Setelah meninggalkan pekarangan rumah Leta, Dito memutuskan untuk mampir ke Margel. Suara bising khas dari motornya yang di modif dengan sedemikian rupa. Bahkan siapa pun tau hanya Dito yang memiliki motor seperti itu.
"Perasaan tu motor ngikutin gue." gumam Dito dengan wajah yang tertutup helm fullface nya. Ia sedari tadi melihat kaca spion dan melihat sebuah motor ninja berwarna hitam selalu mengikuti kemana pun ia pergi.
Tak lama Dito sampai di Margel lalu melirik ke arah belakang dan mendapati motor tersebut. Menyadari bahwa Dito melihatnya pemilik motor ninja hitam itu langsung berbelok ke arah kanan. Tanpa berpikir panjang Dito langsung memasuki Margel yang dipenuhi puluhan temannya.
"Dari mana aja lo Dit?" tanya Austin.
"Gue abis dari bandara."
"Bonyok lo jadi ke Jepang? Kenapa lo ga ikut aja." ujar Galang.
Dito yang merasa lelah meminum es jeruk yang ada di depannya sampai habis. "Males bang disana juga gue diem dirumah, kalo ngga gue ikut pertemuan bisnis bokap." jawab Dito.
"HEH BANGSAT MINUM GUE ITU, SEENAKNYA LO ABISIN." teriak Dafa tak terima es jeruk pesanannya habis oleh Dito.
"Yaelahh lo tinggal pesen lagi aja jangan kaya orang susah lo." ejek Dito.
"Yehh kalo duit gue ga dipotong gue tinggal beli lagi."
Dito mengerutkan dahinya tidak biasanya Dafa seperti ini. "Dipotong? Kena marah nyokap lo?" tanya Dito.
"Itu kemarin si Dafa nabrak tanaman kesayangan nyokapnya kena amuk deh." ujar Austin.
Seketika tawa mereka pecah mendengar penjelasan Austin. Begitulah Dafa ia memang terlihat sangat cuek dan dingin untuk lawan jenis, tapi saat berkumpul bersama teman-temannya sikap ia berubah drastis.
"Gue bingung Aus, padahal gue ga sengaja nabrak tu tanaman, nyokap gue sampe nangis semalaman dan hasilnya uang jajan gue kena potong." jawab Dafa sambil menggaruk tekuknya yang tidak gatal.
"Aus aus lo kira gue paus?." protes Austin.
Dito yang melihat perdebatan sahabatnya itu hanya geleng-geleng kepala. Sayang sekali orang-orang tidak mengetahui sifat asli anak-anak Dogel. Namun pikiran Dito teralih pada sosok yang memakai ninja hitam. Siapa dia? Kenapa tadi seperti mengincarnya?
"Tadi dijalan gue ngerasa ada yang ngikutin gue bahkan sampai deket sini." ucap Dito memecah keheningan.
"Ngikutin lo?" tanya Galang.
"Kayanya bang soalnya dari awal gue nancap gas sampai gue disini dia ada dibelakang gue. Terus pas gue masuk Margel dia masih ada dibelakang gue, pas gue liatin akhirnya dia belok." tutur Dito.
"Lo inget motornya?"
"Seinget gue motornya ninja warna hitam terus ada garis merah disisi motornya."
Semua orang tampak bingung pasalnya Dito pernah diserang dan sekarang ia dibuntuti. Mereka berpikir siapa kira-kira yang memulai permainan dengan mereka.
"Salah satu anak Geng Angle." ucap Galang dengan santainya.
"Lo tau bang?" tanya Dito.
"Gue pernah liat tu motor, ciri-cirinya sama kaya yang lo omongin, dia pernah ada dirombongan Geng Angel. Gue gatau siapa orangnya, tapi yang pasti itu bukan motor Bimo mungkin anak baru." jawab Galang.
"Lo harus hati-hati Dit, kalo ada yang aneh lo harus hubungin kita." ucap Austin.
"Tapi bang masalahnya, kenapa harus Dito?" tanya Saga.
"Kalo alesannya gue juga gatau tapi yang pasti itu anak Angel, kita liat aja." ucap Galang serius.
***
"Heh bocah lo dari mana aja? Kenapa tu kaki pake perban kaya gitu? Kenapa lo bisa sama di Dito? Sejak kapan lo kenal sama dia?." tanya Daniel tanpa membiarkan Leta beristirahat.
"Bang tanya satu-satu kan bisa. Gue harus jawab yang mana dulu kalo lo nanya kaya gitu, berasa artis gue." jawab Leta sambil meminum susu kotak yang ada di tangannya.
Daniel menarik nafasnya perlahan lalu membuangnya adiknya yang satu ini selalu berhasil membuatnya naik darah. Bahkan saat seperti ini dengan santainya ia meminum susu. "Lo dari mana?"
"Sepedahan."
"Kenapa lo bisa sama Dito?"
Leta menegakkan badannya lalu menyimpan susu kotak di atas meja yang ada didepannya, ia mulai menghadapkan wajahnya kepada Daniel lalu menatapnya dengan wajah serius.
"Lo inget jambret yang ambil tas gue? Tadi mereka nyamperin gue lagi katanya gue nipu mereka karena tas gue gak ada isinya. Mereka mau nyuri sepeda sama hp gue tapi disitu Dito nolongin gue, dan ni luka karena ulah tuh jambret. Gue kenal Dito karena gue satu sekolah sama dia cuma beda kelas doang." tutur Leta panjang lebar.
"Apa lo bilang? Jambret yang waktu itu? Itu artinya lo udah diincar Leta. Kenapa lo ga telfon gue? Pokonya besok lo gak usah sekolah diem dirumah biar gue yang izinin ke sekolah."
"Bang gue gapapa elahh, besok gue sekolah pokonya."
"Gak, karena lo gue harus bohong sama bunda. Telfon lo ga aktif, gue tanya-tanya temen lo gak ada yang tau. Bunda ga pulang hari ini. Pokonya gue ga izinin lo sekolah besok. Paham?"
Leta hanya bisa mendengus pasrah, Daniel memang menyebalkan tapi Leta sangat tau bahwa yang Daniel lakukan demi kebaikannya. "Iya iya abang gue yang ganteng."
"Jijik lo." ejek Daniel.
"Ehh bang kok lo bisa kenal Dito?" tanya Leta penasaran.
Daniel menaikkan satu alisnya menampilkan senyum jahilnya pada Leta. "Kenapa lo tiba-tiba nanya soal Dito?"
"Yaa..yaa gue nanya doang kan lo beda sekolah kenapa bisa kenal sama dia." gugup Leta.
"Bukan urusan lo, bocil diem aja okey." ucap Daniel sambil menjulurkan lidahnya lalu meninggalkan Leta begitu saja.
Leta memajukan bibirnya Daniel memang mengesalkan. "Ck gue bingung kenapa bisa punya abang kaya lo." gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Teen FictionEvanescent Kita mungkin sudah mengenal kata ini dari nama sebuah grup band dari luar negeri. Arti evanescent adalah segera menghilang dari pandangan dan ingatan. dan ini cerita ga ada lanjutannya.