Chapter II : Warm Like the Sun

133 28 2
                                    

"Hei, bisakah aku pergi keluar? Aku ingin pergi kesuatu tempat."

Aku mendongak saat menatap penjaga yang menjulang tinggi didepanku. Penjaga itu menatapku sekilas, lalu memalingkan wajahnya.

Dasar sombong!

Aku tahu nama salah satu dari mereka. Orang yang selalu mengawasiku dari dekat, Hakou. Saat ini, orang itu datang menghampiriku.

"Anda tidak bisa keluar, Nona. Silahkan kembali masuk."

Kau kaku sekali ya, Hakou? Apa kau tidak punya rasa iba sedikitpun? Jika seperti ini aku tidak punya pilihan lain ...

"Hakou ... boleh ya? Hng? Boleh ya?" Ugh, wajah imut yang menyebalkan!

"Maafkan saya, Nona. Anda tidak diperbolehkan. Itu adalah peraturan dari ayah anda."

Dasar pria yang dingin. Kau tidak akan pernah mendapat pasangan seumur hidupmu jika terus bersikap seperti itu, kau tahu? Dan juga, kau mau saja diperintah oleh ayah berwujud antagonis itu?

"Baik, baik."

Tidak ada gunanya berusaha. Disini aku hanyalah gadis lemah yang terkutuk, yang bahkan prajurit disini mungkin terpaksa menjagaku. Ironisnya ... Hah! Aku tidak akan mendengar ucapan Hakou kali ini.

"Ugh tu!" Aku melompat lalu terjatuh dari atas tembok pembatas kuil itu. Mereka semua bodoh. Mereka pikir aku akan diam saja seperti seorang Nona yang penurut? Maaf saja, tapi sudah cukup dengan dunia lamaku, aku akan menjadi liar kali ini!

'Memangnya seperti apa dunia lamaku?'

Aku mematung. "Akh! Kenapa aku malah ingat itu!"

Yah, lagipula, ini pertama kalinya aku pergi keluar. Hatiku jadi berdebar-debar ... Ah, tapi jika kulihat-lihat, tidak ada apapun disini. Hanya ada pohon, rumput dan batu. Apa memang tempat ini seterpencil itu?

Aku mencoba menyusuri hutan, berusaha menghindari jalan setapak yang mungkin saja banyak sekali penjaga yang berpatroli. Aku berhenti didepan sebuah patung yang terletak ditengah-tengah hutan. Tidak terlalu jauh dari kuil.

"Patung ...?" Kenapa mereka membuat patung seperti ini disini?

Aku berjalan melingkari patung itu, mengagumi setiap detail yang ada disana. "Hebat! Siapa yang membuat patung ini?"

"Kau penasaran?"

Hiik!

"Siapa itu?!" Aku mengamati kesegala arah, namun tidak ada seorangpun disini.

'A-apa itu hantu?' Itu wajar, ini hutan loh! Jika aku lihat-lihat, tempat ini sedikit gelap dan mengerikan meskipun disiang hari. Jadi ada kemungkinan?!

Aku berjalan kecil kearah sebuah pohon besar yang tampaknya memiliki area kosong disekitarnya, lalu kembali mencari dan mengamati. Suara itu berasal dari sini, tapi tetap tidak ada seseorang. Apa itu hanya halusinasi? Sepertinya itu hanyalah efek buruk dari anak yang tidak pernah keluar rumah.

"Ap--!"

Aku terlonjak saat sesuatu melompat dari dahan pohon. Sesuatu itu mendarat tepat didepanku. Saat aku jatuh terduduk, aku menatap seseorang yang berdiri disana. Namun selanjutnya ia ikut berjongkok, menatapku lalu mengulurkan tangannya.

"Kau tidak apa-apa?"

Aku masih tidak bergerak. Siapa laki-laki ini? Rambut pirangnya terlihat berantakan, gaya berpakaiannya juga. Manik mata birunya menatapku disertai dengan senyuman ceria --hampir bodoh-- yang terpatri dibibirnya. Dia terlihat kekanakan.

A Tale Of Aria : Mond und SonneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang