Bab 27

2.2K 368 27
                                    

Sebelum lanjut, tap VOTE dulu ya ...

*****


"Argaaa!" panggil Maggie saat ia membuka matanya. Ia menatap sekeliling ruangan namun tidak menemukan sosok Arga, suaminya yang sudah beberapa hari ini selalu ada di sisinya. "Arga!" sebutnya lagi, berharap ada jawaban dan kehadiran Arga di sekitarnya. Namun nihil, Arga tidak ada dalam jarak pandangnya.

Pintu ruangan terbuka, Maggie melihatnya penuh harap, namun bukan. Yang masuk ke dalam kamarnya bukan Arga, melainkan Nara. Ia masuk ke dalam ruangan Maggie sambil tersenyum. "Baru bangun?" tanya Nara berjalan menghampiri Maggie, "Kenapa? Muka lo kok panik gitu? Ada yang sakit?"

"Arga, Arga kemana? Dia ninggalin gue? Dia pergi ke Naura?" Maggie melontarkan pertanyaan bertubi-tubi pada Nara yang kini mencoba menenangkan Maggie.

"Shtts!! Apaan sih, kok pikirannya kaya gitu? Arga gue suruh pulang dulu, kasian dia masa gak ganti baju? Biarin dia istirahat dulu, sampai dia balik gue yang temenin lo di sini," jelas Nara seraya mengusap bahu Maggie pelan. "Pikiran lo jangan kemana-mana sih, laki lo cuma balik ke rumah buat istirahat sebentar, selama lo di sini kan dia nemenin lo terus," tambahnya lagi. "Lagian, kenapa lo gak mau pulang? Dokter kan udah ngebolehin lo pulang, ini malah pengen perpanjang masa inap?"

Maggie terdiam sejenak, ia teringat dengan obrolannya bersama dokter ketika Arga sedang keluar mengurus administrasi. Maggie mengatakan kalau perutnya sakit, kepalanya pusing, dan berbagai macam alasan lain yang membuatnya secara tidak langsung memaksa dokter untuk memperpanjang masa rawat inapnya seraya melakukan pemeriksaan menyeluruh untuknya. Padahal kalau dipikir-pikir, Maggie masuk UGD hanya karena ia mengiris tangannya, dan semua itu tak ada hubungannya dengan organ tubuhnya yang lain.

Sumpah. Maggie sendiri tak menyangka dengan apa yang sudah ia lakukan.

Wanita itu tersenyum miring, ekspresinya berubah sendu lalu ia menatap Nara, menunjukkan luka yang dalam di balik matanya hingga pada akhirnya tangis itu pecah. Maggie menangis dan membuat Nara kebingungan. "Gie, Gie, lo kenapa? Kenapa? Ada yang sakit? Kenapa? Cerita coba sama gue?" tanya Nara.

Maggie menggelengkan kepalanya seraya tersenyum pedih, namun isakannya malah terdengar lebih keras. Maggie tak bisa menahannya lagi sekarang.

"Maggie. Kalo lo gak cerita, gue Cuma bisa liatin lo nangis doang tanpa tau masalah apa yang sebenernya lo hadapin. Gie, tenangin diri lo dulu ya," pesan Nara mencoba menyadarkan Maggie yang terus menangis. "Lo minum dulu, tenangin diri lo baru lo cerita ke gue pelan-pelan" ucapnya seraya memberikan air mineral.

Maggie meneguknya sedikit, ia meremas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Perlahan tangisnya mereda, Maggie merubah posisi duduknya dan Nara kini duduk di samping ranjang sambil menggenggam tangan Maggie kuat. "Atur nafas lo dulu Gie,"

"Gue takut Ra, gue takut. Gue takut Arga pergi ninggalin gue dan pilih Naura" kata-kata itu akhirnya keluar dari mulut Maggie. "Setidaknya kalau gue masih ada di sini, ada alasan gue buat tahan Arga biar gak kemana-mana. Lo yakin kan kalo Arga Cuma pulang ke rumah? Bukan ke Naura?" tanya Maggie lagi memastikan.

Nara mengusap tangan Maggie, "Lo kenapa jadi overthinking gini sih? Dengerin gue, gue di sini jadi saksi kalo Arga sama sekali gak kemana-mana saat lo tidur sekalipun. Bahkan waktu dia kesini pertama kali, gue tampar dia buat sadarin kelakuan busuknya itu. Apa perlu gue datengin si Naura dan nyeret dia kesini buat minta maaf sama lo biar lo tenang?" tawar Nara.

"Gue gak bisa Nara, gue gak bisa kehilangan Arga. Arga itu punya gue!"

Nara menghela nafasnya, "Gie, coba lo ceritain sama gue kenapa Arga bisa selingkuh sama Naura? Apa yang sebenernya terjadi sama rumah tangga lo, Gie? Kita udah temenan lama, lo bisa percaya sama gue. Biar gue bisa bantu Gie, gue gak tega liat lo kaya gini."

3 SOMETHING ABOUT LOVEWhere stories live. Discover now