau tidak, dia selalu punya cara unik untuk mengekspresikannya. Aneh.

Namun, ada beberapa hal yang kadang aku nanti dan itu juga tidak pernah datang.
Aku juga pun tidak meminta, atau memaksa dia harus begini ataupun begitu. Karena, aku masih merasa kalo sebenarnya dia masih ingin bebas melakukan hal ini itu. Seperti me time dan sebagainya.
Kita semua begitu. Ada beberapa hal yang sangat kita ingin sesuatu seperti perhatian, afirmasi bahkan di genggam saat di keramaian.
Namun, kita engga meminta. Tak jarang pula kita menyerah untuk meminta, bahkan kita juga kadang yang mengambil kendali seperti memberi beberapa perhatian kecil, afrimasi dan menggenggam tangannya di keramaian. Simply but a thousand times it'll be enough.

Aku pun enggan menjadi munafik. Kita semua juga tidak ingin di abaikan. Kadang aku juga ingin di utamakan di atas aplikasi seperti tiktok atau Instagram. Lucunya, aku kadang merasa cemburu dengan beberapa sosmed. Ga logis sih. Cuma ya, kita kadang enggan munafik.
Tapi, selama aku menjalanin hari demi hari begitu. Atau saat dia baru bisa mengabari setelah me time-nya kelar dan selesai. Aku selalu menyambut dengan tangan terbuka. Aku sambut selayaknya dia pulang kerumah. Tanpa syarat.
Egoisnya, aku ingin terus ada di hatinya.
Hanya saja, yang sangat aku takutkan adalah aku terbiasa di abaikan, padahal kenyataannya tidak begitu. Karna emang kebiasaan dia begitu. Lalu, akhirnya pun aku memahami itu, seutuhnya. Mencoba memberi dia waktu dan ruang untuk melakukan apa yang dia suka dan having fun. Lalu, kembali untuk mengabariku atau sekedar ngobrol ringan sebelum terlelap tidur.

Bahkan setelah bertemu, kadang aku menjadi lebih rindu. Kadang, rindu bisa ditahan. Namun, lebih sering tak tertahankan.
Aku selalu ingat pelukan hangat yang dia berikan. Dan beberapa kecupan hangat yang mana selain orang tua dan sanak saudara, aku tidak pernah mendapati itu. Dia mencium ku, mencium pipiku seperti dia mencium anak kecil. Gemes dan banyak cinta disana. Aku menyukainya, sungguh.
Lalu, bolehkan aku meminta lagi?
****

Sometimes, waktu terlalu cepat berlalu. 7 jam bersama, malah kadang seperti 7 menit saja.
Entah itu emang karna waktu ga terasa berlalu atau itu karna kamu di sela waktu.
Duh, rindu yang sering datang tiba-tiba ini sungguh meresahkan. Mau ketemu, jauh. Nahan rindu, malah makin rindu.

Pertemuan. Selesai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

30 hari menuju NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang