Bab 3

46.2K 3.6K 23
                                    

"AHHHH!"

Jeritan Clara sontak membuat seisi ruang make up ikut terkejut. Lebih kaget lagi ketika melihat sebuah bingkisan yang baru dibuka jatuh tepat di depan kaki Clara. Mereka spontan ketakutan dan menjauh.

Bimbi langsung menarik Clara yang kini gemetaran dan terpaku di tempat.

"Siapa yang ngirim beginian?" Bimbi marah, melihat siapapun orang yang berada di ruangan.

Clara mendapat sebuah bingkisan yang katanya dari fans, begitu dibuka, ternyata isinya bangkai tikus dengan darah bercecer. Perutnya seketika mual, ia langsung berlari ke dalam toilet dan memuntahkan isi perutnya. Sungguh, pemandangan tadi menjijikan sekali.

Bimbi mengikuti Clara, memijit belakang leher gadis itu.

"Ini pasti ulah si Burhan keparat itu!" Kata Clara sembari menyeka mulutnya dengan tisu dan memandangi pantulan dirinya di cermin yang terlihat marah.

"Kok bisa bingkisan itu ada di sana?"

"Bukannya elo yang naruh itu di meja gue?"

"Nggak ada. Gue bahkan nggak pernah nerima itu bingkisan. Lo tahu sendiri lah, tiap gue nerima hadiah apapun dan dari siapapun, pasti gue saring dulu, Cyin."

Clara menemukan bingkisan itu di ruangannya, berada di paling atas di antara bingkisan lainnya. Berbentuk kotak cokelat dengan motif yang unik, membuat Clara seketika tertarik untuk membukanya. Namun ternyata, cover tak sesuai dengan isinya.

"Lo nggak liat nama pengirimnya?"

"Nggak ada namanya. Kosong aja gitu tulisan di luar. Gue kira bakalan naruh namanya di dalam, tapi ternyata ..."

"Lo yakin ini ulah Burhan?"

"Yakin. Gue yakin banget. Siapa lagi kalau bukan dia. Dia pernah ngancam buat ngebunuh gue. Itu orang beneran sinting, nggak tahu diuntung."

"Sabar, sabar. Tenang ya, Cyin." Bimbi menenangkan.

"Gue nggak bisa sabar, Bim! Gue mau itu orang di penjara sampai mati. Benci banget gue sama orang itu. Gimana gue bisa hidup tenang kalau dia masih berkeliaran."

Bimbi menenangkan Clara yang sudah menangis, melunturkan make up-nya yang sudah setengah jadi.

***

"Gue udah nyampe, Bim."

Clara mengenakan earphone wireless ketika bicara dengan Bimbi di seberang sana. Meraih tas tangan di jok samping, lantas membuka pintu mobil. Ia baru saja tiba di basement apartemennya.

"Hati-hati pas masuk apartemen. Lihat kiri kanan depan belakang atas bawah, Cyin."

Clara memutar bola matanya mendengar ucapan Bimbi yang lebay.

"Ya udah, gue matiin ya."

"Eh, jangan dulu. Matiin sampai ke unit lo Cyin. Gue mau mastiin lo benar-benar aman."

Clara menghela napas. "Ya udah." Clara tidak jadi memutuskan sambungan telepon. Suasana basement memang selalu sepi hingga terasa horor, dan biasanya Clara tak peduli dengan itu. Namun kali ini, entah kenapa bulu kuduknya merinding, ia merasa ada yang mengikutinya.

Sudut mata Clara mengawasi sekitarnya, kali saja ada orang tiba-tiba muncul di balik tembok penyangga, atau mungkin di antara barisan mobil-mobil lain yang sedang berjejer. Clara mempercepat jalannya, dan betapa kagetnya ia melihat bayangan seseorang muncul dari belakang. Bayangan itu seolah mengangkat tangannya, hendak meraih Clara.

Sebelum sosok pemilik bayangan itu mencapai Clara, perempuan itu segera berlari ke manapun. Mendengar suara tapak kaki lain dari belakang, ia yakin bahwa sosok itu mengejarnya. Ia memaki sepatunya sendiri yang sialnya malah ber-hak lima inci dan runcing, membuatnya kesulitan berlari.

Shoulder to Lean On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang