Bab 4

325 36 1
                                    

Lucas masuk ke dalam apartemennya sambil bersenandung. Dia mandi lalu mengganti kemeja dan celananya dengan celana jeans dan T-Shirt. Dia memakai jaket dan mengenakan topi sebelum akhirnya keluar lagi dan mengunci pintu. Semuanya berjalan dengan lancar dan begitu mudah. Dia hampir tidak mempercayai keberuntungannya saat gadis itu begitu saja masuk perangkap. Naif. Dan bodoh. Tipe yang selalu dia jauhi untuk dijadikan kekasih.

Kekasih? Apa yang ada di pikirannya? Pasti karena dia belum tidur semalaman. Dia tidak akan melakukan apa pun yang dapat merusak gadis itu. Dia tidak bisa. Maka dari itu dia akan mencari orang lain untuk melakukannya. Dengan bayaran yang sesuai. Bingo. Menjatuhkan dua burung dengan satu batu.

Lucas akan segera mencari pembeli. Tidak sulit. Dia tahu siapa yang harus dihubunginya. Gadis itu akan berada jauh dari negara ini bahkan sebelum ayahnya menyadari dia hilang. Lucas berhenti bersiul. Keinginan untuk menghancurkan sesuatu muncul saat Lucas mengingat ayah Sheila. Bajingan itu akan membayar perbuatannya. Dan putri kesayangannya yang akan menjadi tumbal.

Lucas mengincar Sheila bukan tanpa alasan. Dia punya alasan yang sangat bagus. Dia telah mengikuti gadis itu sejak lama, meski baru menunjukkan sosoknya saat malam prom kelulusan Sheila. Hanya butuh sedikit sentuhan misterius agar gadis itu penasaran, dan selanjutnya Sheila yang menuntun dirinya sendiri ke dalam ladang ranjau. Dia benar-benar beruntung. Padahal Lucas telah menyiapkan beberapa skenario untuk menjerat gadis itu. Namun dia telah berhasil pada percobaan pertama.

Dia berhenti di sebuah kios makanan dan membeli roti untuk Sheila serta rokok untuk dirinya. Lucas meringis. Dia bahkan tidak merokok. Setidaknya dia sudah berhenti sejak setahun lalu. Tapi gadis itu suka sekali menangis dan Lucas benci melihatnya. Dia butuh pengalih perhatian.

Lucas masuk ke dalam bangunan kumuh yang disebut motel itu. Bau bangkai tikus menyebar di lobinya dan resepsionis bahkan tidak mendongakkan wajah saat dia lewat. Banyak motel seperti ini di sekitar sini. Dan mereka selalu menerima uang tunai. Kartu kredit terlalu berisiko untuk bisnis yang mereka jalankan, karena motel ini bisa berfungsi sebagai apa pun. Dari tempat pelacuran sampai transaksi narkoba. Yang lebih bagus lagi, tidak akan ada yang buka mulut. Karena bahkan polisi tidak dapat menakuti mereka kalau mengingat balasan yang akan diberikan oleh penjahat yang lain. Mati masih lebih baik.

Lucas mengeluarkan kunci dari dalam sakunya dan memasukkan ke lubang. Dia menyiapkan diri sebelum memutarnya. Yah...dia hanya perlu bertahan sebentar lagi dengan gadis itu sampai dia menemukan pembeli. Pikirkan saja akhir yang bahagia. Untuk dirinya. Karena jelas Sheila tidak akan mendapatkan hal itu.

Lucas membuka pintu dengan senyum lebar di wajahnya. Senyum itu langsung lenyap begitu dia masuk ke dalam. Gadis itu tidak ada. Lucas melempar barang bawaannya ke atas meja. Dia mencari-cari ke sekeliling ruangan. Di bawah kolong tempat tidur, dalam lemari, kamar mandi, semuanya kosong. Gadis itu seperti lenyap di telan bumi.

Dia menggeram marah sebelum menyadari tirai jendela yang melambai. Mustahil. Gadis itu pasti sudah gila kalau mengira bisa kabur lewat jendela. Ini lantai tiga. Bukan kebebasan yang akan didapatkannya kalau dia melompat dari situ, tapi leher yang patah.

Lucas bergegas menghampiri jendela dan menyibak tirainya. Dia melongok ke bawah lalu menghela nafas lega saat tidak melihat ada mayat di bawah sana. Namun kelegaannya tidak bertahan lama. Dia menoleh ke samping dan melihat Sheila sedang berdiri di pijakan tipis sambil merapat ke dinding. Pijakan itu bahkan tidak sampai separuh telapak kaki telanjang gadis itu. Angin menerpa rambut dan rok gaunnya. Mengancam akan membuat gadis itu jatuh melayang seperti selembar kertas.

"Brengsek!" Lucas memaki dengan kasar.

Sheila terkejut saat mendengar suara Lucas. Sebelumnya dia sedang melihat ke arah yang berlawanan dan sepertinya berusaha menuju jendela di sebelah kamar mereka. Bukan ide bagus. Meski mungkin saat itu Sheila melihatnya seperti itu. Jendela itu masih cukup jauh dan Lucas akan sangat bersyukur seandainya Sheila tidak kehilangan keseimbangan saat itu juga kalau dia bergeser lagi. Kaki gadis itu gemetaran. Entah karena takut jatuh atau karena kehadiran Lucas. Tidak ada waktu untuk mencari tahu.

Into The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang