15. Message for Einos

481 59 0
                                    



Pekerjaanku semakin bertambah banyak. Setelah Einos pergi ke medan perang, hampir seluruh pekerjaan kekaisaran diserahkan kepadaku. Einos hanya akan mengurus pekerjaannya yang berada di medan perang, dimana perang merupakan pekerjaan yang sangat sulit diatasi. Jadi, aku harus menggantikan Einos mengerjakan semua pekerjaannya di kekaisaran.

Mai, aku yakin dia masih menungguku di depan ruang kerja. Sedari pagi, sejak aku bangun, dia sangat sigap memenuhi permintaanku. Bahkan sebelum aku memintanya, dia membawakan semua makananku ke ruang kerja, juga mengatur para pelayan agar bekerja lebih giat.

Aroma teh yang Mai hidangkan memenuhi hidungku, meminumnya seteguk tentu tidak akan mengganggu pekerjaanku.

Bagaimana sekarang?

Ini sudah hari kedua sejak Einos pergi, dan pekerjaanku sudah menumpuk sebanyak ini. Aku pikir, ini saatnya untuk memberi kabar kepada Einos. Ini tidak terlalu awal bukan?

Aku mengambil selembar kertas dari dalam laci meja kerja, lalu mencelupkan pena ke dalam tinta. Aku mulai menulis tentang kondisi Allieru selama 2 hari ini, karena tidak ada hal buruk, jadi aku menulis surat ini dengan tenang.

Aku memperhatikan kertas yang telah selesai kutulis. Aku rasa, ini sudah cukup baik, atau...

Tanganku Kembali menulis, dengan refleks. Semua yang ada di dalam pikiranku aku tuliskan di dalamnya, termasuk do'aku kepada pasukan Allieru serta kemenangan kami.

"Mai, tolong antarkan ini."

Mai menerimanya dan segera pergi tanpa bertanya apa-apa.

"Yang Mulia Putri," segera setelah Mai menghilang di Lorong, Cilla datang Bersama Lady Gloria yang berpakaian rapih. "saya mengantar Lady Gloria ke tempat Anda, Lady berkata dia ingin menemui Yang Mulia."

Lady Gloria membungkuk, "salam, Yang Mulia Putri."

"Selamat pagi, Lady. Kau bisa melanjutkan pekerjaanmu Cilla."

Cilla memberi hormat, lalu berlalu pergi.

"Haruskah kita masuk, Lady,"aku mempersilahkan Lady Gloria masuk ke dalam ruang kerja. Setelah aku duduk di tengah ruangan, Lady Gloria ikut duduk di depanku. Dia meletakkan tas kecilnya di samping tubuhnya.

"Ah! Yang Mulia, Anda tidak perlu melakukannya," dia panik Ketika melihatku menuangkan teh kepadanya.

"Saya hanya melakukan sopan santu kepada guru saya, Lady."

Lady Gloria meminum teh dengan anggun, senyumannya memperlihatkan rasa dari teh yang kutuangkan.

"Yang Mulia, seperti yang sudah Anda minta sebelumnya, saya telah mendapatkan beberapa informasi yang saya dengar dari berbagai pesta bangsawan. Saya menuliskan laporannya ke dalam sini," Lady Gloria menyerahkan seamplop tebal berisi kertas yang penuh tinta.

Aku menerima amplop itu, dan mengecek sekilas isinya, "terimakasih kerja keras Anda."

Seperti yang aku harapkan dari Lady Gloria yang berjiwa anggun, dia dengan mudah mendapatkan tempatnya di pergaulan kelas atas. Informasi ini juga akan membantuku untuk masuk dunia yang lebih luas lagi.

"Ngomong-ngomong Lady, apa Anda tidak keberatan saya panggil seperti itu?"

Wajah Lady Gloria tiba-tiba menjadi merah dan tangannya bergerak panik, "ah, tentu saja Yang Mulia. Saya merasa terhormat jika Anda menghormati saya."

"Begitu, saya akan lebih nyaman dalam memanggil guru saya Lady sekarang."

Lady Gloria sepertinya benar-benar senang.

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang