20°

11.5K 863 1
                                    

Hshs late update.. Huft 🙂

Maaf gabisa banyak basa-basi lagi pusing uprak😭🙏🏻

Anyway..

Enjoy the story and sorry for typos and bad word












Mall

Haechan capek, sedari tadi ia berputar keliling toko mencari kedua jung siblings itu tapi tak kunjung ketemu. Sedangkan Jaemin sudah misuh-misuh dari tadi.

"Uuhh.. Kalo gini, aku gamau nge-mall lagi deh!" ujar Jaemin dengan segala kekesalanya.

"Sabar ya Jaem.. Nanti kalo ketemu kita headshot aja kepalanya.." Haechan strong, Haechan tabah.

"Kalo ketemu, kupukul duluan pake hanger disini!"

"Siapa?"

Perkataan tersebut sukses membuat Haechan dan Jaemin terkejut setengah mati. Tiba-tiba Jung sibling sudah muncul di belakang mereka membawa empat buah kantong belanjaan, dua di Jeno dan dua di Mark.

"Siapa yang mau di pukul?" tanya Jeno.

Haechan dan Jaemin gelagapan, "e-eh.. Itu.. Bukan siapa-siapa kok.. Tadi ada orang ngeselin.." ujar Haechan seadanya.

"Oh" Jeno berucap dingin.

"Ni, bawa belanjaan lo berdua.. Ibu lo dah nunggu di depan tuh, masih aja keliling!" ujar Mark sembari memberikan belanjaan nya kepada Haechan dan Jaemin.

Haechan dan Jaemin menerima kantong tersebut sembari berterima kasih, lalu mereka segera pergi meninggalkan Jung siblings.

Setelah dirasa sudah jauh dari Jung sibling, Haechan kembali mendumel.

"Yang ngilang siapa? Yang disalahin siapa?!"

Ayolah.. Haechan rasanya ingin membanting siapapun yang lewat sekarang ini. Jaemin? Dia badmood, ia ingin segera pulang. Tidak mau bertemu lagi dengan Jung siblings.

Saat sampai didepan toko, mereka disambut oleh Ten dan Winwin. Haechan segera menghambur kepelukan ibunya, begitu juga Jaemin yang merengek minta pulang.

"Bunda ayo pulang! Nana mau pulang!" rengek Jaemin seperti anak kecil.

Ten dan Winwin kebingungan dengan tingkah manja anak mereka.

"Kenapa sayang? Kok cemberut gitu?" tanya Winwin perlahan.

"Kenapa setiap Jaemin sama Haechan keluar selalu ketemu mereka sih?!" bukan Jaemin, tapi Haechan.

"Mereka?" tanya Winwin bingung.

Ten terkekeh kecil, ia tau siapa yang dimaksud putranya.

"Jung sibling?" tanya Ten.

Winwin langsung paham, dia juga tertawa kecil.

"Uuh! Iya! Mau pulang!" ini Jaemin, dia benar-benar ingin pulang sekarang juga.

Winwin mengelus punggung anaknya lembut, "Itu namanya jodoh sayang.."

Jaemin membulatkan matanya, "tidak-tidak, Nana tidak mau berjodoh dengan kulkas berjalan!" omel Jaemin.

Ten dan Winwin tertawa mendengar omelan Jaemin, "astaga Nana.. Kamu jangan tsundere gitu.." ujar Ten.

"Hah? tsundere itu apa mom?" tanya Haechan.

"Kalian sebenarnya suka, tapi kalian tidak mau mengakuinya" jelas Ten.

'Amit amit astagaaaa... Kenapa juga dari sekian banyak orang, harus mereka?' batin Haechan.

"Terserah kata bunda sama mommy ya.. Pokoknya Nana mau pulang." ujar Jaemin lelah. Kalau di tanggapi, ibunya akan semakin menggodanya.

"Baiklah-baiklah sayang, kita pulang ya.." Jaemin dan Haechan tersenyum sumringah.

"Tetapi setelah makan, ayok!" Ten dan Winwin menggeret Haechan dan Jaemin ke sebuah restoran.

"Mom, baru tadi Haechan makan dengan Daddy dan Kak Hendery.. Kenapa sekarang makan lagi?" protes Haechan. Bukan karena kenyang, tapi karena ia sedang tidak mood.

"Sun, kau harus makan yang banyak! Oh ya, mommy dan bunda sudah membelikan kalian handphone" Ujar Ten, sembari mengeluarkan box handphone ber-merk apple.

"Dengan begini kalian tidak perlu bingung untuk menghubungi kami" ujar Winwin.

Ten mengangguk setuju, "disitu sudah ada nomor Nana, Haechan, bunda, ayah, kak Dejun, mommy, daddy, dan kak Dery" Jelas Ten.

Haechan dan Jaemin menerima Handphone pemberian ibu mereka.
Baru kali ini mereka merasakan barang mahal.

"Terima kasih bunda, mommy!" ujar Haechan dan Jaemin bersamaan.

Ten tersenyum menanggapi, kemudian ia memanggil seorang pelayan untuk memesan makanan.

Mereka melihat-lihat menu terlebih dahulu. "Kalian mau makan apa?" tanya Ten kepada anak-anaknya.

"Apa aja deh mom, aku gapaham" ujar Haechan.

"Nana samain aja bun"

Ten dan Winwin mengangguk faham, mereka lalu memesan beberapa makanan kepada sang pelayan.

Sembari menunggu makananya datang, Ten berbasa-basi dengan kedua anaknya. Itung-itung supaya mereka lebih dekat, dan supaya Ten lebih tau tentang anak-anak nya sendiri.

"Jadi kalian membeli apa saja tadi?" tanya Ten membuka pembicaraan.

"Tadi, kami bertemu bibi Rose, bibi mambantu kami mamilih baju. Namun, ia tergesah-gesah untuk pergi karena ada kepentingan mendadak. Jadilah kami berbelanja berdua lagi. Tapi karena kami bingung mau membeli apa, jadi kami memutuskan untuk membeli baju tidur dan beberapa kaos untuk dipakai dirumah" jelas Haechan panjang lebar

"Tetapi kemudian Jung sibling datang dan mengganti semua baju yang kami pilih, alasanya karena mereka tidak suka" lanjut Jaemin dengan nada sedikit sebal.

"Oh jadi itu sebabnya kalian kesal?" Ten tertawa renyah.

"Mommy ish!" Haechan mengerucutkan bibirnya.

"Sudah-sudah, memang mereka menggantinya dengan apa?" lerai Winwin.

Kedua anak kembar itu saling pandang, "umm... Kami belum melihatnya" ujar mereka bersamaan.

Winwin menggelengkan kepalanya, "belum juga dibuka sudah bilang tidak suka.. Nanti coba di lihat dulu, kalau tidak suka kita bisa kesini lagi besok" jelas Winwin.

Haechan dan Jaemin mengangguk setuju.

Saat asik berbincang, seorang pelayan datang dengan membawa pesanan mereka. Ten menerima pesananya, dan mereka menyantap makanannya bersama.

"Kalian suka pilihan mommy?" tanya Ten disela-sela kegiatanya.

Haechan mengangguk semangat, "enak sekali mom! Terima kasih pilihanya, mommy terbaik!" ujar Haechan semangat. Jaemin menyetujui pernyataan Haechan.

"Baiklah, habiskan makanan kalian, setelah itu kita pulang..." perintah Winwin kepada anak-anaknya.

"Baik bun!" ujar kedua anak kembar itu bersamaan.
























Masih sedikit sibuk, tolong di maklumi chapter super duper short ini🙏🏻

Semoga chapter kali ini bisa menghibur kalian😊

Thank you for reading this chapter

Next~

How I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang