#3: kami berkenalan!

39 8 4
                                    

Hari itu di minggu ke tiga bulan Oktober musim penghujan datang lebih awal. Cuaca tidak bisa ditebak dan kapan hujan turun pun tidak dapat diprediksi, karna terlanjur menembus hujan baju ku jadi basah namun beruntung isi di dalam tas ku aman termasuk sketchbook yang baru saja kubeli.

Aku menunggu agak jauh dari pintu otomatis, membiarkan badanku yang basah mengering dulu sebelum naik bus. Suasananya sedikit ramai jadi tidak ada bangku yang kosong.

Aku menatap langit abu-abu nan sendu, air yang turun dari atas sana sangat banyak dan wangi tanah tercium oleh hidungku. Aku terdiam sejenak, kapan ya terakhir kali aku hujan-hujanan begini? Mungkin saat umurku sepuluh tahun? Aku tak ingat pastinya tapi beranjak dewasa membuat pikiranmu akan hujan menjadi negatif. Misalnya hujan membuat kamu sakit lah, atau bisa banjir lah dan sebagainya. Dewasa melelahkan namun ada kalanya jadi sedikit menyenangkan jika kamu jatuh cinta.

Mataku menatap para kerumunan orang yang desak-desakan karna ingin pulang berharap sosok yang aku cari ada di salah satu mereka. Aku menghela nafas, mengapa aku mengharapkan sesuatu yang tidak jelas begini? Sudah lama sekali sejak percakapan kecil kami ia tidak pernah muncul lagi ke sini. Mungkin jika ia muncul pun aku yakin dia tidak mungkin mengingat aku.

Aku hanya potongan puzzle kecil dalam kepalanya itu. Sedangkan dia adalah lembah di gunung yang berada di kepalaku.

Aku melepaskan jaketku yang basah memerasnya dengan kedua tangan agar air keluar. Ah, sepertinya hari ini cucianku akan bertambah banyak. Aku pun melamun sambil menyenderkan badan di salah satu palang.

Hingga menit demi menit aku di sana, melamun dan pikiranku kosong mungkin efek karna kuis di kelas tadi yang berhasil membuat otakku bekerja lebih ekstra. Setelah sekian lama akhirnya aku berhasil mendapatkan tempat duduk di salah satu bangku yang kosong.

Walaupun keadaannya basah begini tidak membuat hobiku hilang begitu saja. Aku keluarkan sketchbook baruku dan mulai menggambar sesuatu. Jujur, karna sering sekali menggambar membuat sketsaku semakin mengalami peningkatan dan aku bangga pada diriku.

Di sampingku kananku duduk seseorang yang tertidur pulas, dia menyender pada tembok di sebelahnya. Wajahnya tertutup tudung hoodie yang besar sekali, aku yakin dia letih sekali hari ini. Aku gambar dia, pria itu tidur sambil memeluk tas gendongnya, hoodienya abu-abu dan semuanya aku sketsa.

Setelah selesai aku arahkan pandanganku pada sketchbook dan merasa tidak puas dengan hasilnya maka ku tambahkan lagi detail-detail sebagai pemanis.

Halte tidak seramai tadi namun hujan semakin lebat. Aku jadi menyesal tidak membawa payung.

"Itu aku ya? Yang kamu gambar itu," celetuk pria di kananku.

Aku menoleh dan terkejut bukan main melihat siapa yang berbicara. Pemuda yang selama ini aku tunggu kehadirannya, yang pernah singgah dalam pikiranku. Aku gelagapan menjawab pertanyaannya, "Engg-iya." kataku.

Dia berdecak kagum, menggelengkan kepala pelan dengan mata yang terkagum-kagum dengan hasil karyaku.

"Keren! Boleh ku lihat?"

Aku makin terkejut. Tapi aku mengangguk lalu menyerahkan buku sketsa padanya.

"Itu belum selesai, dan maaf aku menggambar tanpa seizinmu." Kataku.

Dia tersenyum, "Eh, gapapa. Bagus kok hasilnya, kamu anak seni ya?" pria itu menoleh padaku, matanya yang hitam tertangkap oleh mataku.

"Bu-bukan, menggambar cuman hobiku." jawabku. Ah, jantungku ingin copot rasanya.

"Keren gambarmu, btw sudah jam berapa ini? Eh! Jam 4! Wah aku ketiduran di sini!"

Pria itu melirik hapenya lalu refleks berdiri. Ia melepaskan tudung hoodienya dan betul dia pemuda yang ingin aku kenal.

Tanpa mengucapkan kata apa-apa lagi dia langsung berlari pada ke pintu otomatis, namun tak lama berbalik kepadaku.

"Namamu? Aku butuh namamu," katanya dengan nada buru-buru.

Aku yang masih gugup segera menjawab dengan cepat, "Serena!" Jawabku, ah! Aku jadi dikit membentak karna gugup.

"Salam kenal Serena, gambarmu bagus." Pujinya setelah itu dia berlari masuk ke dalam bus.

Aku terdiam di tempat melihat kepergiannya, begitu saja? Mengapa hanya ingin tahu namaku? Kenapa aku tidak menanyakan balik siapa namanya? Arggh! Aku betul-betul gugup tadi, bagaimana ini? Bagaimana jika aku tidak bertemu dia lagi. Lalu ku buka sketchbook yang berada dalam genggamanku, terkejut dengan tulisan yang berada di samping gambarku.

Anjagi Nara, Anja.
Halte ini, hari sabtu minggu depan jam 3 sore.
Aku ingin tahu lebih banyak tentang sketsamu, salam kenal.

Sialnya aku refleks melompat kegirangan karna hal itu. Anjagi Nara, Anja, nama yang bagus dan jarang kudengar. Walaupun tidak tahu kapan Anja menulis ini tapi dia sukses membuat aku tersenyum.

Ku peluk buku sketsaku dan masuk ke dalam bus yang akan mengantarku pulang. Hujan tidak berhenti, semakin lebat dan basah namun tidak dengan hatiku, ia sedang hangat-hangatnya.

selesai.

°°°

Hai, apa kabar? Terima kasih telah membaca cerita tentang Serena dan Anjagi ya! Semoga cerita mereka bisa ngebuat kamu senyum senyum sedikit (banyak juga gpp sih) oh ya, aku dapet fanart (asik nggak tuh nyebutnya) dari salah satu readers cerita in...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai, apa kabar? Terima kasih telah membaca cerita tentang Serena dan Anjagi ya! Semoga cerita mereka bisa ngebuat kamu senyum senyum sedikit (banyak juga gpp sih) oh ya, aku dapet fanart (asik nggak tuh nyebutnya) dari salah satu readers cerita ini, sebenernya udah lama tapi baru aku masukin sekarang. Hai Jovie-axle thanks for this ya <3 really really make my day, i would to keep this forever in my phone, my mind and my heart (kasih love besar besar)

have a nice day semuanya.
love, sun

sketsa dan halte | jaehyeong ✓ Where stories live. Discover now