Chapter 4

257 19 0
                                    

"Anandita, bangun, nak!" Seru papa sambil mengetuk pintu kamarku.

Ugh, ada apa sih pagi-pagi gini? Kutatap jam dinding di kamarku. Masih jam 4 pagi, astaga! Aku segera merapikan rambutku dan mencuci wajahku. Sepertinya aku harus cepat melupakan kejadian kemarin sore.

"Iya bentar," aku berjalan tertatih menuju pintu dan membukanya-menampakkan papa yang sudah sangat rapi dengan jas juga tas ditangannya.

"Papa mau dinas ke Palembang, jadi, papa ga bisa antar kamu ke sekolah nanti, kamu berangkat sama kak Daffa, ya?"

"Hah?" Tanyaku tidak percaya. Berangkat bareng sama makhluk itu? Ya ampun, engga deh engga.

"Kenapa? Mama kan ga bisa naik mobil jadi kamu bareng kak Daffa aja, ya?"

Lalu muncullah makhluk itu disamping papa.

"Yaudah, pa, papa berangkat aja. Ga usah khawatir, nanti Anan sama aku." Hish! Sok bijak banget sih. Najis.

Aku memutar bola mataku sambil mencibir.

Setelah itu, papa mengangguk dan mencium puncak kepalaku lalu berpesan pada makhluk itu kemudian pergi.

Aku menatap makhluk itu. "Gue berangkat sama Adam." Lalu kembali ke kamarku.

Kudengar dia menghela nafas keras lalu menggedor pintuku.

"Kamu gak denger papa ngomong apa?! Kamu berangkat sama kakak!"

"Dan lo ga denger tadi gue bilang apa? Gue berangkat sama Adam. Gue ga mau berangkat sama lo," balasku lalu kembali tidur setelah mengetik pesan untuk Adam agar ia menjemputku di depan komplek.

*****

"Kamu serius ga mau kakak antar? Ini udah jam 7 kurang 10 menit tapi Adam belum datang juga. Lagian kamu kenapa, sih pake bareng dia segala," makhluk yang ada disampingku ini dari tadi tidak berhenti menyewotiku.

"Kenapa lo cerewet banget sih?! Lo mau pulang ya pulang aj-tuh Adam dateng. Bye!" Ucapku sambil menaiki motor Adam. Kulihat wajah makhluk itu jelek sekali karena emosi, lalu Adam membuka kaca helm-nya lalu tersenyum pada makhluk itu.

"Ga usah senyum sama dia. Cepet jalan!" Pintaku.

"Yeh, harus sopan!" Lalu Adam menggas motornya. Kulihat sekali lagi wajah makhluk itu. Dia membuang napas kasar lalu berbalik ke komplek dengan motornya.

*****

"Itu kak Daffa, kan?" Tanya Adam. Kami berjalan berdampingan di lorong sekolah.

"Hm."

"Gila, beda banget. Terakhir gue ketemu, kan 2 tahun lalu."

"Hm."

"Lo kenapa, sih? Hm hm hm mulu, dan jujur ya, bukan gue ga mau atau apa, kenapa lo minta nebeng gue disaat kakak lo bisa anter lo?" Tanyanya. Aku yang sedang menatap lantai langsung mendongak ke arahnya.

"Lo gak ikhlas?!" Tanyaku.

"Bukan gitu!! Ya gue heran aja-ya.. yaudahlah ga usah dibahas! Elah." Dia memalingkan wajahnya.

Aku diam. Kalaupun menjawab pertanyaan dia, dia pasti akan menuntut jawaban lebih banyak lagi dariku.

"Trus lo nanti pulang gimana?"

"Sama lo lah."

"Cih, mupeng lo!"

"Ah lo nyebelin banget. Monyetlu!" Aku sengaja mengerucutkan bibirku agar terlihat ngambek.

"Iye iye, duh sobat gue yang paling jelekk!"

"Eh lu sialan!!" Aku meneriakinya yang sudah berlari ke kelas. Huh, dasar.

*****

Saat bel istirahat berbunyi, aku segera berlari keluar kelas menuju toilet karena sedari tadi aku menahan untuk buang air kecil.

Sesaat setelah itu, aku berjalan menuju kantin. Laper banget karena tadi pagi gak sempet makan. Apalagi kalo bukan karena ada makhluk itu.

Ew.

Sesampainya di kantin, aku mengantri untuk membeli kentang goreng. Kugoyang-goyangkan kakiku untuk menghilangian pegal. Dari sini, aku bisa melihat anak laki-laki kelas 12, 11, maupun 10 sedang bermain futsal di lapangan.

Dan dia disana. Senyumnya merekah ketika ia berhasil mencetak gol untuk timnya. Ia berlari keliling lapangan sambil mengacungkan jari telunjuknya ke atas ala pemain bola. Disusul oleh teman-temannya yang merembukinya.

Tak sadar, bibirku melengkung ke atas. Namun, senyumku tak bertahan lama saat seseorang datang dan memberinya minum sambil mengusap dahinya yang berpeluh.

Mataku memicing untuk melihat orang itu. Oh. Atika. Pantas. Maklum. Wajar. Ya.

"Woy maju, dong! Pegel nih gue berdiri elonya malah ga maju-maju!" Suara Rizal membangunkanku dari lamunan singkat tadi.

Aku mengerjap lalu melangkah maju.

*****

Sepulang sekolah, aku menunggu di parkiran. Menunggu Adam tentunya. Entah aku yang telat atau dia yang telat, tapi memang aku agak telat 10 menit ke sini karena tadi dipanggil Bu Dinta untuk menyetorkan nilai praktik.

Namun, aku gak ngeliat Adam dari tadi. Dimana ya.

Ddrrtt ... ddrrtt

Hp-ku bergetar. Pesan masuk.

From : Adam

Nan, sorry. Gue pulang sama Atika. Sorry banget.

Aku menghela napas kasar. Yap. Harusnya aku sudah menduga. Lagian kok aku bego banget pake minta pulang bareng Adam? Ya udah pasti Adam nganterin Atika lah.

Bodoh. Nyatanya, niat untuk gak egois ternyata aku masih berharap.

"Hhf," aku mendengus lalu mengetik balasan singkat untuk Adam lalu berjalan menuju halte Bus.

###

Vote and commentnya ya ☺ biar semangat lanjutnya hehe.

The Intersection of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang