Happy reading ✨
Anna berada di rumah sakit tempat ibu pantinya dirawat, ia tidak memiliki pekerjaan lagi, jadi ia berinisiatif untuk merawat ibu Sofie.
"Ibu ..." Lirih Anna sembari memegang tangan ibu Sofie.
"Aku ... aku Telah menikah Bu." Anna mennunjukkan jarinya yang telah di hiasani cincin berlian pemberian Alex.
"Maaf, aku tidak membawa ibu ke pernikahanku, semuanya terjadi begitu cepat." Anna sesegukan saat bercerita sebelum melanjutkan pembicaraannya.
"Aku tidak memilik pilihan ibu, maafkan aku." Tumbanglah pertahannan Anna, ia menangis sejadi-jadinya menumpahkan segala sesak di dadanya.
Ia bingung menghadapi ibu Sophie saat beliau sadar nanti, apa yang akan ia katakan. Bagaimana mana cara ia menghadapi ini seorang diri.
"Oh tuhan tolonglah aku."
Anna merasa lebih baik saat ia telah mengatakan isi hatinya pada ibu Sophie, walau tidak banyak membantu setidaknya ia merasa bebannya sedikit berkurang.
Mungkin ini yang di butuhkan orang yang memiliki masalah, mereka hanya butuh pendengar untuk mengurangi sedikit gunda di hatinya, agar merasa sedikit lega.
Setelah beberapa jam berada di rumah sakit dan merasa cukup menjenguk ibu Sophie, Anna menuju panti untuk melihat keadaan adik-adiknya. Sedikit membawa makan dan kebutuhan pokok, hasil dari sisa tabungannya.
Anna tidak akan menggunakan kartu pemberian Alex, uang yang kemarin Alex berikan itu lebih dari cukup untuk harga dirinya.
Betapa mirisnya hidup Anna saat memikirkan harga tubuhnya, ia merasa seperti seorang jalang yang sesungguhnya.
"Kak Anna?" Seorang bocah dengan rambut kriting memeluk Anna saat wanita itu tiba di depan rumah panti, ia bernama Abian. Seorang bocah yang paling kecil di antara anak panti yang lainnya.
"Dimana yang lain?" Tanya Anna saat Abian melonggarkan pelukannya.
"Di dalam kak, mereka sedang membersihkan rumah," jawab Abian polos.
"Kau tidak membantu mereka?" Tanya Anna dengan nada guyonan.
"Aku telah menyelesaikan tugasku," pungkas Abian dengan tidak terima.
"Ah baiklah aku hanya bercanda." Anna tertawa melihat wajah menggemaskan Abian. Bocah kecil ini terlihat sangat lucu dengan wajah polosnya.
❤️❤️❤️
Cuaca telah berganti yang tadinya terang, sekarang menjadi gelap. Malam telah hadir dengan membawa bintang dan bulan, dimana ini adalah waktu untuk beristirahat bagi umat manusia.
Begitu juga dengan Alex, pria itu telah kembali setelah bekerja dengan banyaknya berkas yang ada di kantornya.
dengan membawa makanan cepat saji, seperti biasa Alex selalu melewatkan waktu makannya, saat di perjalanan menuju mansionya Alex singgah di supermarket untuk membeli mi instan, ia akan makan sebelum beristirahat.
Mansion itu tidak rame seperti saat siang hari, tapi juga tidak begitu sepi saat gelap datang, Alex memang menyewa beberapa pengawal untuk menjaga mansionya agar selalu terjaga 24-jam, begitu juga dengan pelayan.
Tetapi ada yang Aneh saat ia tiba di Mansion nya, biasanya tempat tersebut tidak pernah gelap karena saklar selalu di nyalakan. Tetapi kenapa sebagian dari Mansion ini gelap? Apa pelayannya melakukan kesalahan?
Semua itu terjawab saat Alex melihat Anna tertidur yang bertumpu pada meja makan besar itu dengan berbagai macam hidangan makan malam.
"Apa wanita ini yang menyiapkan semuanya? Apa dia menungguku kembali? Tapi kenapa?"
Berbagai pertanyaan itu bersarang di kepala Alex, yang merasa heran dengan segala sikap Anna, terkadang Anna sangat keras kepala tetapi juga lembut diwaktu yang bersamaan. Wanita ini sangat berpengaruh pada perasaan Alex.
Secara perlahan Alex mendekati wanita yang asik dengan dunia mimpinya itu, seakan takut retina coklat itu terbuka karena merasa terganggu.
Kemudian Alex duduk disisi Anna, tanpa sadar ia menyentuh kepala yang bertumpu pada meja makan itu dengan perlahan dan hati-hati.
"Kau ... Kenapa kau melakukan semua ini Anna?" Tanya Alex tanpa melepaskan pandangan dari sosok yang sekarang telah menjadi istrinya itu.
Pria yang masih mengenakan kemeja abu-abu itu, ikut merebahkan kepalanya pada meja makan langsung berhadapan pada wanitanya. Ingin memandang wajah itu lebih dekat, seakan tidak puas hanya melihat dari posisinya.
Alex memandang wajah itu lekat-lekat, memperhatikan setiap bentukan yang ada pada wajah Anna. Mulai dari mata, Alis, dahi dan hidung, lalu berhenti pada bibir ranum itu, ah ... bibir yang pernah ia rasakan dengan begitu hebatnya Hingga Alex merasa gila.
pada saat yang bersamaan Alex sedikit terkejut ketika retina itu terbuka dan menampilkan wajah yang sama.
"Alex?"
Pria dengan retina hitam pekat itu kembali duduk seperti semula, seakan ia baru saja kepergok memperhatikan wajah yang mampu membuatnya terpesona.
Anna ikut duduk dengan menampilkan wajah bingungnya. Ada apa dengan pria ini?
"Aku baru kembali dan ingin beristirahat." Alex berdiri hendak meninggalkan Anna, jika saja tangan tangan lembut itu tidak menyentuhnya.
"Aku telah menyiapkan makan malam, apa kau tidak lapar?"
"A .. aku ingin membersihkan tubuhku dulu," jawab Alex sedikit gugup, ini pertama kalinya ia merasa gugup berhadapan dengan lawan jenis. Padahal selama ini wanita lah yang tidak dapat berkutik saat berhadapan dengannya.
Anna selalu membawa hal baru pada dirinya.
❤️❤️❤️
Mereka makan malam dalam diam, Anna hanya memperhatikan suaminya makan dengan begitu lahap tanpa protes.
Pria sangat lucu ketika sedang mengunyah.
Di sela-sela makannya Alex membuka suara untuk menghentikan rasa canggung pada dirinya.
"Kau tidak makan?"
"Aku sudah makan." Anna terus memperhatikan setiap gerakan pria di hadapannya tanpa canggung.
"Apa pria ini gugup?"
"Apa kau yang memadamkan sebagian lampu Disini?" Alex mencoba untuk mencari topik agar rasa gugup ini hilang.
"Aku meminta pelayan yang memadamkannya."
"Kenapa?"
"Mansion ini sangat terang, tidakkah menurutmu ini pemborosan?"
Menurut Alex Anna sudah seperti ibu-ibu komplek yang pelit dengan keadaan. Wanita ini mulai menunjukkan sisi dirinya yang lain.
"Ah baiklah, lakukan sesuka hatimu." Pada akhirnya Alex tidak dapat berkata apapun, ia tidak ingin memulai perdebatan hanya karena hemat listrik.
"Ini ... Enak," ungkap Alex dengan sedikit gugup, kenapa ia terus merasa gugup? Tidak bisakah rasa aneh ini hilang.
"Aku pasti sudah tidak waras."
Tetapi memang makanan yang dibuat Anna sangat enak, Alex tidak pernah merasakan masakan rumahan sebelumnya. Selain karena ia sebatang kara, tetapi juga karena Alex tidak bisa masak.
"Apa kau yang menyiapkan ini semua?" Tanya Alex dengan rasa canggung dan gugup yang terus menghantuinya.
"Aku tau pekerjaanmu banyak, jadi aku menyiapkan ini semua."
"Dari mana kau tau pekerjaanku banyak."
"Kepala pelayan Han," Jawab Anna seadaanya. Tetapi sebenarnya tanpa di kasih tau Anna sangat paham, karena Alex merupakan CEO yang pasti punya tanggung jawab besar di perusahaannya.
Wanita tua itu ...
Wanita tua itu pasti sudah banyak bicara pada Anna. Kepala pelayan Han, adalah seseorang yang telah lama bekerja pada Alex saat pertama kali Alex mencapai kesuksesannnya.
Jadi wanita itu telah mengerti ritme keseharian yang Alex jalani.
Mulai dari bangun pagi, Alex tidak pernah absen untuk berolahraga, pria itu akan pergi bekerja tanpa menyentuh sarapannya. Begitu juga dengan jadwal makan siang, Alex selalu melewatkannya.
Dan saat malam tiba, ia akan mengisi perutnya dengan makanan cepat saji sebelum memanjakan tubuhnya pada ranjang.
Dan Anna mengetahui itu semua dari kepala pelayan Han.
"Mulai sekarang kau tidak boleh lagi melewatkan jadwal makanmu," ungkap Anna dengan nada perintah.
Alex ingin membantah, tapi suara Anna kembali menghentikan niatnya.
"Apa jenis makanan yang kau suka?"
Woah, apa wanita ini begitu menyukai perannya sebagai seorang istri? Atau karena ia memang peduli dengan kehidupan yang Alex jalani?
Pada akhirnya Alex hanya bisa menjawab pertanyaan yang di ajukan Anna dengan seadaanya. Dan malam itu mereka habiskan dengan saling bertukar cerita untuk saling mengenal diri masing-masing.
TBC
Udah mulai pendekatan ni ya wkwk 😆