Episode 5 : Jalan-jalan

8 3 0
                                    

Hari Minggu, siang hari, Alvey merenggangkan tubuhnya sambil menguap. "Aaaaaaa gabuut," keluhnya.

"Ibar, gabut gak? Nja, gabut gak? Jul, gabut gak?" lanjutnya bertanya.

"Sebenernya nugas, cuma gabutin aja." Juliecy menjawab yang di angguki oleh Ibar dan Derenza.

"Yah, kalo tugas mah emang ada. Males. Gabut." Alvey merespon. Memang dasar anak muda, tau sendiri ada tugas nunggu malah ngaku gabut. Gak jelas.

Ibar menghela nafas. "Kita jalan dulu aja. Gausah nugas, tugas gak salah kok dikerjain, kasian. Kalau numpuk tugasnya ya tinggal dijejer aja," ucapnya sambil tersenyum lalu beranjak dari tempat duduknya. "Hayu atuh guys, jalan." Ia mengambil kunci sepeda motornya diikuti lainnya.

Mereka melakukan JJS(JalanJalanSiang) menggunakan dua sepeda motor. Ibar bersama Alvey, Juliecy bersama Derenza.

Derenza yang diketahui sedang dalam proses belajar mengendarai sepeda motor menawarkan diri kepada Juliecy, "Jul, aku mau coba dong bawa motornya."

"Hah? Emang kuat bawa motor?" tanya Juliecy.

"Bocah prik, ngendarain motor maksudnya." Ibar menyambar lalu mendengus.

"Oo, yaudah gih." Juliecy memberikan kunci sepeda motornya kepada Derenza.

.

Selama perjalanan, Derenza merasa agak gelisah juga salah tingkah. Di jalanan komplek yang agak sepi ini, entah kenapa Juliecy, Alvey, juga Ibar memperhatikannya dengan serius. "Ngapain sih diliatin. Udah sana jalan. Jule juga, diem aja jangan ngeliatin," ucapnya.

"Lo kan baru belajar nyetir nja. Ujug ujug jatoh kan berabe nanti." Ibar menjawab sambil masih memperhatikan Derenza, diikuti oleh Juliecy dan Alvey yang mengangguk.

"Aduuh. Yaudah deh." Derenza menjawab. Tapi sayangnya, tak lama kemudian sepeda motor yang dinaiki oleh Juliecy dan Derenza bergoyang. Sepertinya Derenza terlalu gugup.

"Nja nja nja. NJA NGAPAIN NJA NANTI JATUH," teriak Juliecy panik.

Sementara yang laki-laki? Bukannya ikut membantu, mereka hanya tertawa terpingkal-pingkal melihatnya.

"HAHAHAHAHAHAHAHA VEY LIAT VEY"

"MOTORNYA GEOL GEOL WKAKAKAKAKKAKAKA"

"Heh gak sopan! INI GIMANAA BERHENTIINNYAA." Derenza bingung. Ia ingin tertawa, tetapi masih panik setengah hidup tidak tau bagaimana menghentikan laju sepeda motornya.

Setelah beberapa menit kejadian, akhirnya sepeda motor berhenti. Derenza dan Juliecy saling menatap lalu tertawa terbahak- bahak. Alvey dan Ibar muncul, lalu ikut menepi bersama mereka.

"HAHAHAHAHHA KALIAN GEOL GEOL." Alvey tertawa hampir tak bersuara sambil menepuk lengan Ibar yang tersenyum pasrah, "Bocah freak."

.

Akhirnya, mereka berempat memutuskan untuk mampir di cafe terdekat. Memesan beberapa camilan– yang sepertinya sudah masuk ke dalam kategori makanan berat, juga minumnya.

Selesai mengisi perut, mereka membayar pesanan masing-masing. Tetapi sayang seribu sayang, tidak ada satupun dari mereka yang membawa dompetnya.

"Nja, bawa duit? Aku pinjam dulu dong, dompetku ketinggalan." Juliecy menjadi yang pertama bersuara. Derenza meraba-raba kantong jaketnya. "Loh, dompetku juga gak ada."

Kedua perempuan itu menatap Alvey, dan dibalas dengan tatapan mata pasrah dan gelengan hinggal semua pandangan mereka tertuju pada Ibar.

"Gaada juga gue."

Mampus, batin mereka.

Perempuan yang berdiri di balik meja kasir pun bingung, siapa yang akan membayar tagihan tersebut. Jika ditotalkan, harga seluruh pesanan mereka jika disatukan bisa mencapai 250 ribu rupiah. Tentu ia tidak mau jika gajinya harus dikorbankan karena mereka lupa membawa dompetnya.

"P– pulang dulu deh, ini temen saya jadi jaminan ya mbak. Kalau saya gak balik suruh aja dia cuci piring, kerjanya bagus kok." Alvey mengambil tindakan. Dengan cepat dirinya menarik tangan Juliecy dan Derenza menjauh dari Ibar yang mematung tak percaya.

Sepeninggal Alvey dan kedua teman perempuannya, Ibar hanya diam berdiri dan sesekali tersenyum kaku kepada pelayan dan pelanggan yang memperhatikannya. Sejak tadi batinnya berteriak, Bocah sintiiiiiiiing BISA-BISANYA GUE DITINGGAL. Awas ya, besok kalo sempak lo ilang berarti itu gue umpetin di bawah pohon mangga pak ujang. Gws buat Alvey.

Hampir satu jam, akhirnya Alvey kembali sendirian membawa dompetnya. "Sorry ya lama, dompetnya nyelip. Ini sekalian sama punya Jule Enja duitnya. Oh iya, ini dompet lo."

Ibar hanya melihat tangan Alvey yang memberi dompet melayang di udara. Alvey menyadarinya. "O–h iya. Hehe, lo gue bayarin." Ia menyengir.

.

Akhirnya Alvey dan Ibar tiba di rumah. Setelah masuk ke dalam, dengan sekuat tenaga Ibar menarik rambut Alvey dan berteriak. "JANCOOOOOOOOOOOK."

────────────────────────
cr. julveybarza

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah NeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang