Ꮯhᥲρter Ꭲเgᥲ ρᥙᥣᥙh Ꭰᥙᥲ - End

5.4K 244 22
                                    

Merasakan firasat yang aneh, Akhtar dan Meysa mengikuti mobil sedan milik Atha.
Entah mengapa pikiran mereka berdua merasa tak enak karena Jeno juga ada di mobil itu.

Akhtar bisa melihat sangat jelas tangan Jeno yang terkepal waktu Atha mengatakan jika ia akan menikah dengan Adiba.

Akhtar juga marah, tapi kemarahan Jeno terlihat berbahaya. Apalagi setelah Akhtar yakin jika pria itu gay.

"Brengsek! Itu kenapa mobilnya nggak tentu arah sih!" Akhtar mengumpat sangat khawatir karena mobil yang dikendarai Adiba seperti tak terkendali.

Mobil sedan itu dikendarai dengan ugal-ugalan hingga terlihat para pengendara yang berlalu lalang meneriaki mobil tersebut.

"Akhtar, gue takut Adiba kenapa-napa nantinya." Meysa sangat khawatir. Sungguh.

Ia cemas memikirkan keadaan Adiba.

"Ini sampai Adiba lecet sedikitpun, gue bakal bikin pelajaran sama Jeno!" ujar Akhtar.

"ADIBA!"

Akhtar dan Meysa berteriak sangat keras karena hampir saja mobil sedan tersebut dilindas oleh truk. Jika sedetik saja mobil itu tidak menghindar, entah apa yang akan terjadi nantinya.

Kecelakaan kecil sudah terlihat.

Ada beberapa pengendara motor yang terjatuh akibat mobil sedan yang dikendarai dengan ugal-ugalan tersebut.

Akhtar menormalkan detakan jantungnya. Sekarang ia sungguh benar-benar sangat khawatir.

Mobil milik Atha sudah nampak penyok, berulang kali ia sudah menyerempet pengendara bermotor.

Adiba menangis saat ini. Kepalanya sudah berbenturan beberapa kali. Ia sungguh sangat takut. Rasanya seperti malaikat maut sudah siap memenuhi tugasnya.

Jeno sudah nampak sangat babak belur disebabkan oleh pukulan Atha. Tapi pria gila itu tetap tersenyum.

"Lo gila, Jeno! Gue bakal iris kulit lo sampai tinggal tengkorak lo doang!" teriak Atha pada Jeno.

Atha sudah mengambil alih setir pengemudi. Hanya saja, kecepatan mobilnya saat ini tidak bisa dikurangi. Remnya blong.

Sial!

Jeno hanya tertawa memperhatikan Atha yang terus mengendalikan mobilnya agar tidak menabrak kendaraan yang melintas.

"Tuan tau, saya suka sama Tuan," ujar Jeno.

Atha membelalakkan matanya sempurna mendengarkan perkataan pria itu.

Ia tentu terkejut.

"Tapi, Tuan hanya menganggap saya seorang pelayan! Bahkan saat Adiba memberitahu yang melakukan semua teror itu orang terdekat Tuan, Tuan sama sekali tidak pernah memikirkan saya orangnya!" ketus Jeno.

"Lo gila, brengsek! Kelakuan hewan jauh lebih mulia dari lo!" ujar Atha.

Mobil semakin tak terkendali.

Kecelakaan sudah bertebaran seiring mobil tersebut dikendarakan.

"Hahahah, sedangkan lo sama kayak hewan!" balas Jeno menatap Atha.

"Brengsek, lo yang udah neror Adiba! Lo juga 'kan yang udah bunuh mama Adiba! Sialan! Mati lo!"

Jeno hanya tertawa mendengarkan perkataan Atha.
"Iya gue bakal mati, bersama kalian berdua tentunya," balas Jeno.

"Cuma lo yang bakal mati!"

Adiba sungguh sangat ketakutan. Jantungnya berkali-kali lipat lebih cepat.

Psikopat & Muslimah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang