━ Letter or Story?

10 1 0
                                    

Melirik ke arah dalam loker mejanya, ternyata terdapat sesuatu yang dirasa tak asing. Ia pikir sesuatu yang mengganggu, tetapi tidak juga.

Tangan mulai menjulur ke dalam loker meja, mengambil sesuatu disana.

Terkesan tebal bila dilihat, namun ringan dipegang. Rasa pensaran kunjung menghampiri dirinya. Hingga berakhir menyerah, menunda kegiatan tersebut.

Akibat bel masuk telah berbunyi, segera mengembalikan sesuatu yang ia ambil itu ke dalam loker.

"Toraishi-kun," ucap seorang lelaki helai sakura disana. Biarpun begitu, iris matanya tak juga secerah itu. Benar terdapat kegelapan ringan yang menutupinya.

Sehingga, tak benar-benar bisa dikatakan gelap ataupun terang, melainkan sedikit kusam. Dia menatap pemuda yang ia panggil itu, dengan tatapan sedikit kesal.

Pemilik nama dibuat tersentak kaget oleh keberadaan tak diundang, namun datang main negur orang. Syukur detak jantung lelaki surai hitam di sana, baik-baik saja.

Dia mengatur napasnya dengan membuang napas kasar, lalu berkata, "Ugawa …?" Mengatakan nama lelaki yang telah memanggil namanya, sejenak menatap malas dia.

"H-huh! Kau tadi menyembunyikan sesuatu, bukan?"

"Eh~ apa?"

Sangatlah buruk, tetapi disaat itu pula ternyata guru telah mulai beranjak ke dalam kelas, hingga membuat Ugawa---lelaki mengatakan hal tersebut---berbisik, dan membuat netra abu-abu milik Toraishi sedikit membulat.

"Kau mendapatkan surat cinta, 'kan? Ah, tidak mungkin juga … 'kan."

Memikirkan hal tersebut membuat dirinya selayaknya kepiting rebus. Tentu saja tak mungkin begitu! Bagaimanapun juga, mana ada siswa perempuan di sekolah ini.

Sejenak berada dalam keheningan, ia pun memikirkan hal tersebut terus-terusan. Ugawa sedikit benar, ini adalah pertama kali dirinya mendapatkan surat seperti itu.

Jika dipikir lagi, ini adalah sekolah SMA khusus laki-laki, tidak mungkin juga 'kan, kalau ada perempuan di sini? Ah, tunggu ada. Hanya seseorang kalau tak salah. Tapi siapa?

Menghela napas panjang, bagaimana bisa akhirnya dia malah kepikiran hal ini. Mulai mengambil lajur lain dan kembali fokus terhadap pelajaran.

Biar bagaimana pun, tentu saja dia akan meminta bantuan teman-temannya. Jikalau itu mungkin saja akan diperlukan, ataupun sewaktu ditawarkan.

Detik demi detik telah berlalu, membawakan hasil pencapaian para murid telah memasuki kemampuan akhir. Pengetahuan siswa tak hanya sampai sana.

Perlulah ditempa hingga lebih baik. Mengingat sekolah ini, Sekolah Ayanagi. Di mana mengkhususkan sebagai sekolah untuk para siswa maupun siswi pada jenjang SMP.

Juga berakhir hanya untuk siswa lelaki dijenjang SMA ini, mengejar karirnya mereka dalam bidang-bidang tertentu. Ya, tidak buruk juga bagi mereka yang ingin mengejar impian disini.

Pelatihan yang dialami tak buruk, itu berdasarkan sudut pandang dirinya, lelaki yang sedari tadi mencoba tak tenggelam ke dasar pemikiran.

Saat ini diri mencoba kembali fokus, terhadap pembelajaran. Sisi seriusnya terkadang hadir bersamaan dengan sisi santainya. Disebutkan, dia masih bisa bersikap serius jikalau ia ingin.

Sejujurnya, dia memang penasaran terhadap apa yang berada dibawah mejanya. Terkesan klise, membuat teman satu timnya tadi, menanggapi hal tersebut. Mungkinkah ia akan baik-baik saja, bila terus memikirkan hal ini?

Kembali helaan napas kasar terbuang, tangannya sedikit memijat kening. Teman satu tim yang sedikit aneh terhadap kelakuan dirinya, malah menatap dia penasaran dalam diam. Sekaligus kebingungan.

Singkat perkenalan dia adalah Toraishi Izumi, meskipun tampangnya tampak mirip berandalan dia juga playboy kekinian. Terlalu percaya diri akan penampilan, begitulah dirinya.

Walau kenyataannya benar, sewaktu masih berada di sekolah menengah dahulu. Ia masih sedikit merasakan sesuatu, terhadap kejadian tersebut.

Tapi tetap saja, diri tak bisa membiarkan sosok yang menjadi 'sahabat' dirinya, yang sedari dulu telah menjadi sahabatnya terbawa emosi. Akhir-akhir ini memang terlihat ada kekerasaan, tapi beruntung tak fatal.

Sebab diri baik-baik saja, walau tak ikut mendukung. Perkataan sang temannya, Ugawa, pada hari itu memanglah kebenarannya.

Walau kesannya seperti merendahkan juga mengejek, Toraishi sebagai teman salah satu tim-nya, cukup paham dengan dirinya yang seperti itu. Ah, tidak … lebih tepatnya, teman sekamar dia yang lebih mengetahui hal tersebut.

Membayangkan teman sekamar? Dia sudah ingin tertawa karena teman sekamarnya, selalu saja berisik tak mau membiarkan diri bersenang-senang. Dia sudah terlalu lelah hingga berpikiran demikian.

Dia masih cukup penasaran terhadap sesuatu yang berada di dalam loker meja-nya, sedari tadi.

Hingga akhirnya memutusan seusai sekolah mengetahuinya segera. Dia sudah sangat pensaran, namun jikalau dibuka sekarang itu akan disita sang guru.

Mengingat diri yang terkadang bertindak tak sesuai keinginan. Ia cukup yakin, mungkin saja kedepannya akan terjadi sesuatu terhadap masalah ini.

Tak dirasa pembelajaran telah usai, diri sempat meregangkan tubuh beberapa saat. Langsung dihampiri oleh kedua orang, berakhir tersentak kaget.

"Toraishi, hari ini kita ada latihan, apa kau baik-baik saja?" Dilihatnya lelaki surai pirang muda kini bertanya kepadanya. Tertegun, ternyata temannya yang satu ini selalu mengetahuinya, ya?

Disusul kemudian oleh pertanyaan dari pemuda disampingnya, "Aku lihat dirimu menjadi sedikit aneh, apa terjadi sesuatu?"

Ah, keduanya ternyata. Tapi sudahlah, mau dikata apalagi. Toh, memang benar diri telah bersikap sesuai kemauannya sendiri, lalu beranjak dari kursi.

Kemudian menyahut, "Aku baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan~" Senyuman kecil terulas, walau kenyataannya tak begitu juga membaik.

"Oh ya, tadi Ugawa bicara sesuatu tentang surat---"

"Oh, itu. Dibilang surat juga tak bisa, lapisannya tebal sewaktu kupegang tadi," potong Toraishi. Ternyata diri mencoba jujur saat ini, apakah mungkin telah terjadi sesuatu?

Sedikit tak percaya, padahal biasa Toraishi jarang mengungkapkannya secara jujur seperti sekarang. Hal tersebut membuat lelaki surai pirang muda di sana tertawa pelan.

"Tatsumi?"

Keduanya menoleh ke arah dia. Sekilas menggelengkan kepalanya pelan, dia kembali tersenyum. "Tidak seperti Toraishi yang biasanya, 'kan Eigo?"

Memahami maksud dari Tatsumi, yang dipanggil Eigo menganggukinya seraya berkata, "Benar, Tatsumi." Toraishi menatap keduanya dengan raut wajah tak bisa dijelaskan.

"Apakah dirimu sudah mencoba membukanya Toraishi? Siapa tau ada petunjuk dari balik isinya," celetuk Eigo menyarankan. Menggaruk lehernya tak gatal ia pun, segera menyetujuinya. Dia ingin mengetahui apa isinya.

Seperti yang dikatakan Eigo sendiri, mungkin saja ada petunjuk mengapa benda tersebut bisa tiba-tiba berada di sana. "Huh? Apa kalian mencoba untuk melupakan latihan?"

To be continued

SWEETHEART! IzuRein. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang