16. Tersinggung

246K 24.5K 7.1K
                                    

Maaf banget aku jarang update, nanti kalo udaa gak repot lagi, aku bakal sering update koo😭🙏

Vote dan komen yang banyak biar aku semangat update😤💘

Btw kalian masih nungguin cerita ini kan?☺☺☺

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

"Papa!"

Riri menoleh kaget, saat melihat Eza-Papanya-sedang berdiri di depan pintu kamar Riri yang memang terbuka lebar.

"Papa kangen," ucap Eza memeluk Riri yang menghampirinya. "Padahal cuma seminggu kita gak ketemu tapi kangennya Papa udah kaya satu tahun."

Riri tersenyum bahagia dalam pelukan Eza. "Papa sih gak pulang-pulang!" Balasnya dengan nada sedikit merajuk.

"Papa kan kerja sayang," jawab Eza lembut. Eza melepaskan pelukan mereka lalu menuntun Riri duduk di tepi tempat tidur. "Pagi-pagi gini kok udah rapi banget? Semangat banget sekolahnya, hm?"

Riri nyengir, menunjukkan deretan gigi putihnya. "Riri kan udah kelas dua belas, jadi Riri harus semangat. Bentar lagi ujian hehe."

Eza mengacak rambut Riri pelan. "Kalo nanti nilai ujiannya bagus, mau minta hadiah apa dari Papa? Papa kasih deh, apapun itu."

"Boleh? Apa aja?" Tanya Riri dengan mata berbinar penuh semangat.

"Hm, apa aja."

Riri tampak begitu bahagia mendengarnya. "Em, Riri pengen-" Riri ragu untuk mengutarakan kemauannya, namun sebenarnya hal ini sudah Riri inginkan sejak lama. Hanya saja, ia tidak berani mengatakan pada Eza. Takut Eza marah dan berujung menjadi masalah.

"Pengen apa?" Satu alis Eza terangkat. "Bilang aja sayang, apapun itu, selagi Papa bisa kasih ke kamu, Papa bakal kasih." Kata Eza menyakinkan.

"Tapi Papa jangan marah."

Eza justru terkekeh. Menggemaskan sekali anak perempuan satu-satunya ini. Pantas saja Gala tergila-gila dengan anak gadisnya. "Iya, Papa gak akan marah. Ayo bilang, kamu mau apa?"

Riri menatap Eza sedikit ragu. "Kalau nilai ujian Riri bagus, Riri gak minta apa-apa kok dari Papa, Riri cuma pengen Papa ceritain ke Riri tentang masa lalu Bunda sama Papa. Riri....pengen tau."

Karena melihat keterdiaman Eza yang cukup lama, Riri buru-buru menambahkan. "Tapi kalo Papa gak mau cerita, gak papa kok. Riri-"

Eza meraih tangan Riri lalu berujar dengan senyum tipis di wajahnya. "Iya, nanti kalo nilai ujian kamu bagus, Papa bakal ceritain semua ke kamu."

Senyum Riri mengembang semakin lebar. Ia kira tadi Eza akan marah tapi ternyata hal itu sama sekali tidak terjadi. "Makasih Papa."

Eza menarik Riri ke dalam dekapannya. Entah kenapa suasananya berubah menjadi haru. Ada sesuatu yang membuat dada Eza terasa sesak saat mengingat kisah masa lalunya dengan ibu kandung Riri, Desi. "Sama-sama, sayang."

BUCINABLE [END]Där berättelser lever. Upptäck nu