SYAFIQ 1

14.9K 224 1
                                    

"Syarifa! Turun kamu!" Teriak seorang wanita setengah baya yang tengah meneriaki anak gadisnya, yang duduk santai sembari memetik mangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Syarifa! Turun kamu!" Teriak seorang wanita setengah baya yang tengah meneriaki anak gadisnya, yang duduk santai sembari memetik mangga.

"Entar, Ma!" balas gadis itu ikut berteriak.

"Gak ada entar-entaran! Buruan turun sekarang!"

"Sebentar! Tinggal metik satu mangga lagi!"

"Gak ada! Buruan turun sekarang atau mamah pukul kamu!" ancamnya.

"I-iya, Ma!"

Gadis itu langsung turun dari atas pohon saat mendengar ancaman bahwa sang ibu akan memukulnya jika tidak segera turun.

Syarifa Azelia Natasya, gadis berparas ayu yang memiliki tinggi sekitar ± 170 cm, itu menampakkan deretan giginya pada sang mamah yang menatapnya tajam.

Syarifa, atau yang biasa dipanggil Syazel jika di lingkungan luar, memiliki sikap tomboi bak seorang cowok, orang tuanya saja sampai bingung untuk merubah sikap putrinya, itu.

Banyak cara yang orang tuanya lakukan demi membuat Syazel berperilaku seperti gadis pada umunya. Salah satunya, memasukan Syazel ke pesantren. Bukannya mendapatkan hasil yang membuahkan, Syazel justru membuat pesantren menjadi area dangdutan, dan area balapan. Syazel juga sering kabur dari pesantren hanya untuk bisa memeluk kembali dunia luar yang bebas akan peraturan. Oleh karena itu, pihak pesantren mengembalikan Syazel kepada orang tuanya, karena gadis itu sulit untuk dirubah. Dan itu, berhasil mendapatkan sambutan positif tersendiri dari Syazel.

Back to topik.

Dewi---wanita setengah baya itu menatap tajam Syazel yang asik mengusap buah mangga yang berada di dalam dekapannya, tanpa rasa bersalah.

"Kamu, ya ...! Udah mama bilangin, jangan manjat pohon mangga! Malah bandel!" geram Dewi, menjewer telinga Syazel, dan itu berhasil membuat Syazel meringis seraya menyebut mamanya.

"Ya--ya--ya! Maaf, Ma ...!"

"Ayo, pulang!"

"Lepas dulu, Ma, jeweran nya! Sakit ...!" pinta Syazel.

"Gak ada! Kamu bukannya masuk rumah, malah kabur nongkrong ama temen, entar." Dewi menarik telinga Syazel untuk mengikutinya masuk ke dalam rumah.

Pohon mangga yang selalu jadi sasaran kemarahan Dewi kepada Syazel adalah pohon mangganya sendiri, yang terletak di belakang rumah. Meski itu pohon, miliknya, tapi ia melarang keras kepada Syazel untuk tidak memanjatnya. Namun, ini? Gadis itu dari kecil terus-terusan memanjat pohon, dengan alasan gabutz. Garis bawahi 'GABUTZ'!

"Hehehe. Tau aja, sih, Ma," cengir Syazel dengan tampang watadosnya.

Syazel menatap mangga yang ada di dalam dekapannya dengan wajah memelas, mengusap mereka satu persatu.

"Mangga-manggaku sayang, kali ini mama enggak bisa bawah kalian ketemu cogan. Gara-gara ratu internasional tengah marah, nih. Maafin mama ya, sayang," ucap Syazel kepada para mangganya dengan mengerucutkan bibir.

SYAFIQ || Nemu Jodoh di PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang