8. MARSHMALLOW
Angga, Aldi, Reyga, dan Galang bisa bernafas lega setelah mereka berempat berhasil membangun tiga tenda. Dua tenda untuk mereka berempat dan satu tenda lagi untuk Loli.
“Hebat juga gue bisa bangun tenda.” Galang berkacak pinggang, angkuh.
“Yaelah bangun rumah dong, baru hebat.” Aldi menoel tangan kanan Galang.
“Bangun rumah mah kecil.” Galang menjentikkan jarinya.
“Ya iyalah, yang susah kan bangun rumah tangga sama dia,” celetuk Reyga.
“JIAKH MASOK!” Aldi dan Galang mengacungkan jempolnya ke hadapan Reyga heboh.
Angga terkekeh melihat lawakan garing teman-temannya ini. Cowok itu menoleh ke arah pantai, melihat Loli yang sedang asyik bermain air di pinggiran pantai.
Loli tidak terlalu berani menyentuh air, dia hanya berlari bolak-balik mengejar dan menghindari ombak. Cewek itu takut dia terseret ombak sampai ke tengah laut. Loli takut air pantai, tapi anehnya dia tidak takut naik perahu. Mungkin karena ada Angga di sana.
Karena bosan bersama ketiga temannya, Angga berlari menyusul Loli ke tepi pantai. Saat sedang berlari, muncul ide cemerlang di otak Angga.
Dengan cepat Angga menggendong Loli dari belakang. Loli panik, perasaannya tidak enak karena Angga membawanya sedikit ke tengah pantai.
“EH EH JANGAN BERCANDA, GUE MASIH PENGIN HIDUP!” pekik Loli sambil memberontak. Ia pegangan sekencang mungkin pada Angga.
Setengah tubuh Angga sudah tenggelam di air, sekujur tubuh Loli juga sudah basah kuyup.
“ANGGA TOLONG JANGAN BUNUH GUE, GUE MASIH PENGIN HIDUP TOLONG!” Loli memejamkan matanya, dia sudah pasrah. Batinnya terus meminta maaf kepada Tuhannya jika dia memiliki kesalahan.
Di sini Angga malah sangat bahagia di atas penderitaan Loli. Wajah ketakutan Loli sangat lucu menurutnya.
Angga menurunkan Loli perlahan ke dalam air. Loli mungkin tidak menyadarinya, karena sedang fokus berdoa. Atau jangan-jangan Loli pingsan?
“Udah, gak mati kan?” Angga menatap Loli yang masih memejamkan matanya, Loli memegang tangan Angga erat.
“Angga, tolong bawa gue ke tepian. Gue masih pengin hidup, gue belum pernah bahagia dan gue pengin rasaian itu.” Loli menggerak-gerakkan tangan Angga memohon.
Hati Angga sedikit tersentuh mendengar ucapan Loli bagian 'gue belum pernah bahagia dan gue pengin rasain itu'. Angga jadi berfikir apakah dia tidak terlalu jahat karena sudah bersandiwara di hadapan Loli dengan cara pura-pura mencintai dan menyayangi gadis itu?
“Lo aja bisa berdiri di sini, masa ketimbang jalan ke tepian sendiri aja gak bisa.”
Loli membuka matanya, cewek itu kaget sendiri karena sudah berdiri bukan digendong Angga lagi. “IH KOK BISA?”
Loli tersenyum kuda, cewek itu bertepuk tangan sambil melompat-lompat kegirangan. “YEY GUE GAK TAKUT AIR PANTAI LAGI!”
“Jangan seneng dulu, lo belum gue ajak ke tengah sana.” Angga menunjuk tengah-tengah pantai.
Senyuman Loli pudar. “Kejam sih kalau lo sampai bawa gue ke sana.”
Angga tertawa kecil. “Tenang aja, pantai bagian sini dangkal kok, gak ada yang dalem. Karena yang dalem ada di sana, jauh. Gue udah persiapkan semuanya dengan baik, jadi lo gak perlu takut.”
“Persiapin semua?” beo Loli.
“Iya, semua ini gue siapin khusus buat lo.” Angga menyentuh hidung mancung Loli.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERLANGGA
Teen Fiction-Kisah cinta kita itu seperti minum kopi hitam. Manis di awal dan pahit di akhir. Pertemuan tak disengaja itu membuat Angga mengingat seseorang yang berada di sebuah album foto lama. Hingga akhirnya Angga harus menjalin hubungan palsu dengan gadis...