Enam
Daritadi Risha selalu menempel pada Fauzan, ia tidak membiarkan papanya itu mendekat pada kedua adik bayi laki-lakinya. Singkat cerita, Risha merasa cemburu jika Fauzan memperdulikan adik-adiknya.
Ketika salah satu adiknya menangis, Fauzan langsung berdiri tetapi Risha langsung memeluk kaki Fauzan untuk mencegah papanya itu mendekati sang adik.
"Papa jangan pergi," ucap Risha tanpa melepaskan pelukannya pada kaki Fauzan.
"Sebentar aja sayang, itu adiknya nangis loh."
Fauzan mencoba melepaskan tangan Risha dari kakinya, namun gadis kecil itu justru menangis membuat Fauzan menghentikan kegiatannya.
"Kamu jagain Risha aja, biar mama yang jagain Ara dengan bayi kalian," ucap Ida karena tidak tega melihat cucu sulungnya menangis.
"Nenek juga jangan sama adek," pinta Risha.
Fauzan melepaskan tangan Risha dari kakinya lalu menggendong anaknya itu. "Kalau Papa nggak boleh sama adik, nenek juga nggak boleh sama adik, jadi siapa yang boleh sama adik? Kamu nggak kasian sama adik?"
Risha menggeleng, itu memang benar, dia sama sekali tidak kasihan dengan adiknya.
"Adik masih kecil, loh, kalau nggak ditemenin, nanti kalau nangis gimana?"
"Biarin aja," jawab Risha.
Ida menghampiri Risha dan mengusap kepalanya dengan sayang. "Sebelum adiknya lahir, kamu senang banget karena mau punya adik, kenapa sekarang Risha nggak sayang lagi sama adik?"
"Karena adiknya laki-laki, Risha mau punya adik perempuan biar bisa main salon-salon."
Ida mengangguk paham, ia tau apa yang harus dilakukan agar Risha tidak menolak kehadiran adiknya lagi.
"Risha sini sama nenek."
Risha langsung mengulurkan tangannya pada Ida dan wanita tua itu memangku Risha.
"Papa sayang banget sama Risha, kan?" tanya Ida.
Risha menoleh lalu mengangguk semangat. "Papa sayang sama Risha."
"Sekarang papa anggap Risha sebagai tuan puteri, kan?"
"Iya!"
Ida tertawa melihat respon Risha yang begitu bersemangat. "Itu karena papa cuma punya satu tuan puteri, coba pikir gimana kalau papa punya dua tuan puteri? Papa pasti juga sayang banget sama tuan puteri keduanya, kan? Nanti Risha punya saingan, loh."
Risha terdiam lalu menatap Fauzan yang tersenyum padanya. Gadis kecil itu baru sadar bahwa yang dikatakan neneknya itu memang benar, kalau adiknya perempuan maka dia punya saingan.
"Seharusnya Risha senang karena punya adik laki-laki, kan? Bukannya marah sama adik sampai nggak bolehin papa dekat sama adik."
"Walaupun laki-laki, papa tetap sayang sama adik," balas Risha tak mau kalah.
"Iya, kan adik kamu anak papa. Tapi kamu nggak punya saingan sebagai tuan puteri, kamu satu-satunya tuan puteri bagi papa. Iya, kan?"
Risha mengangguk walaupun ragu, Ida, Fauzan dan Ara lega melihat anggukan Risha. Fauzan menggendong Risha dan membawanya menemui bayi yang sedang digendong oleh Ara.
"Ini namanya Rahagi, ganteng, kan?" ucap Fauzan.
Risha mendekatkan mulutnya pada telinga Fauzan untuk berbisik. "Jelek."
Fauzan tersenyum saja, lalu ia membawa Risha ke bayinya yang satu lagi. "Ini namanya Rahardian."
"Jelek juga," ucap Risha sebelum Fauzan bertanya mengenai wajah adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My daughter 2 [Selesai]
General FictionBlurb Setelah Fauzan berhasil meyakinkan Risha untuk tinggal bersamanya dan Sima kembali pada Juna, tentu perjalanan kehidupan mereka tidak sampai di situ saja. Ada saja tingkah anak-anak yang menjadi warna bagi kehidupan Fauzan dan Juna. Kisah in...