Sehabis pulang salat ashar tadi Nando hanya berbaring di kasurnya. Menatap langit-langit kamar dengan pikiran kosong. Entahlah, dia hanya sedang bingung harus berbuat apa.
Sekolah tadi dipulangkan lebih cepat dari jadwal seharusnya. Nando juga tak terlalu paham alasannya apa. Archer juga tidak ada agenda berkumpul sore ini, sedang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Nando menghela napas lalu bangkit dari tempat tidur, karena tiba-tiba dia malah mengantuk. Kalau dibiarkan, dalam lima menit mungkin dirinya sudah bisa terlelap. Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah lemari, lalu mengganti baju kokonya dengan kaos polos hitam.
Masih bingung harus melakukan apa, Nando keluar, lebih tepatnya ke balkon kamar. Langit masih cerah, biru seperti biasanya.
Lengkungan tercetak sempurna di bibir Nando. "Ra, kamu lagi lihat langit nggak sekarang? Langitnya lagi bagus banget. Pasti kamu suka." Setelahnya dia mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana untuk kemudian memotret langit melalui berbagai sudut pandang yang dia bisa.
Namun detik berikutnya, Nando menggeleng cepat. Sadar ada yang sesuatu yang salah dari dirinya. "Lo apa-apaan sih Ndo."
Mengambil tempat duduk di kursi yang selalu ada di balkonnya itu. Nando masih termenung memandangi langit, kemudian membuka galeri foto di ponselnya. Hampir semua didominasi foto langit. Nando memang suka fotografi, tapi entah mulai sejak kapan langit menjadi objek wajibnya? Dulu dia akan memotret langit, paling saat senja. Namun sekarang, hampir apapun keadaan langitnya, Nando suka. Sejak mengenal Raiya mungkin?
"Hhh Rara lagi kan." Dia bergumam sendiri lagi. "Nggak bisa nih gini terus." Nando beranjak, kembali masuk. Semakin lama dirinya melihat langit, selama itu juga pikirannya akan terus dipenuhi oleh satu nama. Raiya.
Setahun mengenal perempuan itu, membuat Nando mengalami banyak hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Sampai sekarang, dia hanya bisa menerka-nerka. Belum ada titik jelasnya.
Jadi sekarang, untuk pengalihan, yang dia lakukan adalah melihat daftar tugas sekolah.
"Kelas dua belas, ngapa masih dikasih tugas kerajinan sih?" Lagi Nando mengomel. Entah ada apa dengan dirinya hari ini. Dia duduk sebentar membuka internet, mencari referensi untuk tugasnya itu. Tugas kelompok sebenarnya, tapi tidak apa lah. Dirinya bisa mencicil terlebih dulu.
"Gunting kemana ya?" Nando menggeledah semua yang ada di meja belajarnya, tapi entah kemana menghilangnya gunting yang biasanya juga ada di atas meja. Sampai semua laci juga dia cek, tapi nihil. Guntingnya lenyap tak berbekas.
Akhirnya Nando memutuskan keluar kamar, bersamaan itu juga Bunda keluar dari kamarnya.
"Ngapain Ndo?"
"Lihat gunting yang biasa di meja Nando nggak Bunda?" Yang ditanya malah balik bertanya.
Bunda mengernyit. "Gunting yang mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru|[END]
Teen FictionWARNING⚠️⚠️ Cerita ini mengandung berbagai emosi. Raiya, seorang perempuan yang sangat menyukai langit. Dia yang sangat pintar untuk menyembunyikan semua rasa sakitnya. Mempunyai delapan orang sahabat yang membuat hidupnya lebih berwarna. "Kamu ben...