KEHAMILAN

38 1 0
                                    

Yuk simak lagi episode berikutnya.!
EPISODE  YANG PALING  DITUNGGU  NIH.
Jangan lupa vote nya ya..!!

"Sayang. .. kamu lagi dimana?" Kudengar suara panggilan mas Arkha yang mencari keberadaanku.

"Aku lagi di kamar mandi, yang..!" jawabku agak kenceng.

"Ada mamah sama papah. Cepet ya" seru mas Arkha ke depan pintu kamar mandi.

"Iya. Sebentar lagi." Jawabku sambil menahan mual. Dari pagi perutku terasa mual-mual dan hendak muntah. Aku keluar dan segera menemui mamah dan papah mas Arkha.

"Mamah.. papah...maaf lama nunggu ya?" Sapa ku sambil meraih dan mencium tangan mertuaku bergantian.

"Mau minum apa mah, pah? Teh apa kopi?" Tawarku  sambil berbalik  menuju dapur.

"Kamu sakit sayang?" Tanya mama sedikit berdiri dan menyusulku ke dapur.

"Enggak mah. Cuma enek aja tadi. Tapi sekarang  sudah hilang." Jawabku jujur.

"Oh... kirain. Ya udah." Ucap mama singkat menggantung.

"Mau kopi apa teh mah?" Tanyaku kembali.

Aku membuat tiga cangkir kopi sesuai keinginan mamah.  Aku suguhkan di atas meja tamu dan peyek kacang yang kemarin aku beli dari minimarket apartemen.

"Dari mana aja mah sampai kesasar lagi ke apartemen Arkha?" Tanya mas Arkha cengengesan.

Bukannya mendapatkan jawaban Arkha malah mendapat tampolan dari mamah.

"Nih anak memang ngelunjak ya. Orang tua mampir serba salah. Nggak seneng ya kami kesini?" Ketus mamah

"Ayo pah, kita pulang lagi aja!" Ajak mama berdiri dan menarik lengan papah.

"Becanda mah. Minum pah kopinya!" Ucap mas Arkha menawarkan kopi pada papah. Ini adalah kedatangan mamah dan papah sejak sebulan terakhir Sejak mamah mampir mengajakku ke salon. Hampir sebulan mamah tidak berkunjung kemari. Terakhir sebulan yang lalu saat mengajakku ke salon.

"Besok minggu ada acara kondangan di Tegal. Anak om Sam menikah.  Mamah sama papah mau ngajak Salsa. Barang kali dia kangen orangtuanya. Kan bisa sekalian jalan." Jelasnya mamah.

"Terserah Salsa mah. Aku ijinkan kalau dia mau ikut yang penting gak lama di kampung." Ucapnya datar.

"Paling hari senin udah balik ke sini Ka kalau kita berangkat nanti malam biar besok pagi sudah di sana." Ucap mama menjelaskan.

"Kamu mau yang ikut mamah kondangan?" Tanya mas Arkha padaku. Aku menggelengkan kepalaku.

"Tuh mah Salsa gak mau." Ucap  mas Arkha tersenyum senang.

"Aku mau ikut" kataku tersenyum..."tapi bareng mas Arkha. Aku ingin memperkenalkan mas Arkha pada Saudara-saudaraku yang dulu gak bisa menghadiri acara pernikahan kami. " ucapku setengah memohon.

"Itu lebih bagus. Selepas isya kita berangkat ke Tegal." Ucap papah diangguki mas Arkha.

Skip di Tegal
....

....
Setelah menempuh perjalanan 3 jam  kami sampai di Tegal. Papah memarkirkan  mobilnya di halaman rumah adiknya, om Samuel. Rumah yang cukup besar dengan halaman parkir bisa memuat 5 mobil. Tenda biru yang terpasang depan Rumah tidak terlalu luas karena hajatan di sana lebih banyak menggunakan ruangan dalam rumah. Apalagi rumah om sam yang terbilang sangat besar.  Pelaminan pun ditata di teras depan. Tempat duduk para tamu menggunakan karpet dan tikar yang dipersiapkan di ruang tamu dan keluarga yang bisa menampung sekitar 50 orang.
Tamu - tamu yang berdatangan biasanya silih berganti. Jadi halaman parkir masih bisa difungsikan seperti biasanya.

          

Kedatangan kami disambut dengan senyum hangat oleh om sam dan keluarganya.  Masih banyak tamu khususnya bapak-bapak karena masih terbilang sore bagi mereka.  Jam sebelas malam kami tiba disana dan bergabung dengan keluarga yang lain. Kami segera undur diri untuk istirahat.

"Salsa, kamu kenapa? Sakit?" Tanya mas Arkha saat melihatku hendak muntah. Aku menggelengkan kepalaku pelan karena terasa pusing ketika bau kembang melati.

"Enek aja mencium bau melati." Ucapku menutup mulut karena ada yang mendesak ingin keluar.

"Kamar mandinya di mana mas?"tangan kananku  masih menutup mulut dan tangan kiriku memegang perutku yang terasa mual.

"Ayo kesini." Ucap mas Arkha  memapahku ke kamar  mandi yang ternyata  ada di dlm kamar tersebut.

"Hoek Hoek Hoek!"

Mas Arkha menepuk-nepuk punggungku. Aku memuntahkan semua makanan yang sudah masuk ke perutku.

"Kita ke dokter ya." Ajaknya memapah dan membaringkanku ke tempat tidur.

"Nggak usah mas, nanti juga baikan setelah dibaluri minyak kayu putih." Ucapku menolak. Kulihat raut kecemasan suamiku menatap mataku sambil mengoleskan minyak kayu putih ke perutku.

"Paling cuma masuk angin mas, dari pagi sudah enek. Ditambah perjalanan jauh. Mabok agaknya. Nggak usah cemas gitu ya mas.."
Ucapku memandang wajahnya

"Ayo Tidurlah! Besok kalau masih enek kita ke dokter ya?"
Ucapnya setengah perintah. Aku mengangguk dan memasukan kepalaku ke dada bidang suamiku. Rasanya nyaman banget mengendus bau badan suamiku sampai tak terasa kami  terlelap bersama.

Hoek Hoek  Hoek

Pagi-pagi sekali aku terbangun karena perutku mulai mual dan muntah lagi. Mas Arkha terbangun terlihat cemas.

"Masih mual? Ayo kita ke dokter aja sekarang!" Ajaknya mengelus perutku yang terasa mual.  Aku hanya menggeleng dan memeluknya. Mengendus badannya. Terasa nyaman dan hilang mual ku. 

"Biarkan aku seperti ini. Bau badanmu menghentikan mual ku." Ucapku masih memeluk dan mengendus-endus badannya membuat mas arkha keheranan.

"Heh, kok aneh istriku ini. Aku belum mandi yang. Bau." Ucapnya mencium lengannya.

"Biarin bau, enak bagiku." Ucapku masih belum melepas pelukanku.

"Arkha... Salsa.. kalian udah siap? Ayo  jamaah subuh dulu!" Teriak mamah dari balik pintu.

"Ya mah sebentar!" Ucapku melepas pelukanya dengan mendapat kecupan singkat di bibirku.

Kami bersiap sholat subuh berjamaah.

Rumah om Sam udah mulai ramai. Acara akad nikah akan dimulai pukul delapan. Papah dan mas Arkha  sudah duduk sebagai saksi di samping om sam yang akan menjadi wali bagi putrinya semata wayang.

Aku merasa gelisah karena rasa mual mulai bergejolak saat tercium bau melati. Biasanya rasa mualku bisa reda jika mencium aroma badan mas Arkha. Tapi dia masih duduk berbincang dengan tamu yang lain sesudah acara akad.

Hoek Hoek Hoek

Aku segera berlari menuju kamar mandi kami. Mama yang melihat keadaanku langsung menyusulku ke kamarku. Begitu juga tante Herni dan Titing.

"Salsa... kamu kenapa? Sakit? Kamu pucat banget." Berondong mama sambil menepuk tengkukku yang masih mual dan muntah-muntah.

"Nggak apa-apa mah, cuma masuk angin biasa." Ucapku menenangkan mama yang menatapku penasaran. Aku membaringkan tubuhku yang lemas di kasur.

BUKAN PERNIKAHAN IMPIANWhere stories live. Discover now