22. Return

18 13 6
                                    

Malam-malam makan belimbing
Happy reading

Sehabis sholat subuh, tiga Farhan sudah bersiap rapi dengan pakaiannya dan juga tas ransel yang mereka bawa. Faraz memakai Hoodie dan celana pendek, style kebanggaan nya, Farhan dengan jaket dan celana jeans tak lupa kacamata yang menjadi ciri khasnya, sementara Faad memakai kemeja dan celana jeans-nya.

"Ayo buruan!" teriak Farhan tak sabar. Kedua sahabatnya itu memang selalu lama. "Lagi ngapain sih, kalian di kamar?"

Sedari tadi Farhan menunggu di luar kamar. Entah apa yang dilakukan oleh mereka di kamar masing-masing. Selama tinggal di Jogja, kamar mereka bertiga terpisah, hanya saja kamar mereka berjejer.

Sekian lama menunggu mereka, akhirnya dua orang itu keluar bersamaan dari kamar masing-masing.

"Eh bentar-bentar!" Baru saja keluar dan menutup pintu kamar, Faad kembali lagi ke dalam. "Nah ini barangnya."

Faad keluar lagi tidak hanya dengan ransel, tetapi sebuah kamera sudah ia kalungkan di leher. Kamera itu hasil meminta kepada saudara Faad yang kemarin menjenguk bapaknya.

Seorang laki-laki yang duduk di kursi roda itu dan juga perempuan paruh baya menyambut mereka bertiga. Memang Abimanyu sudah keluar kemarin, lebih tepatnya karena ia memaksa untuk pulang lebih cepat dari waktu yang ditentukan dokter.

"Bapak kenapa pakai keluar kamar?" tanya Faad. Ia berjongkok di depan bapaknya. "Faad pamit, ya. Eh maksudnya Farhan pamit. Bapak harus jaga diri."

Kemudian Faad menyalami. Setelahnya, ia berdiri dan beralih ke wanita paruh baya yang berada di samping bapaknya. "Ibu juga, ya. Harus jaga diri. Farhan pamit lagi ke Jakarta."

"Kok, cepat banget sih balik ke Jakartanya," ujar Abimanyu.

"Ya, 'kan harus sekolah, nanti gimana kalau ketinggalan banyak pelajaran?"

Ratih yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara bapak dan anak itu kemudian bertanya, "Kalian nggak sarapan dulu?"

"Engg—"

"Tante masak apa?" tanya Faraz memotong ucapan Farhan.

"Bukan Tante yang masak, tapi si mbok yang masak."

Fyi, si mbok itu adalah pembantu di rumah keluarga Faad. Mereka menyebutnya mbok karena memang beliau yang meminta sendiri.

"Ayok makan dulu." Akhirnya Ratih menggiring mereka untuk sarapan terlebih dahulu. Ketika akan mendorong suaminya, lebih dulu Faad yang mendorong kursi roda Abimanyu.

===

"Hati-hati, ya," ujar Ratih. Ketiganya sudah berada di dalam mobil, bersiap untuk berangkat.

"Assalamualaikum," salam mereka kompak.

Ratih dan Abimanyu masih setia memandangi mobil yang membawa anaknya itu sampai menghilang dari pandangan.

"Anak kita satu-satunya pergi lagi, Bu," ujar Abimanyu sembari menghela nafas.

"Besok liburan paling pulang lagi, Pak.  Namanya juga anak lagi menempuh pendidikan." Ratih mengelus punggung suaminya. "Besok bapak jadi kasih surprise di ulang tahunnya anak kita?"

Mendengar itu, Abimanyu mendadak semangat. "Jadi lah, masa enggak."

"Tapi ibu ikut, ya," pinta Ratih. Suaminya hanya mengangguk.

Kamu akan menyukai ini

          

"Ya udah masuk, Bu. Bapak mau siap-siap ke kantor."

Sontak Ratih terkejut mendengar penuturan suaminya. "Apa nggak bisa besok aja? Takutnya kondisi masih lemah."

"Bapak cuman kumat asam lambungnya karena kebanyakan pikiran, bukan jatuh dari kamar mandi beneran," terang Abimanyu. "Ibu nggak lupa, 'kan kita cuman pura-pura supaya Farhan pulang dan rencana suprise ulang tahun dia."

Ratih terkekeh mengingatnya. Setelahnya, mereka masuk ke dalam rumah. Namun, Abimanyu tidak menggunakan kursi roda lagi. Ya, benar kursi roda itu juga bagian supaya meyakinkan Farhan.

===

Faraz, Farhan dan Faad sudah sampai. Bukan, bukan di Jakarta melainkan tempat tujuan mereka sebelum kembali ke Jakarta yang sudah direncanakan, yaitu Jogja Airport Resto. Restoran ini berbeda dengan tempat makan yang lain, yang membuat beda adalah tempat ini menyediakan tempat makan di kabin pesawat bisa juga untuk singgah di Lounge Bandara : Cafe outdoor dan indoor.

Saat pertama kali masuk, fasilitas nya ditemukan adalah scan X-Ray yang menjadikan tempat ini persis seperti di bandara.

Ketiga berdecak kagum ketika sudah memasuki kabin pesawat dan hendak makan pesanan yang sudah mereka pessan sebelum masuk ke kabin pesawat.

Menu makanan yang mereka pesan sudah diantar oleh pelayan yang dandan layaknya pramugari di pesawat asli.

"Enak banget, ya gaes," kata Faraz di sela-sela makannya. Makanan yang ia pesan adalah spaghetti, fruit salad. Sementara Faad memesan chicken grill, fruit salad. Farhan, lelaki itu hanya memesan sirloin. Minuman yang ketiganya pesan sama, yaitu es jeruk.

Ketika ketiganya asik makan dan berfoto ria menggunakan kamera, sampai mereka lupa tujuan mereka yaitu untuk menjadi food blogger.

Sayangnya, mereka ingat ketika makanan sudah dilahap habis.

"Lo sih, Raz, makan sampai nggak inget buat video!" Faad menyalahkan Faraz. "Lo juga, Han nggak ada ngingetin."

Dirinya sendiri juga lupa malah menyalahkan orang lain.

"Ya udah lah, ya lain kali aja bikinnya," ujar Faraz enteng. Tentu saja jawabannya membuat Faad semakin kesal.

"Eh, cobain spot foto bagus yuk!" ajak Faraz, tak mempedulikan Faad yang tengah kesal.

Dengan raut kesal, Faad mengikuti keduanya untuk menjelajahi fasilitas yang diberikan tempat ini. Mulai dari spot foto selfi dengan hamparan persawahan, tempat pameran mobil-mobil antik yang sangat instagrameble dan yang tidak kalah keren adalah terdapat simulator pesawat yang bisa menjadikan kita seperti pilot sungguhan.

Mood Faad mendadak membaik kala menemukan tempat bagus dan juga stok foto yang bertambah banyak di kamera.

Melihat hasil-hasil foto yang mereka dapat, mendadak Faad teringat akan Mocca. "Kalau ajak dia ke sini pasti senang. Apalagi kalau ke sini sekalian dikenalin sama orangtua gue."

Setelah mengucapkan itu mendadak Faad terkikik membuat kedua sahabatnya heran. Tadi dia mbesengut, sekarang terkikik sendiri.

"Langsung pulang habis ini? Mampir dulu, kek," pinta Faraz.

"Nggak!" tolak Farhan cepat.

Setelah Farhan, kemudian Faad menyahut, "Tumben nggak sayang duit loh. Awas aja minta dibayarin, ya!"

"Mumpung lagi liburan, 'kan. Sayang kalau nggak sekalian."

"Udah puas, 'kan? Buruan balik, capai gue. Nggak jadi bikin video lagi. Nggak ada hasil."

Faraz dan Farhan mengikuti kemauan Faad. Setelah membayar parkir mobil mereka lajukan.

Farhan berjalan membelokkan mobilnya ke pom bensin karena bensin yang mulai habis.

"Gue aja yang bayarin, ya?" tawar Faraz. Tawaran yang Faraz tawarkan membuat Faad melongo tak percaya. Seorang Faraz mau membayar bensin untuk mengisi mobil? Biasanya untuk mengisi bensin motor saja minta di bayarkan.

"Tumben nggak pelit," celetuk Faad.

"Ya iyalah, orang dapat duit dari bokap lo supaya nggak ngomong sama lo kalau dia nggak jatuh dari kamar mandi," ungkap Faraz. Faad yang mendengar semakin dibuat melongo tak percaya. Bedanya kali ini ada kemarahan.

"Ngomong apa lo barusan?" desak Faad.

Faraz sudah gelagapan, bisa-bisa ia keceplosan. Farhan pun ikut was-was kalau setelah mengetahui ini Faad akan marah kepadanya juga.

"Kalian membunyikan sesuatu dari gue?" Kali ini Faad benar-benar berada di puncak emosinya.

Farhan langsung melajukan mobilnya ketika bensin sudah terisi.

===

Celotehan author:

Hai, Prendsil.

Dari kalian udah ada yang pernah ke Jogja airport resto?

Kalau aku si belum wkwk.🤣 Berdoa yuk supaya bisa ke sana.

Oke gitu aja, ya. Selamat hari Minggu, eh Rabu ya.

Janlup votmen oke, makasih.🏩⛓️🦄

Bye-bye all.

Three in One FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang