Setelah menghabiskan infusnya yang terakhir Krist meninggalkan rumah sakit, malam ini dia akan kembali bekerja part-time.
Sebelum mulai bekerja Krist terlebih dahulu menemui Joss, tadi sebelum dia datang Joss sudah berpesan kepada sang manager bila Krist sudah tiba dia harus segera menemuinya.
Pikiran Krist berkecamuk, apa kejadian kemarin malam sudah terdengar oleh Joss? Apa Singto telah membuat keluhan akan layanan kamar yang dia berikan.
Huh, pupus sudah harapan Krist untuk mendapatkan bonus yang besar.Tibanya di depan, Krist langsung di persilahkan masuk oleh sekretarisnya. Perlahan ia memasuki ruangan sambil terus merapalkan doa dalam hati, jika memang Krist di pecat malam ini maka ia harus siap, itu artinya besok dia akan mencari pekerjaan part time di tempat lain. Sebenarnya Krist sangat menyanyangkan jika dia harus melepas pekerjaan ini karena gaji nya yang lumayan besar dan tempatnya berada tidak jauh dari apartemen Krist tinggal.
" Krist!" Tiba-tiba Joss memeluknya, Krist merasa bingung ini tidak seperti apa yang ada di pikirannya.
" Terima kasih atas bantuan mu! Tuan Singto merasa sangat puas, dia berkata akan sering berkunjung dan menjadikan club ini sebagai salah satu referensi kepada para pengusaha lain, dia bahkan memintaku untuk memberikanmu tips".
Ketika mendengar penuturan Joss, Krist menjadi kesal mendengar perkataan Singto yang menyatakan jika dia puas dengan pelayanan kamar yang Krist berikan. dalam hati Krist bertanya-tanya, Puas? dalam hal apa? Apa yang dia maksud adalah merasa puas karena telah melecehkanku, pikir Krist geram.
Joss mengambil amplop di mejanya lalu menyerahkan kepada Krist.
" Ini bonus yang telah saya janjikan Krist, dan ini satu lagi sebagai tanda terima kasih saya " ucapnya tersenyum ramah
Krist pamit setelah menerima amplop tersebut dia kembali melanjutkan pekerjaannya.
------------
Baru saja Krist tiba di depan meja bar terdengar suara yang memanggilnya.
" Krist! Syukurlah kau telah kembali, room nomor 6 membutuhkan alkohol! Tolong antarkan!"
" Baik " Krist segera menyiapkan alkohol ke dalam nampan dan bergegas menuju kesana.
Saat Krist memasuki ruangan tersebut pemandangan yang sudah biasa terlihat disana. Setelah selesai menyajikan minuman Krist bersiap pergi meninggalkan ruangan namun seseorang menahan nampannya dan berkata
" Minumanya masih ada setengah, tunggu di sini sampai minumannya habis!"
Krist menoleh, baru saja dia ingin menjelaskan bahwa nanti akan ada temannya yang datang untuk menggantikannya, namun fokusnya teralihkan oleh suara seseorang yang berada di balik punggung pria ini.
" Biarkan dia pergi, New"
Tiba-tiba jantung Krist berdegup kencang dan merasa terancam, ya dia ingat suara itu, suara siapa lagi jika bukan Pria gila yang mencoba memperkosanya kemarin malam, sialnya lagi Krist terus-terusan bertemu dengannya, sungguh dunia ini sempit.
Saat tak sengaja mata mereka bertemu Krist sontak langsung membuang muka mengalihkan pandangan dari sosok tersebut.
Diam-diam New bisa melihat perubahan ekspresi dari keduanya, ia langsung tersenyum lalu berkata dalam hati " jadi dia orangnya".
New melepaskan pegangan tangannya pada nampan yang di bawa Krist lalu dia mempersilahkannya pergi.
Saat Krist meninggalkan ruangan, New terus memperhatikan hingga dia keluar dari balik pintu. Tiba-tiba saja dia merasakan sakit di kepalanya karena pukulan seseorang.
" Apa yang kau lihat?!"
New hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban.
" Jangan mengganggunya!" Singto kembali bersuara
" Aku hanya penasaran " jawab New yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Singto
" Maksudku, aku hanya penasaran kenapa dia tidak menyukaimu? Itu terlihat jelas dari tatapan matanya tadi saat melihatmu"
"Sebenarnya apa yang telah kau lakukan padanya Sing?" Tanya New lagi
Singto hanya diam tidak menjawab, sebenarnya apa yang telah dia lakukan pada Krist, sungguh Singto tidak berani untuk mengingatnya.
Sebernarnya ini bukan salah Singto melainkan salah hasrat yang ada di dalam tubuhnya, entah kenapa jika dia berdekatan dengan Krist dia merasakan hasratnya begitu membara, dia jadi tidak bisa mengontrol dirinya sendiri seperti malam kemarin.
Krist seolah memancing semua hasrat yang terpendam selama 30 tahun ini. Dia begitu mudah terangsang jika berdekatan dengan Krist bahkan hanya dengan memikirkan sosoknya saja sesuatu di bawah sana sudah menegang dibuatnya.
Memikirkan Krist yang membencinya seperti yang dikatakan New seketika membuat hatinya gusar.
" Sing? Apa kau mendengar perkataanku?" New bertanya membuyarkan pemikiran Singto
" Ya." jawab Singto singkat
" Jadi, apa yang kau lekukan?" Tanya New menuntut
" Tidak ada"
" Benarkah?" tanyanya tidak percaya ia menaikan sebelah alisnya
" Tentu saja, memangnya apa yang bisa aku lakukan?"
New menatap tidak percaya, ini bukan Singto yang ia kenal, Singto yang egois dan ambisius, setahu New dia tidak akan melepaskan mangsanya begitu saja dan apa yang dia inginkan pasti akan dia dapatkan.
" Maksudku Sing, apa yang akan kau lakukan setelah ini? Jangan bilang kau menyerah begitu saja, lalu apa jadinya dengan "dia" bagaimana nasib masa depannya?" Tunjuk New ke arah selangkangan Singto
Singto mengumpat, sungguh jika bukan sahabatnya dia sudah menendang New sekarang juga.
--------------
Percakapan mereka pun berakhir, Singto dan New keluar meninggalkan club, saat mereka masih berada di dalam tadi Singto sesekali melihat sekitar mencari keberadaan Krist tapi tidak menemukannya.
Apalagi tadi ketika Krist menuangkan minuman kedalam gelas Singto bisa melihat dengan jelas perban yang membalut di pergelangan tangan kirinya.
Bukankah harusnya dia beristirahat pikirnya.
Sesampainya di parkiran tidak sengaja mereka melihat Krist yang keluar meninggalkan club, nampaknya dia akan pulang mengingat baju yang dia kenakan sudah berganti dan sekarangpun sudah dini hari.
Krist bejalan menyusuri terotoar tak berselang lama ia telah sampai di depan gedung apartemen tempat dia tinggal, sambil bersenandung Krist memasuki gedung tersebut tidak menyadari jika sepanjang perjalanan tadi ada sebuah mobil yang membuntutinya dari belakang.
New kesal, kenapa Singto menjadikannya seorang penguntit seperti ini, kenapa tadi mereka tidak menawarkan tumpangan saja pada Krist lalu mengantarnya pulang jika ingin mengetahui dimana tempat dia tinggal.
" Dia pasti menolak." celetuk Singto tiba-tiba, seperti bisa membaca pikiran dia menjawab pertanyaan yang ada di kepala New.
" Dia sangat keras kepala dan juga nekad " jika kau terus memaksanya lihat apa yang akan dia lakukan kepadamu" ucapnya lagi
New hanya mengangguk, dia sebenarnya tidak paham dengan maksud yang coba Singto sampaikan dan ia sedang malas berpikir sekarang, kemudian di nyalakannya mesin mobil lalu pergi meninggalkan kan halaman apartemen Krist.
Di balik jendela kamarnya diam-diam Krist memperhatikan mobil hitam yang barusan mengilang, sebenarnya Krist mengetahui jika sedari tadi dia tengah di buntuti namun Krist berusaha tetap tenang tapi dalam mode waspada, selama tidak ada pergerakan yang mencurigakan Krist akan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
.............Tbc...........
Minggu, 05 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't want to but I can't! | SK 18+ [On Going]
FanfictionKrist Perawat adalah sosok pemuda manis pekerja keras, keluarga krist cukup berada akan tetapi semenjak ibunya meninggal dan ayah Krist menikah lagi kehidupannya pun berubah drastis, membuat krist pergi meninggalkan rumah dan menjalani kehidupan yg...