Dari belakang, aku mengikuti Grace. Grace mengajakku ke suatu tempat yang aku pun masih belum tau akan kemana. Kami melewati lorong yang berbeda dari sebelumnya, dan lebih hangat. Aku tak banyak bertanya. Entah, kenapa saat bersama Grace rasanya segan. Tak seperti bersama Agatha. Grace begitu dingin dan tak bisa di tebak.
Tak terasa, kami sampai di suatu ruangan yang benar-benar berbeda dari tempat sebelumnya. Ruangannya seperti ruang tamu pada umumnya dengan design yang lebih klasik dan mewah. Ada sofa dengan tanaman hias yang menghiasi tembok dan guci keramik yang berjejer di sisi tembok lainnya. Entah, ini dimana. Tapi sepertinya, lorong tadi menghubungkan kami kesini.
"Kau tunggu disini," Pinta Grace,
"Kau mau kemana--?"
Grace berdecak sambil memutar bola matanya dan menatapku sinis,
"Aku hanya bertanya,"
"Lalu?"
"Apa salahnya untuk menjawab?"
Grace mendengus sambil berjalan mendekati ku dengan tatapan yang sangat ku tak suka, sinis dan angkuh.
"--Baiklah, silahkan." Kataku yang sudah malas mendengar jawabannya. Meskipun sebenarnya aku tak ingin ditinggal sendiri. Lebih baik tak usah bersamanya.
"Disini tak ada zombie atau monster. Jadi, jangan cengeng."
"Apa?"
"Tak berguna," gumamnya dengan ketus sambil berbalik badan dan mulai menjauh dariku.
"Kenapa--?"
"--Kenapa kau sebegitu tak sukanya padaku?" Tanyaku gusar namun masih menahan suaraku,
Ia terdiam, lalu menoleh. Senyuman kecil dibibirnya terlihat. Namun, sorot matanya menjadi lebih dingin. Aku bingung, tak bisa mengartikan apa itu. Kemudian, tanpa sepatah katapun ia langsung pergi. Aku hanya melihat punggungnya yang mulai menjauh. Itulah percakapan kami, yang tak begitu menyenangkan.
Aku menarik nafas panjang menatapi ruangan ini sambil berjalan mendekati sofa dan duduk. Kesepian seperti ini lagi-lagi bisa memancing pikiranku yang tak karuan. Mungkin kalau ada Agatha, ia bisa menjadi teman bicara yang bisa mengalihkan pikiran ku. Sampai detik ini aku tidak tau apapun. Soal pikiranku, diriku, bahkan tempat ini. Tak tau apa yang menyebabkan semua hal buruk muncul. Aku benci, Agata masih bungkam.
Ditambah lagi, aku mulai ingat sedikit demi sedikit. Mulai dari Erick, adik Agatha yang membuatku tak nyaman. Lalu, kejadian itu.
'arggh' kepalaku lagi-lagi kumat. Aku ingat aku pernah menyerang seseorang. Tapi, siapa? Setiap kali mencoba mengingatnya kepalaku jadi sakit.
Telingaku juga mulai berdengung, semuanya menjadi gelap. Aku meremas dan memejamkan paksa mataku untuk menghilangkan bayangan ini. Aku menarik nafas dalam-dalam berulang kali.
"Hei!" Grace muncul sambil menggoyangkan pundak ku. Aku sedikit sadar, samar-samar aku melihat wajahnya.
Kedatangan Grace paling tidak bisa membuatku sedikit tenang. Aku mulai lelah dengan semua ini. Tapi, syukurnya aku mulai bisa mengendalikan diri ku, meski sedikit.
"Jangan lakukan apapun yang bisa menyusahkan ku,"
"Ya, kau bisa lepaskan aku," kataku,
"Aku ingin ke toilet,"
Grace menarik nafas, "Toiletnya disana,"
"Oke," Aku bergegas pergi ke toilet yang Grace tunjukkan. Ke sana hanya untuk menenangkan diri sejenak. Aku mengunci pintu toilet, dan ambruk bersandar pada pintu,
"Aku ingat--"
"--sedikit lagi,"
Ingatan kecil itu mulai terbayang jelas. Aku meremas dan memejamkan mataku. Aku tak bisa mengandalkan obat penenang itu--yang hanya memenangkan, tapi tak menguak ingatan apapun. Sungguh ketenangan yang menipu.
Nafasku tak beraturan, dan jantung yang berdegup kencang ini membuat suasana ku semakin keruh. Semakin kencang, semakin kencang.
Disaat ini juga,
Aku jadi ingat.
_________
(Disisi lain)"Dimana Terry?" Tanya Frick cemas,
"Toilet." Kata Grace,
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Frick penuh cemas,
"Ya, seperti apa yang kau bayangkan," jawab Grace,
Frick bergegas menuju toilet diikuti Jack dan Grace. Sesampainya, Frick mengetuk pintunya, namun tak ada jawaban dan mencoba membukanya sayang, pintunya terkunci,
"Terry!"
"Terry! Ini aku!" Kata Frick berulang kali penuh cemas.
Setelah beberapa kali mencoba mengetuk, Terry pun membuka pintunya. Mereka bertiga hanya terpaku, saat memperhatikan Terry yang hanya terdiam menatapi Frick.
"Terry--" Frick mencoba meraih pundak Terry, namun Terry menepisnya dengan wajah heran.
"Kau siapa?"
To be continue..
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Legend of Mafia (Sambil Revisi)
Action⚠DON'T TRY TO COPY A WORK THAT SOMEONE ELSE CREATED⚠ Highest Rank #4 In Action 9/05/18 #5 In Action 18/05/18 #6 In Action 18/04/18 Terry, Try to get out of the comfort zone. "..Antara Hidup, Karir, Keluarga, dan Cinta. Tak satupun dari ke empatnya b...