Suara ketukan pintu terdengar dari salah satu rumah yang nampak asing. Sang pemilik merasa aneh, pukul sembilan malam, siapa yang mau bertamu di malam yang hampir larut ini?
Ketika sang pemilik yang merupakan seorang pria paruh baya itu membuka pintu, tampak dua anak remaja yang sudah bersandar pada dinding rumah dengan tatapan kosong kedepan.
"Maaf, siapa ya?" tanya pria itu.
Dua orang yang kini berhadapan, yang tak lain adalah Rakha dan Auden masih saling berpandangan tanpa ada niat menjawab pertanyaan yang dilontarkan pada mereka.
"Siapa kalian ini? Ganggu saja! Sana pulang! Saya ini sipir penjara, mau saya masukkan ke sana kalian, hah?" usir si pemilik rumah.
Rakha kemudian menatap sinis pria yang merupakan sipir penjara itu. "Mimpi burukmu di depan mata!"
"Hah? Apa yang-"
bugh!
Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, pria itu sudah di hantam dengan sebuah balok kayu oleh seseorang di belakangnya yaitu Xander.
Pria itu tersungkur tak sadarkan diri. Saat ini ia pasrah tak tahu akan dibawa kemana. Ia hanya bisa merasakan dirinya di seret memasuki sebuah mobil dan pergi.
Sebelum pria itu menutup mata dan benar-benar kehilangan kesadaran, samar-samar ia mendengar suara orang dari dalam telfon sedang berbicara pada Rakha.
"Dimana?"
"Mall kosong lantai dua. Gue share lock sekarang."
Entah sudah berapa lama pingsan, pria itu kini terbangun dengan kondisi dirinya terikat pada sebuah pilar ruangan luas yang kosong dan gelap. Memang benar ruangan ini sepertinya adalah mall yang sudah terbengkalai.
"Bapak Widodo, kepala sipir penjara, usia 45 tahun, duda tanpa anak, golongan darah B, tinggi 171 cm, berat badan 75 kg."
Pria bernama Widodo itu amat terkejut kala Rakha berhasil menyebutkan semua tentang dirinya sangat rinci.
"Siapa kalian?" tanya Widodo sedikit berteriak.
Rakha berdecak sambil menyumpal telinganya dengan salah satu jarinya. "Jangan teriak, Pak. Kami gak budeg kok."
"Kami cuma mau lihat wajah takutnya seorang pengkhianat aja," sahut Auden.
Widodo membulatkan matanya. "P-pengkhianat?"
"Gara Aldebaran. Napi dengan kasus pembunuhan dua tahun lalu, bisa bebas karena campur tangan Bapak kan?" tanya Xander sambil memperlihatkan surat-surat pembebasan Gara yang di tanda tangan oleh Widodo.
Widodo hanya diam membisu. Berusaha menyembunyikan rasa takutnya.
"Di bayar berapa?" tanya Rakha spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CYRAKHA
Teen Fiction"𝐌𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐦𝐩𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐚𝐡." 🚫PLAGIAT = KU SANTET🚫 (Jangan lupa vote, komen, dan follow!) Sebuah amanah telah membawanya muncul dalam kehidupan seorang ketua dari Phentanonz...