Di sebuah bangunan tua yang terbengkalai. Beberapa orang yang berusia 50-an tidak peduli pria atau wanita, sedang mengelilingi sebuah monumen yang berbentuk menara kecil.
Satu-satunya orang yang mengenakan jubah berwarna merah melangkah maju ke depan monumen itu dan bersujud dihadapannya. Tindakannya itu membuat yang lain ikut bersujud.
"Tidak! Lepaskan aku! Kalian lepaskan aku!"
Seorang wanita yang saat ini terlihat acak-acakan karena dirinya di paksa oleh dua orang pria besar. Keduanya membawa wanita itu ke hadapan orang berjubah.
"Kami membawa tumbal berikutnya," kata salah satu pria itu.
Wanita itu meronta-ronta dengan sisa tenagannya. Dia pucat dan panik saat ini. "Lepaskan aku! Tolong...aku benar-benar tidak mengenal kalian. Le-Lepaskan aku!"
Orang berjubah mendekati wanita itu yang tidak lain adalah Alice. Alice merasa ketakutan setelah mengikuti wanita asing dimalam itu. Sekarang dia malah diculik oleh kelompok aneh.
Orang berjubah membuka tudung jubahnya dan menampilkan wajah seorang wanita berusia 20-an. Wajahnya yang cantik dan bentuk tubuh eksotis. Membuat semua pria baya disana memerah dan bernafsu.
"Namaku Lilith. Ratu Kegelapan dan saudari dari Raja Iblis dari Neraka, Belian." Ujar Lilith dengan senyuman centilnya.
Lilith, sebuah nama yang menjadi mimpi buruk setiap dunia bawah. Dia adalah iblis yang berasal dari hati terdalam manusia yang disebut keinginan akan segala hal. Lilith akan menghasut targetnya sehingga dia bisa menguasai pikiran dan hati mereka.
Saat ini, Lilith dan Belian dalam konflik. Belian tidak ingin adiknya menganggu banyak manusia, karena akan membawa marah dari kalangan Dewi dari langit. Mereka tetap harus menjaga keseimbangan. Sayangnya, Lilith sangat egois dan tidak ingin menerima perintah Raja sekaligus Kakaknya itu.
Jadilah, Lilith pergi ke dunia manusia dan menghasut banyak orang lansia yang masih menginginkan hidup yang lebih lama. Lilith menjanjikan hal itu, asal mereka menjadi budaknya.
"K-Kamu!" Alice menjadi lebih takut lagi.
Lilith menyentuh dagu Alice dengan ujung jari telunjuknya. "Takut? Tapi bukankah kamu memiliki keinginan untuk balas dendam? Leo dan Seniya?"
Seakan terhipnotis oleh suara wanita itu, Alice menjadi tenang. Kedua pria besar melepaskan dia setelah Lilith memberikan kode pada mereka.
"Seniya? Aku ingin membunuh jalang itu!" Pekik Alice dengan kebencian kuat dari matanya.
Sebuah smirk muncul dibibir Lilith dan semakin dalam. Dia mendekati tubuh Alice. Tangannya memenggang kepala perempuan itu.
"Aku akan membantumu menggapai keinginanmu. Jadilah budakku, Alice."
Alice perlahan kehilangan kesadaraannya dan matanya berubah menjadi kosong. "A...Aku bersedia." Jawabnya.
"Hahahaha..." Lilith tertawa penuh kemenangan. "Sangat pintar, Alice."
Lilith mengigig salah satu ibu jarinya hingga berdarah. Dia menulis sebuah kata-kata kuno di kening Alice dengan darahnya sebagai tinta.
"Wahai jiwa yang dipenuhi dengan keinginan jahat. Dengarkanlah aku, Tuanmu, memanggilmu dan memerintahkan dirimu. Kamu akan menjadi budakku selamanya."
Lilith berkata dengan suara yang sangat dingin dan menakutkan. Tapi semua orang disana seperti patung dan tidak bergerak ataupun mengubah ekspresi mereka.
Mata Alice perlahan memulihkan kesadaraannya dan melihat sekelilingnya dengan bingung. Dia berbalik dan menatap Lilith dengan aneh. "Kenapa aku disini?"
"Bukankah kamu ingin memiliki Leo? Aku akan mengabulkan keinginanmu itu." Ujar Lilith dengan tatapan aneh.
Wajah cantik Lilith yang seperti manusia membuat banyak orang tidak akan menaruh curiga padanya. Apalagi kecantikan seorang iblis tidak perlu ditanyakan lagi.
Lilith memberikan sebuah pil kepada Alice. "Makan ini."
Alice mengambil itu dan melihatnya dengan penasaran. "Aku tidak sakit apapun. Jadi untuk apa pil obat ini?" tanyanya.
Lilith mendekatinya dan merapikan rambut Alice dengan lembut. Matanya berubah menjadi merah dan bersinar dibelakang perempuan itu.
"Bukankah kamu ingin menjadi Nyonya Alexander Adolfo? Makan ini dan semua keinginanmu akan tercapai," bujuk Iblis itu dengan nada penuh rayuan.Alice dengan tatapan ragu melihat ke arah pil kecil di tangannya. Dengan memberanikan dirinya, dia memakan pil itu. Menunggu beberapa saat, tapi tidak ada reaksi. Alice mengangkat pandangannya kr arah Lilith dengan marah.
"Apa-apaan ini! Tidak ada re-" Ucapannya belum selesai saat dia merasakan dadanya terbakar. "AKHH!!" Teriaknya kesakitan.
Alice mencekram bagian dadanya, dia menatap ke atas kepada Lilith dengan marah.
Lilith malah memberikan senyum smirk licik nya. "Sakit? Jangan khawatir, itu hanya sementara saja. Bukankah kamu ingin mendapatkan pujaan hatimu itu? Maka tahan saja."
"Ukh..s-sialan!" umpat Alice penuh kebencian.
Tidak ada yang bergerak untuk membantu perempuan itu, karena semua orang yang ada disana adalah budak Lilith.
✨✨✨✨
RESTORAN MEWAH.
Beberapa pelayan datang dengan berbaris rapi. Mereka membawa berbagai jenis piring yang di hidangkan berbagai jenis makanan mewah.
Meja melingkar yang cukup untuk sepuluh orang duduk, kini ditempati oleh empat orang.
Dua gadis muda sedang memeluk perempuan. Keduanya menangis sesegukan dan tidak berniat untuk melepaskan pelukan mereka.
Sedangkan di kursi lain sudah ada orang yang sedang menahan emosinya melihat istrinya dipeluk oleh orang lain, bahkan ada dua.
Yurin dan Yuren tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata saat ini. Keduanya hanya bisa menangis untuk mengatakan betapa mereka merindukan sang kakak.
"Jangan menangis lagi, kalian sudah besar. Jangan buat malu, nanti make-up kalian untuk, bagaimana?" Ejek Seniya dengan bercanda.
Seakan mengingat wajah mereka yang pasti akan terlihat jelek, keduanya sontak menarik air mata mereka kembali masuk ke dalam mata.
Keduanya tidak melepaskan pelukan mereka, hanya saja sedikit merapikan posisi duduk saja. Pinggang mereka juga pegal sih.
"Lelah?"
"Um." Jawab keduanya kompak.
Seniya mengarahkan mereka dengan gerakan dagunya. "Duduklah dan kita makan."
Dua gadis itu mengangguk patuh dan duduk di kursi mereka. Baru saja keduanya ingin membuka mulut mereka, mereka langsung diam seribu kata saat sepasang mata biru penuh kebencian menatap ke arah mereka.
"K-Kakak...ipar?" Yurin merasa ketakutan dengan suami kakaknya itu.
Leo menarik pandangan matanya dan beralih ke sosok Seniya. "Makan."
Tangannya dengan alami mengambil beberapa hidangan enak dan menaruhnya di piring makan istrinya.
Disisi lain, tiga orang menatap pria itu dengan kaget. Sangat jarang seorang pria dengan sukarela melayani seseorang, apalagi seseorang yang memiliki identitas kelas atas seperti Leo Alexander Adolfo yang berada di hadapan mereka.
Yuren menatap ke arah kakaknya dengan sedikit ragu. "Kak...kapan kalian berdua menikah? Kenapa tidak mengundang kami?" tanyanya dengan perasaan yang mengcekik di dadanya.
Seniya melihat adiknya itu dengan perasaan bersalah. "Baru saja. Maafkan kakak yah...Kakak bersalah dan pantas kalian benci. Harusnya aku mengundang kalian, tapi tidak aku lakukan."
"Kenapa kak?" tanya Yurin lagi.
"Karena...Kakak berpikir kalian pasti akan kaget jika tiba-tiba aku datang dengan penampilan baru, seperti tadi."
Leo yang melihat wajah istrinya yang sedih, menatap kedua gadis disana bermusuhan. Dia tidak berbicara, hanya diam dan berusaha menenangkan perempuan di pelukannya.
Yang mengejutkan adalah jawaban kedua gadis muda itu.
"Kami tidak membenci Kakak."
"Kami malah sangat bahagia kalau kamu sudah mendapatkan kebahagianmu sendiri, Kak."
"Karena Kakak adalah orang terbaik bagi kami."
"Jadi, kami tidak marah. Kakak jangan merasa bersalah lagi, kami bahagia mendengarkan pernikahan kakak dan mendapatkan suami yang...baik." Ucap Yuren dengan sedikit ragu dibagian terakhir katanya.
Seniya merasa lega. Dia buru-buru menarik kedua adiknya dan membuang suaminya ke samping. Leo hanya bisa memasang ekspresi dingin.
"Terima kasih," ucapan Seniya dengan senyum tulus.
Bersambung...