bab satu; perkara gak minta izin

10.8K 686 25
                                    


Terima kasih sudah bertamu di rumah tujuh bujangnya Rigantara, betah betah ya! ヾ(˙❥˙)ノ

.
.
.

🐯🐯🐯

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

🐯🐯🐯

Gawat!

Sadana Rigantara sedang berada dalam situasi darurat!

Cowok yang Desember ini akan menyentuh usia 15 tahun tersebut menghela berat. Jari-jari lentik miliknya terjalin saling meremat. Kepala itu setia menunduk lekat, pun bibirnya mengerucut hebat, sementara badan yang terduduk di sofa itu terpaksa bersandar tegap.

Tegang, Sadana berasa sedang disidang.

"Ini terakhir kali Abang nanya; kenapa Adek gak jujur sama kita-kita? Kenapa harus milih bohong, dengan bilang ada jam les tambahan, padahal malah pergi jalan-jalan sama temen-temen Adek yang geng cabe-merah-terong-ungu itu seharian?"

Suara penuh aksen intimidasi itu berasal dari Maharja Rigantara, yang menjabat sebagai kakak tertua dari tujuh bersaudara dalam keluarga besar Rigantara. Iris hitamnya tampak menyorot penuh tuntutan tanya, sehingga yang ditatap mau tak mau merasa seperti duduk di kursi keramat dengan tuduhan sebagai terdakwa.

"Kok Adek diem? Ayo, jawab Abang."

Sekali lagi, kata-katanya mengudara. Rendah sekali nadanya, sampai-sampai terasa bagai menembus tulang dan kulit; menusuk tajam bak ribuan jarum tak kasatmata.

Namun, Sadana memilih tetap bungkam cukup lama. Memberi jeda pada detak jam untuk menjadi satu-satunya irama pelebur senyap yang bertakhta.

Sebab ada sesuatu yang berupaya keras ditahannya, dan Sadana cemas apabila labiumnya membuka; maka kaca yang sudah berkumpul di balik netra cokelatnya akan pecah ruah tanpa aba-aba.

Sadana teramat tahu, bahwa Maharja jarang sekali marah padanya. Nyatanya, menghadapi kakak tertuanya dalam mode galak begini; dia betul-betul tak terbiasa.

"Bang, jangan dibentak-bentak dong Adek gue. Kasian. Kita semua emang lagi marah, tapi jangan sampe terlalu kebawa emosi. Si Adek emang salah, tapi kita harus coba dengerin alasannya dulu sebelum nyimpulin sesuatu cuma dari satu sisi."

Zegan tiba-tiba jadi tak tega, apalagi setelah menyaksikan bagaimana mata indah milik adiknya terlihat mulai diselubungi genangan air untuk membentuk hujan yang ketika jatuh akan susah buat reda.

Dia hafal sekali sifat adiknya yang satu ini; ketika menangis maka sulit sekali buat berhenti.

"Mi ... Minta maaf. Adek minta maaf; Bang Harja, Bang Zegan, Bang Nuga, dan Bang Banyu. Adek janji, nanti gak bakal ngulangin lagi. Ta-tadi soalnya, mereka bilang Adek bakal dapet dua kotak es krim rasa stroberi kalau ikut mereka jalan-jalan. Adek pikir, sayang banget kalau gak Adek iyain, apalagi dikasih hadiah gratis pula. Jadi Adek ikut aja, gak nyangka te-ternyata bakal seharian pergi jalan-jalannya ...."

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Apr 19 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Brother(s) Complex [revisi vers]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora