24 - Menghindar

541 30 20
                                    

****

Motor sport berwarna hijau berhenti tepat di depan gerbang SMA Cendrawana. Seorang gadis cantik turun dari motor tersebut, kemudian melepaskan helm yang di kenakannya.

Ia beralih menatap seseorang yang membawa motor tersebut, kemudian memberikan helm itu kepadanya.

"Sana masuk," printah Aldo.

Caca memajukan bibirnya, dengan wajah memelas. "Bang kita pulang aja yuk! Acha nggak mau sekolah---" lirihnya.

Aldo mengerutkan keningnya, "Kenapa nggak mau?" tanyanya, menatap heran ke arah Caca.

Caca terdiam sejenak. Mencari alasan yang tepat untuk bolos sekolah hari ini. "Acha gak enak badan," lirihnya dengan wajah semelas mungkin agar Aldo mempercayainya.

Aldo mengerutkan keningnya, merasa aneh. Padahal tadi pagi adiknya itu masih baik-baik saja, kenapa tiba-tiba jadi gak enak badan seperti ini?

Tangan Aldo terangkat menyentuh dahi Caca, memeriksa suhu tubuh gadis itu menggunakan telapak tangannya. "Nggak panas," Aldo berdecak. "Jangan-jangan ini cuma alasan kamu biar nggak masuk sekolah ya?!" tuduhnya.

Caca gelagapan. Sial, ia ketahuan!

Aldo menghela nafas pelan, "Ini baru pertama kali lho, Cha. Kamu pingin bolos sekolah kayak gini."

Caca hanya diam dan menunduk. Ia tak berani, bahkan tidak sanggup untuk menatap Aldo.

"Kenapa, hm? Ada masalah?" tanya Aldo dengan nada selembut mungkin.

Caca menggeleng, ia memaksakan senyumnya. "Sedikit, tapi nggak apa-apa."

Aldo tersenyum, tangannya terangkat mengusap rambut Caca dengan lembut. "Kalau ada masalah, segera selesaikan. Jangan menghindar. Masalah nggak akan selesai kalau kamu terus menghindar," pringat Aldo.

Caca menganguk sembari tersenyum, "Iya," balasanya.

"Iya udah sana masuk."

"Acha masuk ya,"

Aldo mengangguk, kemudian turun dari motornya. Ia tarik tangan Caca hingga masuk ke dalam pelukannya.

"Semangat belajarnya, Acha. Kalau ada apa-apa bilang sama Abang ya?"

Caca mengerutkan keningnya, ia mendongak menatap ke arah Aldo tanpa melepaskan pelukannya. "Kenapa jadi mellow gini sih!" gerutunya.

Aldo terkekeh, ia mencubit gemas pipi Caca. "Sesekali nggak apa-apa kan?"

"Kak?" panggil Caca pada Aldo.

"Kok Kak sih?" protes Aldo.

Caca berdecak, "Ck. Ini lagi mode serius tahu gak!"

Aldo tertawa pelan. "Iya-iya apa?"

"Nggak usah ke Amerika lagi bisa nggak? Acha, mau Abang terus disini temani Acha."

Aldo mengerutkan keningnya, "Kenapa? Kalau gitu caranya Abang nggak lulus-lulus dong," kekehnya.

"Acha nggak mau jauh dari Abang lagi, kalau terjadi sesuatu sama Acha gimana? Siapa yang akan ada di samping Acha? Acha, butuh Abang di sini---" lirihnya. Membayangkan Aldo pergi ke Amerika sudah membuat matanya berkaca-kaca.

Aldo melepaskan pelukannya, ia pandang Caca yang terus menunduk. Ia raih dagu gadis itu agar menatap ke arahnya. "Hei, Abang cuma sebentar di sana. Setelah lulus Abang pasti balik lagi ke sini, dan nggak akan pernah tinggalin Acha lagi," ujarnya begitu lembut, mencoba menenangkan Caca.

"Emang kamu nggak kasihan liat Abang kuliah jarak jauh kayak gini, hm? Capek tahu, Cha--" ujarnya dengan wajah memelas.

Caca menghela nafas, "Cepat kelarkan kuliahnya, biar cepat pulang!" ujarnya dengan wajah cemberut. Sangat menggemaskan!

NATASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang