Derap langkah bergaung di jalan setapak. Suasana senyap sunyi tak besua, cicitan jangkrik yang memecahnya.
Kina jalan perlahan menuju pagar rumah, membuka perlahan sampai terdengar decitan pagar berkarat. Sang fajar sudah kembali ke peraduan nya beberapa menit yang lalu.
Sudah resmi waktu, berganti menjadi sore menjelang malam.
Kegiatan yang menghabiskan waktu Kina seharian penuh ini, sangat menguras tenaga. Penat yang menggunung di pundak sudah tak tertahankan.
Mandi air hangat merupakan sebuah opsi yang sangat baik. Setidaknya, itu yang ia pikirkan seharian ini.
Kenop pintu ia putar perlahan, membiarkan badanya masuk lewat celah kecil setelah pintu terbuka. Lalu pintu ditutup kembali dengan suara kayu berderit nyaring.
"Aku pulang!" gema lantang mengisi kesunyian rumah yang memiliki tiga penghuni ini.
Tidak perlu memiliki ekspektasi atau bahkan bermimpi ucapan pulang nya dijawab, Kina tau pasti, sampai kapan pun, ia tidak akan mendapatkan itu.
Buat apa mengharapkan sesuatu yang bahkan ia sendiri, sudah sangat tau jawabanya.
Kakinya membawa ia pergi menapaki anak tangga satu persatu, sampai ia menemukan sebuah pintu bergagang bulat berwarna silver. Memutar kenopnya tentu saja, menaruh tas yang ia sampirkan di bahu kanan selama kurang lebih 3 jam lamanya.
Merebahkan dirinya sebentar, sebelum sebuah suara menginterupsi sesi istirahatnya,
"Kak, sudah pulang?" si bungsu membuka pintu kamar Kina dengan kepala juga gigi kelincinya yang mengintip malu dari celah kecil pintu.
Jungkook berjalan mendekat ke arah kakaknya sampai ia akhirnya memilih untuk duduk di tepi ranjang.
"Kenapa? Tumben nanya." Mengubah posisinya yang semula terlentang, kini menjadi bersila menghadap sang adik. "Enggak kak, cuma mau bilang besok aku ada main sama Namjoon. Terus...,"
Ada keraguan di dalam nada bicara nya, sempat terjadi keheningan di dalam ruangan, yang membuat suasana agak canggung.
"Kenapa sih kook? Ngomong aja kali."
"Itu kak, boleh gak, aku mau...minta uang sama kakak? Kata mama ke kakak aja katanya, mama lagi gak pegang uang, udah kepake."
Kina sudah menduga itu, "Maaf banget kook, kakak mau banget ngasih ke Jungkook, cuma besok itu, kakak ada kegiatan di luar kook, mau beli bahan-bahan buat tugas kuliah."
Binar yang sebelumnya ada di mata Jungkook, perlahan redup digantikan dengan lengkungan di bibirnya, "Oh, gitu ya kak? Gausah kalo gitu, makasi ya." Bersamaan dengan langkahnya yang semakin menjauh di depan mata, Kina bangkit untuk bersiap membersihkan diri setelah seharian beraktivitas.
Berjalan ke arah depan; sedikit ke kanan, Kina membuka lemarinya. Menemukan setelan piyama we bare bears andalan nya. Dan selanjutnya, ia arahkan kakinya menuju kamar mandi.
°°°°
Asap hangat menguar dari dalam kamar mandi. Niatnya untuk mandi menggunakan air hangat sudah terlaksana. Harum lembut sampo dan sabun berbau mawar dan mint menjadi teman saat Kina melangkahkan kakinya keluar.
Dia suka harum yang unik. Sama seperti kepribadiannya.
Mahkota nya ia keringkan dengan sangat apik. Katanya, jangan menyisir rambut ketika selepas keramas, helaian rambut itu akan jatuh---rontok, jika kau melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two is My Number
FanfictionDalam hidup Kina, kata mengalah merupakan separuh hidupnya. ia terbiasa merelakan segala hal yang dicapainya agar dicap sebagai 'anak baik' dan 'kakak yang baik. Sampai ia tidak tahu apa arti bahagia versi dirinya karena terlalu sering merelakan ke...