DETIK-17

186 33 4
                                    

HAPPYY READING!!!

Jangan lupa vote yaa💘

***

"SHAKA SEMANGATTT!!" Setidaknya sudah berpuluh-puluh kali teriakan itu keluar dari mulut Kay sejak pertandingan basket antara SMA Trisatya dan SMA Nusa Bakti dimulai. Hingga beberapa penonton lain menatapnya dengan tatapan terganggu. Ia duduk di tribun paling depan. Di sampingnya ada Lyla bersama Gilang dan Rega juga.

"Bisa pelanin dikit suara lo nggak, sih?" tanya Lyla pada Kay. Pasalnya memang suara Kay ini terdengar paling kencang daripada yang lain.

"Nggak bisa. Kalo pelan, nanti Shaka nggak denger, dong."

Lyla memutar bola matanya malas. "Shaka denger pun nggak ngaruh kali." sarkasnya.

Shaka mengusap keringat yang mengguyur wajahnya. Babak kedua baru saja dimulai. Dalam babak pertama tadi, poinnya seri. Bisa di bilang lawannya ini memiliki strategi yang cukup sulit untuk ditebak.

"Itu yang nomer punggung sembilan keren parah, sumpahh!!"

"Iya bener. Ganteng bangett!"

"Nanti kenalan, yuk."

"Wajib kenalan pokoknya!"

"Denger-denger doi kapten basket SMA Trisatya!"

Nomer punggung sembilan itu Shaka!! Kay melirik sinis pada beberapa orang tak jauh darinya yang memuji Shaka. Aish, kenapa Shaka keren sekali, sih? Kan, jadi banyak yang suka.

Sebuah ide muncul di benak gadis itu. Kay menarik nafasnya dalam-dalam. Lalu-

"NOMER PUNGGUNG SEMBILAN SEMANGAT, SAYANG!!! PACAR KAMU DI SINI!!!" Kay tersenyum bangga saat cewek-cewek yang tadi memuji Shaka seketika bungkam.

"Alay banget. Astaghfirullah, Kay!" gumam Lyla.

Saat ada kesempatan, dengan cepat Shaka menyerobot mengambil alih bola basket itu dari salah satu lawannya. Mendribble sebentar dan saat ada lawan yang mendekatinya, ia mengoper bola itu kepada Adrian-salah satu anggota tim-nya.

Adrian dapat menguasai bola tersebut dengan lihai. Tak memberikan kesempatan pada lawan untuk merebut, ia mengopernya pada Fero dan langsung dimasukkannya bola basket itu ke dalam ring dengan lancar.

"YUHUUUU, SEMANGATT!!!" teriakan Kay terdengar kembali bersamaan dengan bola yang berhasil lolos ke dalam ring.

Cukup lama kedua tim itu bertanding. Dengan SMA Trisatya yang mendapat poin unggul.

"AYO, SHAKAAA!!"

Senyuman yang tadi merekah lebar tak berselang lama ketika ada darah segar yang jatuh ke punggung tangan Kay. Gadis itu segera menunduk agar tidak ada yang melihatnya mimisan. Apalagi Lyla yang berada di sampingnya. Beruntung, rambutnya yang tergerai dapat menutupi.

"Gue ke toilet sebentar." pamitnya pada Lyla tanpa menoleh sama sekali, langsung pergi begitu saja. Masa bodoh jika Lyla tidak mendengar suaranya.

Shaka yang melihat Kay pergi tergesa-gesa malah membuatnya kehilangan konsentrasi. Hingga sebuah senggolan keras menyadarkannya.

Ia menangkap bola basket yang di oper dari salah satu timnya. Mendribblenya mendekati ring. Lalu melakukan shooting dan, yup... Lagi-lagi bola itu masuk tepat sasaran ke dalam ring.

Berkali-kali tim basket dari SMA Trisatya berhasil mencetak poin hingga riuh suara tepuk tangan serta sorakan kemenangan dari suporter sekolahnya bersamaan dengan suara peluit yang ditiup oleh wasit pertanda berakhirnya permainan.

SMA Trisatya berhasil memenangkan pertandingan ini.

Tak mempedulikan itu semua, Shaka langsung berlari keluar dari lapangan. Meninggalkan tatapan bingung dari teman-temannya.

Tujuannya hanya satu. Mencari Kay. Ia yakin Kay pergi ke toilet. Ini 'kan bukan sekolahannya. Mau ke mana lagi kalau bukan ke toilet?

Ia segera melangkahkan kakinya ke toilet terdekat dari lapangan. Dan benar saja. Tepat saat ia tiba, Kay baru saja keluar dari toilet itu dengan hidung yang memerah dan tissue yang gadis itu gunakan untuk mengusapnya.

Gadis itu terlihat terkejut melihat keberadaan Shaka di sana. "Shaka, kok di sini?" tanyanya saat telah berhadapan dengan Shaka. Ia mengedarkan pandangannya. "Pertandingannya udah selesai, ya?"

"Tim mana yang menang?"

"Kenapa nggak liat sendiri?" Itu bukan jawaban. Tapi Shaka menggunakan kalimat tersebut untuk menanggapi pertanyaan dari Kay.

"Tadi aku kebelet." jawab Kay cengengesan.

Shaka berbalik dari hadapan Kay menuju ke teman-temannya. Seperti dugaannya, Kay mengikuti dari belakang. "Pasti sekolah kita, ya, yang menang?" tanyanya lagi dan kali ini dibalas deheman oleh Shaka.

"Waah... selamat, ya! Udah aku duga sih kita bakal menang. Apalagi tim kamu yang main. Nggak usah diraguin lagi pokoknya!"

Kay memperhatikan Shaka dari samping. Cowok dengan wajah dibanjiri keringat itu tampak tak terusik sedikitpun. Wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. "Kamu capek banget ya? Oh, iya, kenapa kamu ke sini? Enggak gabung sama yang lain? Atau kamu abis dari toilet?"

"Keringet kamu banyak banget,"

"Kamu udah minum belum?"

Cowok datar itu tidak menggubris kata demi kata yang diucapkan oleh Kay. Untung saja Kay sudah kuat mental menghadapi Shaka. Coba saja yang sedang berbicara dengan Shaka ini orang yang tidak mengenal Shaka, sudah pasti orang tersebut akan mengecap Shaka sombong atau angkuh.

"Aku udah bawain kamu minum, loh. Di tribun tapi.."

"Shaka,"

"Kamu tadi keren banget. Sampe ada cewek-cewek yang muji kamu. Aku cemburu tau!"

Bibir Kay mencebik ketika mengingat beberapa gadis yang memuji Shaka tadi. "Ish, segala mau kenalan lagi! Untung aja---"

"Tunggu!" Seseorang menghampiri Kay dari belakang. Cowok itu menyodorkan sebuah saputangan coklat pada Kay. "Ini punya lo?"

Kay berhenti membuat Shaka juga menghentikan langkahnya. Shaka berbalik melihat Kay berhadapan dengan cowok tadi.

"Tadi gue nggak sengaja liat lo jatuhin ini di deket tribun. Lo keliatan buru-buru banget tadi. Gue tungguin lo di sana tapi nggak balik-balik."

"Ah, iya," Kay menerima saputangan itu seraya tersenyum. Memang tadi Kay hanya menyimpannya dalam saku roknya saja. Dan mungkin saputangan itu jatuh saat ia mengambil tissue. "Thanks, ya."

Cowok itu mengangguk singkat. "Lo dari SMA Trisatya, kan?" ia mengulurkan tangannya. "Kenalin gue Reza."

"Iya. Gue---eh, eh!" Belum sempat Kay membalas uluran tangan Reza, Shaka sudah lebih dulu menariknya pergi dari sana.

"Udah ditunggu yang lain." ujar Shaka menyeret Kay.

"Nggak bakal ditinggal juga kali." sahut Kay.

"Ya udah balik sama cowok tadi sana!" Shaka melepaskan cekalannya.

Kay mengernyit tak mengerti. "Kok sensi banget, sih?"

***

Haiiii!!!

THANK YOU FOR READING!

Pendek lagi, ya? hehe✌️

Next?

see u!!

DETIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang