"Al." panggil Tari.
Alvaro berbalik badan, ia menyerit heran saat tahu siapa yang memanggilnya.
Alvaro melipatkan kedua tangannya di dada, ia menatap Tari datar.
Sebelum mendekat, Tari menghela napas pelan, setelah itu barulah menghampiri Alvaro.
Keduanya saling diam beberapa saat, mereka saling menatap satu sama lain dan pada akhirnya Tari tersadar, lalu dengan cepat membuang muka.
"Lo kenapa gak balik ke rumah?!" tanyanya tanpa menatap Alvaro.
Alvaro tidak menjawab dan bahkan ia asik mengunyah permen karet di mulutnya dan hal itu membuat Tari kesal.
"Lo budek yah? sampe sampe pertanyaan gue gak lo jawab!" ucapnya kesal sambil menatap Alvaro marah.
Alvaro maju lebih dekat lagi, ia menatap Tari tanpa ekspresi. "Apa hubungannya sama lo?!"
Tari mundur beberapa langkah, ia males sekali berdekatan dengan manusia yang tidak punya hati ini.
"Kalau bukan karena bunda lo, gue gak bakal tanya ini ke lo!" jawabnya kesal.
Alvaro tersenyum miring, lalu membuang permen karetnya ke sembarang arah, setelah itu maju lebih dekat lagi, sampai-sampai Tari dengan refleks mundur ke belakang dan disialnya ia terturbuk oleh tembok.
Tari menatap Alvaro tajam, napasnya naik turun tidak beraturan. Ia tidak bisa kabur dari sini karena Alvaro telah menguncinya dengan kedua tangannya.
"Minggir!" tekan Tari sambil melotot.
Alvaro tidak bergerak dan bahkan ia terus memandangi wajah Tari sangat dekat.
"Lo cantik." ucap Alvaro sambil tersenyum manis, sampai-sampai Tari yang mendengarnya pun ingin muntah tepat diwajahnya Alvaro.
"Emang gue cantik!" ucapnya dengan sombong.
"Tapi sayangnya lo selalu usik hidup gue, gue gak suka!" ucapnya.
Jelas Tari menatap Alvaro tidak suka, lalu dengan kesal ia mendorong Alvaro sampai-sampai Alvaro terjatuh.
"Heh denger yah, gue itu bukannya mau usik hidup lo. Gue itu di suruh bunda lo buat ajak lo pulang, itu doang!" Tari menatap Alvaro marah dan bahkan hampir saja ia ingin menendang Alvaro, tapi untungnya ia tahan.
"Dasar anak durhaka!" setelah itu pergi begitu saja.
Alvaro langsung bangun, ia tersenyum miring sambil melihat punggung Tari sampai menghilang dari penglihatannya.
******
"Bunda, bang Al kemana yah?" tanya Dara.
Clara tersenyum sambil mengelus-elus kepala Dara. "Bang Al-nya belum pulang sayang."
Dara turun dari pangkuan bundanya, lalu duduk di sebelah bundanya. "Kemana bunda?"
Clara menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia sendiri pun bingung harus jawab apa.
"Bunda." panggil Dara.
"Iyah sayang." ucapnya sambil menoleh.
Dara menatap bundanya heran, lalu meraih kedua tangan bundanya, sehingga Clara ikut memegangi tangan Dara.
"Kenapa yah, abang jalang pulang ke lumah ini?" tanyanya dengan cadel.
Clara menghela napas pelan, ia menatap putrinya dengan sayang. "Bang Al-nya udah gak di sini lagi sayang."
"Kenapa bunda?" tanyanya.
"Karena bang Al-nya nakal. Dara jangan kaya bang Al yah." ucapnya lembut sambil mengelus-elus rambut Dara.
YOU ARE READING
ALVARO [PRE ORDER]
Teen Fiction"Gue cuma pacarin lo karena Dinda pergi, tapi disaat Dinda kembali. Sorry, gue udah gak butuh lo lagi!" Alvaro Putra Mahendra tidak hanya tempramen dan posesif, tapi ia juga menyimpan banyak misteri di masa lalunya dan juga berpecahnya dengan sahaba...