"Mami baik-baik aja, dia lagi persiapan buat Newyork Fashion Week, dan ... " Jidan nundukkin kepalanya, "Mami juga sibuk sama pacar bulenya, and i dont know who's him," Jidan masang muka gak sukanya.
Jean ngusap rambut anaknya itu pelan, "maybe, suatu hari nanti Mami bakalan ngenalin dia ke kamu. Kaya Papi yang ngenalin Bunda ke kamu."
"Tapi Bunda sama orang itu beda ... Aku rasa, mereka cuma main-main. I just worry about her."
"Papi ngerti."
"Bisa gak Papi nanya ke Mami siapa dia?" Tanya Jidan yang langsung bikin Jean diem buat beberapa detik. Mikirin reaksi apa yang harus dia kasih ke anaknya.
Dan Jean akhirnya ngangguk di lanjut ngusap rambut Jidan pelan, "iyah, Papi usahain nanya baik-baik ke Mami nanti."
"Thankyou Pi. I love you," Jidan langsung ngedeket ke papinya dan meluk lelaki itu erat.
"I love you too, Son."
***
"Wahhhh," decakkan kagum dari Jidan sama Jean berhasil bikin Wanda senyum bangga. Alesannya karena isi meja makan penuh sama masakkan khas Indonesia yang entah gimana caranya Wanda bisa masak sebanyak itu sendirian.
"Bunda masak ini semua sendirian?" Tanya Jidan sambil duduk di kursi paling ujung.
"Iyadong, Sayang. Bunda hebat, kan?"
"Wahh cool! Mami gak pernah masak di rumah, Bunda hebat banget," Jidan ngangkat dua ibu jarinya bikin Wanda ngelirik Jean yang udah duduk santai di kursi sampingnya.
"Kak, gimana aku hebat, kan?" Tanya Wanda dengan cengiran polosnya.
"Iyah, Adek hebat banget," Jean senyum tulus, tapi enggak keliatan kalo lelaki itu memujanya sama sekali. Cuma sekedar pujian biasa di mata Wanda.
Perempuan itu cuma bisa senyum menanggapi, gak enak juga sama bocah di depannya yang lagi natap bahagia mereka berdua. Bukannya Wanda gak peka sama ekspresi Jean yang keliatan masih datar, Wanda cuma berusaha buat berdamai sama setiap rasa sakit yang Jean kasih di hatinya. Lebih nyoba ikhlas di banding selalu nyalahin keadaan.
"Okey, biar Bunda ambilin, yah," kata Wanda sambil nyendok nasi ke atas piring Jean sama Jidan gantian. Di tambah lauk pauk yang udah Wanda bikin sebelumnya.
"Aku mau deh jadi anak Bunda, tinggal di sini terus, di masakkin yang enak-enak. Beruntung banget Papi nikah sama Bunda."
Celetukkan yang berhasil bikin Jean sama Wanda saling noleh dan bikin suasana jadi awkward.
"Iyah, Papi juga bersyukur, kok, nikah sama Bunda," Jean senyum ramah ke arah Jidan.
Bohong ...
Wanda bisa ngeliat jelas setiap kebohongan di mata Jean, setiap kata manis yang Jean ucapin gak lebih dari bualan yang selalu bikin Wanda tersakiti. Harusnya Jean gak perlu seniat itu buat ngebahagiain dia dengan kebohongan yang cuma nusukkin beribu pisau tajam di hatinya.
"Bunda," Jidan nyapa Wanda yang keliatan lagi berusaha keras nikmatin makanan di atas piringnya, "suapin aku, aku mau itu," Jidan nunjuk ke arah potongan kentang di atas piring ibu tirinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better We Divorce [ √ ]
Fanfictionsekelumit kisah cinta rumit antara tiga orang dewasa bernama Jean, Wanda dan Neya yang di bumbui drama. Di tambah kehadiran sosok remaja yang lahir dari hasil dari kecerobohan Jean. Wendy x Jae x Nayeon + Jisung @anak_ayambiru