Tubuh penuh lebam itu terbaring lemah di lantai yang dingin, "Kook-ah.."
Tangannya yang di penuhi darah terulur meminta untuk di raih, disana Hoseok tergeletak tak berdaya dengan kedua kaki yang di rantai. Tubuh kurus penuh luka itu hanya di balut oleh pakaian putih bernoda darah.
Jungkook bisa melihatnya, mata tupai itu penuh dengan ketakutan. "HYUNG!" Ia berlari, namun entah kenapa ruangan itu terasa sulit untuk ia raih.
Hanya gelap di sekitarnya, "tidak." Gumamnya kala tubuh itu semakin menjauh.
Nafas Jungkook tersedat ,keringat bercucuran di tubuhnya.
"HYUNG!"
"Mimpi buruk, eoh?"
Jungkook terperajat bangun menoleh kearah suara, ia meremas selimut di pangkuannya, "aku, aku ingin membantu."
Min Ho yang tengah duduk sembari bertumpang kaki itu menyernyitkan dahinya bingung, ia memperhatikan Jungkook sebelum anak itu bangun dari tidurnya. Sebenarnya ada niat untuk mengguncang tubuh itu kala ia melihat Jungkook gelisah dalam tidurnya bahkan terus meneriakkan kata 'Hyung'
Jungkook menatap mata tajam itu, ia menelan ludah gugup. "Aku tahu, siapa yang membawa Hoseok Hyung."
"Brengsek."
Min Ho berjalan cepat kearah Jungkook, menarik kerah baju yang pemuda itu pakai.
Bugh
Brak
"Arghh.."
Jungkook meringis kala tubuhnya menghantam lantai, pukulan itu terus melayang ke arahnya. Ia berusaha untuk menghindar juga menghalau dengan tangannya.
"Bodoh, kenapa kau tidak memberitahu ku sialan?"
Min Ho membabi buta memukul Jungkook, mata hitam itu semakin gelap di selimut amarah yang membuncah.
"Ku-kumohon, hentikan! argh"
"Uhhukk.."
Min Ho benar-benar sudah kehilangan sisi kewarasannya, ia bahkan mengabaikan darah yang kini Jungkook muntahkan. Matanya menatap sebuah vas kaca yang ada di atas nakas samping tempat tidur, meraih benda itu dengan sebelah tangannya.
Apa aku akan mati sekarang?
ck, padahal aku berharap mati karena tenggelam saja.
Jungkook memejam kala vas itu bersiap melayang kearahnya. Namun, 3 menit berlalu ia tak merasakan apapun tapi ia masih bisa merasakan jika Min Ho masih berada di atas tubuhnya.
Gerakan spontan itu terhenti, Min Ho menatap ponselnya yang bergetar di atas meja. Ia balik menatap Jungkook, "Shit."
Min Ho segera menerima telpon dari Sehun.
"Kau akan terkejut dengan apa yang aku temukan, Lee Min Ho." Ucapnya datar, menatap pria di depannya dengan tatapan dingin. Mereka hanya terhalang sebuah kaca tebal dengan beberapa lubang kecil agar masih bisa berkomunikasi.
Min Ho bisa mendengar nada mencekam itu, ia bahkan bisa membayangkan bagaimana wajah datar Sehun. Karena sungguh, berhadapan dengan sang Godfather membuat tubuhnya meremang. Aura membunuh seorang psikopat terpancar nyata bahkan hanya dari tatapannya saja.
Min Ho baru saja ingin berusaara namun sambungan telpon itu sudar terputus, matanya bergulir menatap Jungkook yang masih di posisinya.
"Fuck, sebenarnya apa yang kau sembunyikan Hope?"
Min Ho berbalik meraih knop pintu lalu membukanya, "obati lukanya,setelah itu bawa dia menemui yang lain!" Ucapnya pada Jaehyun yang membungkuk sopan.
"Hhhaa."
Jaehyun menatap kasihan, ia meraih tubuh Jungkook agar kembali terbaring di tempat tidur.
"Terima kasih, uhukk.."
"Jangan banyak bertingkah Jeon! kau tidak tahu sedang tinggal bersama siapa." Ucap Jaehyun memperingati.
Jungkook mengangguk kecil, "aku paham."
Jaehyun mulai membersihkan luka memar itu walau kadang Jungkook sesekali meringis kala lukanya di bubuhi obat.
**
"Siapa kau?"
Pria di dalam sana memiringkan kepalanya bingung, walau kini gelagatnya sedikit aneh di mata Sehun.
Sehun meraih ponselnya Mendial nomor Min Ho, "kau akan terkejut dengan apa yang aku temukan Lee Min Ho."
Serentetan kata itu membuat Sehun tersenyum miring. Ia kembali mengantongi ponselnya di saku.
"BRENGSEK SIAPA YANG MENGIRIM MU KESINI?"
Sehun sudah kehabisan kesabarannya, ia menggebrak meja besi di depannya. Merasa frustrasi saat orang di depannya tak kunjung berbicara. Keributan itu membuat beberapa polisi menghampiri mereka, "Maaf tuan,anda tidak bisa membuat keributan disini."
Chanyeol juga Kris yang ikut masuk ke dalam ruangan itu menghalangi kedua polisi yang datang, "jauhkan tangan kalian!"
Sehun menatap mereka bergantian, lebih tepatnya pada nametag yang terbordir di dada kiri mereka, Yeu soul dan In Byun.
"Aku ingin bertemu dengan pimpinan kalian." Ucapnya datar.
Kedua petugas itu menelan ludah gugup, pria di depan mereka terlihat tidak bersahabat. Kedua mata hitam itu mengkilat tajam seolah tengah menguliti mereka hidup-hidup.
"Inspektur Kang sedang bertugas di Gwang-Ju." Ucap Yeu soul dengan suara tercekat.
"Benar, sebaiknya kalian pergi." Timpal temannya.
Sehun menatap datar, merasa terancam dengan tatapan itu keduanya segera mengeluarkan pistol yang berada di saku kiri mereka serentak. Namun, Chanyeol dan Kris menghalau dengan cepat meraih tangan itu lalu menguncinya di belakang tubuh.
Gerakan cepat itu tentu merupakan respon tubuh mereka sendiri untuk melindungi sang ketua.
"Argh.."
Sehun berjalan angkuh keluar dari sana, membiarkan kedua bawahannya mengurus perbuatan mereka.
"Cari Inspektur yang bertugas di lapas ini!" Ucapnya setelah tiba di depan mobilnya.
"Baik," Ucap kedua bodyguard itu serempak.
Sehun memasuki mobil, ia meraih ponselnya. Mendial nomor salah satu bawahannya yang bekerja di kepolisian korea.
**
Min Ho berjalan tergesa memasuki markas yang baru selesai di bangun itu, tepatnya berada di ruang bawah tanah hotel yang Sehun beli beberapa jam lalu. Hotel dengan 14 lantai di beli hanya dengan 1 kartu oleh sang Godfather, beberapa penjaga hotel tentu ikut di beli untuk melayani keperluan mereka. Karena bagaimanapum mereka hanya tamu asing, jadi kegiatan nya juga Sehun terbatas.
Beberapa orang dengan seragam abu hitam khas angkatan militer AS berjejer di lorong hotel lengkap dengan senjata yang mereka pegang.
"Dimana Matteo?" Ucap Min Ho kala memasuki salah satu ruang privat yang hanya tim inti boleh masuk.
"Godfather belum tiba, Lord."
Min Ho mengangguk kecil sebelum melangkah masuk. Diruang gelap dengan hanya lampu kuning sedikit oren menjadi penerangan, beberapa orang tengah sibuk dengan laptop juga komputer mereka. Min Ho hanya menatap sekilas pada salah satu anak yang baru ia lihat.
"Kau anggota baru?" Ucapnya tepat di samping telinga anak itu membuat sang empu terperajat kaget.
"Y-ya," jelas sekali jika wajah itu penuh dengan kegugupan.
Ia kembali mengerjakan tugasnya walaupun masih ada sang Lord yang diam memperhatikan kinerjanya.
"Apa yang sedang kau kerjakan?"
"I-itu, Godfather menyuruhku menganalisa salah satu sistem yang menghalangi data pribadi Tuan Hoseok, orang yang berada di lapas Mooi itu oranglain. Identitas Tuan Hoseok di curi lalu di gunakan oleh pria yang sekarang ada di dalam lapas itu."
"Dia sudah di penjara selama 5 tahun terakhir, dan Godfather meminta ku menyelidikinya."
"Kerjakan dengan baik!" Ucap Min Ho setelah mendengar penjelasan panjang itu, ia menepuk pelan pundak pemuda itu.
Dan siapa sangka jika hal kecil itu membuat wajah pria dengan lesung di kedua pipinya memerah.
Choi Soobin remaja yang baru menginjak usia 18 tahun itu mengulum bibir bawahnya kecil, "akhirnya aku bertemu dengan Lord dari Sinaloa."
Soobin kembali melihat layar komputernya yang berbunyi nyaring, tulisan 'ATTENTION' terukir jelas di layar itu.
"Oh God." Pekik Soobin cemas.
"Tidak."
tik tik tik
Jemari nya terus mengetik di atas keyboard, virus yang melindungi file itu mengambil alih sistemnya. Soobin segera bangkit dari kersinya memutuskan aliran listrik yang terhubung dengan komputernya.
"Ah."
Aliran listrik 1 hotel itu terputus, Soobin tahu. Ia dalam masalah besar sekarang. Namun ia sedikit bersyukur karena sebelum komputer itu mati ia bisa melihat jelas informasi pria yang sekarang bersama Hoseok, Kim Suho.
16:59/12/21