44 - Hoodie

127 98 44
                                    

44 – Hoodie

        "Lo udah test?" Tanya Kevin.

        "Udah."

        "Apa hasilnya?" Timpal Riko.

        "Diterima."

        "Sudah ku duga." Jenny merespon cepat.

        "Tujuan kita buat tamat SMA di sini sama-sama gak terwujud." Ujar Kevin menghembuskan napasnya panjang.

        Alfa menoleh melihat Kevin. "Lo juga bisa ambil akselerasi."

        "Gue belum siap ninggalin Dara." Balas Kevin cepat.

        "Yaudah, gimana lagi?" Pasrah Alfa bergulat lagi dengan laptop-nya.

        "Kapan lo berangkat ke New York?" Tanya Riko.

        "Nanti malam." Jawab Alfa santai.

        "Semua orang menghilang di hidup gue." Sungut Riko cemberut.

        Jenny bergidik ngeri. "Lebay!"

        "Yang ngurus perusahaan lo di Asia siapa kalau lo sibuk kuliah?" Tanya Jenny pada Alfa.

        "Bisa gantian sama Papa. Mama gue juga bisa ikut bantu handle." Jawab Alfa.

        "Keluarga lo productive parah sih," Jenny geleng-geleng.

        "Perkiraan gue, di usia dua puluh dua tahun nanti, lo bakal jadi orang hebat Al." Jenny melipat tangannya di depan dada.

        "Gimana enggak? Perusahaan Papa Gilbert semuanya jatuh atas nama Alfa, terus lulus jadi dokter muda, beruntung banget lah Asya, hehehe." Timpal Riko cengengesan.

        "Alfa si dokter spesialis otak." Riko memegang kedua pipinya dan menatap Alfa seperti seorang yang terpana.

        "Amin." Balas Alfa sambil mengetik sesuatu di layar canggih itu.

        "Ayo kita ambil akselerasi sama-sama!" Seru Dara tiba-tiba datang membawa laptop-nya.

        "What?" Kompak Jenny, Riko, dan Kevin.

        "Dar, lo kerasukan?" Tanya Kevin berdiri mendekati gadis itu.

        Dara menggeleng kecil. "Tadi malam aku udah ngomong sama orang tua aku, dan mereka dukung aku buat test kuliah di Meksiko."

        "Jurusan apa?" Tanya Jenny antusias.

        "Phycology." Jawab Dara tersenyum membuat Kevin menatap lama gadis cantik itu.

        "Lo bilang mau kuliah di Singapore aja sama kakak lo. Kenapa tiba-tiba di Meksiko?" Heran Kevin.

        "Aku gak mau LDR sama kamu." Jawab Dara membuat Riko bersiul-siul menggoda Kevin.

        Wajah Kevin merah sampai ke telinga cowok itu.

        Masa gitu aja gue baper sih?! Batin Kevin berteriak.

        "Gimana Jen? Lo mau akselerasi?" Tanya Riko. "Gue yakin orang tua kita langsung setuju tanpa mikir."

        Jenny mengangguk semangat.

        "Vin, ini kan yang kamu mau?" Tanya Dara melihat laki-laki tampan itu.

        "Aku pernah gak sengaja denger obrolan kamu sama Papa kamu waktu itu, pas orang tua kamu ngundang aku main ke rumah." Cerita Dara jujur.

Kamu akan menyukai ini

          

        "Aku dengar Papa kamu mau kamu langsung kuliah dan kamu mau, tapi kamu terasa berat ninggalin aku. Benar begitu?" Desak Dara.

        Kevin mengangguk kecil.

        "Sekarang daftar diri kamu dan kita test sama-sama. Kampus pilihan aku di Meksiko emang beda dengan kampus kamu, tapi kampus kita jaraknya dekat." Kata Dara meletakkan laptop-nya di atas meja Alfa.

        "Mikir apa lagi lo?" Tanya Alfa pada Kevin.

        "Cepat daftar!" Suruh Alfa dan langsung di turuti laki-laki itu.

        Dara melipat tangannya di depan dada dan tersenyum manis.

        Alfa menyerahkan laptop-nya kepada Riko untuk di pakai sahabatnya itu.

        "Ambil jurusan apa kalian?" Tanya Dara.

        "Fisika dan rekayasa sistem." Kevin menjawab sambil membaca prosedur di layar laptop itu dengan cermat.

        "Aku tahu," Dara memutar bola matanya malas membuat Jenny terkekeh kecil.

       "Kevin emang gitu, dia kalau udah a ya gak bisa ganti b." Kata Jenny.

       "Gue ambil jurusan kimia di San Francisco." Jawab Riko membuat Jenny melotot.

        "Lah gue gimana?" Beo Jenny.

        "Ya gimana?" Tanya Riko balik.

        "Lo daftar gue apa dan di mana?" Gemas Jenny dengan gaya ingin mencakar-cakar wajah polos Riko.

        Kevin dan Dara malah tertawa melihat pasangan itu.

        "Kampus kita sama sayang, gue daftar di sana karena ada Opa sama Oma gue. Kita bisa tinggal sama mereka." Balas Riko.

        "Kita? Lo aja kali! Gue mau tinggal sendiri di apartment!" Kata Jenny ogah.

        "Yaudah apartment Papi aja." Putus Riko membuat Jenny kembali ingin protes.

        "Tidak ada protes lagi sayang," Ujar Riko mengangkat tangan kanannya.

        "Sayang, sayang, palak lo peyang!" Dengus Jenny merinding.

        Riko terkekeh geli melihat ekspresi kesal Jenny, begitupun Alfa, Kevin, dan Dara. Riko itu suka sekali buat Jenny marah-marah.

        "Mau jurusan apa sayang?" Tanya Riko.

        "Sekali lagi lo manggil gue kayak gitu, gue block nomor lo!" Ujar Jenny memperingati.

        "Block aja sayang," ledek Riko menjulurkan lidahnya. "Gue gak peduliiii..."

        Dengan sangat geram Jenny menarik kuat rambut Riko membuat laki-laki itu meringis kesakitan.

        "AHAHAHAHAHAH," Tawa Kevin dan Dara terdengar. Bahkan beberapa murid yang melihat mereka saat ini di sudut perpustakaan terkekeh kecil.

        "Jangan ketawa di perpus!" Peringat Alfa membuat tawa Kevin dan Dara sedikit mereda.

        Riko menggosok-gosok kepalanya yang terasa panas. "Sadis banget lo, Jen!"

        Jenny mengendus kasar lalu manarik pelan laptop Alfa. Ia meneliti lagi formulir itu dengan raut serius. Ia mengechek kembali data pribadinya, siapa tahu kan Riko salah isi.

        "Sotoi banget lo gue mau ambil jurusan biologi?!" Sinis Jenny pada Riko.

        "Lah, emang apa?" Tanya Riko. Soalnya waktu kecil dulu, Riko sangat ingat Jenny suka bilang kalau ia ingin jadi ahli biologi kalau udah dewasa.

SimbiosisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang